Hari ini adalah jadwal Tobio piket, harusnya berkelompok namun siswa piket lain menyerahkan tugasnya pada Tobio seorang. Lelaki mungil itu tidak bisa menahan ataupun berbuat apa-apa. Jadilah Tobio membersihkan kelas seorang diri.
Krieett
Tobio menoleh ke arah pintu dan terkejut melihat Tooru dengan cengiran kotaknya.
"Nii-san! Apa yang kau lakukan disini? Jika satpam tau kau bisa kena masalah"
Tooru mengedikan bahu lalu mendekat kearah adiknya. "Tidak akan, kenapa kamu piket sendirian? Kemana yang lain?"
Tobio panik dengan pertanyaan itu, jika Tooru sampai tau dirinya di bully bisa jadi masalah. "Mereka membersihkan toilet nii-san"
Tooru berohria seraya duduk diatas meja. "Sudah kubilang sebut namaku Tobio-chan.." Ujar pria itu seraya menggoyang-goyangkan lengan adiknya.
Tobio tersenyum. "Iya, hanya saja belum terbiasa."
"Kalau begitu biasakan.." Tooru melepaskan tangannya lalu membantu sang adik mengepel.
"Aku sudah bicara pada Okaasan, dia masih sibuk. Tapi jangan sedih malam ini kita berdua makan di luar."
Tobio mengerjapkan matanya berkali-kali. Dia dan Tooru akan makan di luar berdua? Sebelumnya Tobio tak pernah makan di luar karena tentu saja, uang siapa. "Sungguhkah?"
"Iya, kapan aku berbohong padamu Tobio-chan sayang?" Si tampan menepuk-nepuk pucuk kepala si mungil.
Tobio tersenyum lebar lalu menggeleng. "Tidak pernah..."
Angin yang berhembus diluar membawa serta daun yang telah kering. Terdengar kicauan burung gereja serta langit yang telah menguning. Tooru terus memperhatikan adiknya seraya membantu menaikkan semua kursi.
"Sudah beres, ikuso"
Tobio mengangguk. Keduanya berdiri berhadapan dan saling memandang. Sekilas Tooru melihat ke sekitar untuk memastikan tidak ada orang lewat. Ia pun membelai dan menyibakkan rambut Tobio ke belakang.
Wajah mulus nan putih itu terlihat hangat kala diterpa sinar senja.
"Cantikku-" Digenggamnya kedua tangan Tobio lalu dikecup pula punggung tangannya.
Jangan tanya kondisi Tobio, jantungnya seakan berhenti berdetak karena perlakuan manis Tooru. Pemuda itupun pun mendekatkan wajahnya untuk mencium kening Tobio dalam. Yang lebih mungil memejamkan mata, merasakan bibir tipis Tooru yang sedikit basah menempel pada dahinya.
Bibir Tooru berpindah ke samping telinga Tobio dan berbisik. "-aku mencintaimu.."
Bulu kuduk Tobio meremang. Keduanya hanya berdiri sambil berpelukan, saling merasakan detak jantung masing-masing.
"Aku juga.."
.
.
.Tooru dan Tobio berjalan sambil bergandeng tangan. Cuaca begitu sejuk dan tanah harum aroma hujan tadi siang.
Sampai di rumah keduanya bersiap untuk makan malam berdua di luar. Meskipun setiap hari dan jam keduanya bertemu, yang namanya kencan pertama tetap terasa lain.
Tobio masih berdiri di depan cermin dengan jantung tak karuan. Apakah Tooru akan suka jika dia berpakaian begini? Apa ini sudah pas?
Pemuda mungil itu hanya mengenakan kaos warna hijau kebiruan.
"Tobio-chan.. Apa masih lama?" Tooru berbicara dari balik pintu. Lelaki tan itu hanya mengenakan kaos dan hoodie.
Ceklek
KAMU SEDANG MEMBACA
Stigma (OiKage) END
Fanfiction"Apa kau menyebutku seorang pendosa?" Pair: Oikawa Tooru x Oikawa Tobio (Tobio as Oikawa's little brother) Disclaimer: rate M, OOC, incest, blood, murder, trauma, mature content, mental illness, angst, soft. NO HATE TO ANY CHARACTER, THIS IS FANFIC...