9

595 88 13
                                    

Sampai di rumah, keduanya yang basah kuyup segera masuk ke kamar masing-masing untuk mandi. Usai mandi Tobio mengenakan stelan baju tidur panjang agar hangat. Baru saja ia hendak membuka pintu dan pergi ke kamar Tooru. Namun pemuda itu lebih dulu ke kamar Tobio.

"Jangan tiduran dulu, rambut mu masih basah"

Tooru mengangguk. Pemuda itu menurut saat Tobio memintanya duduk di pinggir ranjang. Untuk apalagi jika bukan mengeringkan rambut. Dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Tooru menyandarkan kepalanya pada perut Tobio. "Kamu hanya milikku sekarang dan kamu sangat berarti buatku tolong ingatlah itu..."

Entah mengapa tiba-tiba Tooru mengatakannya. Namun Tobio sangat bahagia mendengarnya. Tooru tak pernah berhenti menghujaninya dengan cinta dan juga kalimat-kalimat yang membuat hidupnya merasa memiliki arti. Meski tak jarang kalimatnya kadang aneh.

Usai rambut keduanya kering, barulah mereka berdua bergelung di bawah hangat nya selimut.

Cup..

"Nii-san.." Tobio sedikit melenguh saat Tooru mengecup wajahnya

Cup cup

"Nii-san-mmb"

Cup

"Nii-san!"

Tooru terkekeh, ia mengusak rambut Tobio dan menatap wajah mungil yang sedang terlihat garang. Bukannya seram tapi justru sangat imut bagi Tooru.

Tooru tidak pernah tidak tersenyum jika bersama Tobio. Lelaki mungil itu adalah sumber kebahagiaan nya.

.
.
.

Wakatoshi tengah duduk di kursi samping ranjang pasien dimana adiknya terbaring. Ia merasa sedih sekaligus jengkel. Bisa-bisanya adiknya melakukan percobaan bunuh diri hanya karena laki-laki macam Tooru.

Pria itu mengecek jam di tangannya lalu bangkit berdiri. Sudah waktunya ia berangkat mengajar. Si tampan menghela napas seraya mengusap kepala adiknya. "Cepatlah sadar baka.. Aku menyayangimu"

Saat tiba di depan sekolah, Wakatoshi melihat Tooru dan Tobio. Si pria mendecakkan bibir. Ia merasa jijik melihat Tooru yang pura-pura baik di depan Tobio padahal kelakuan aslinya sangatlah bejat.

"Hati-hati nii-san.." Ujar Tobio seraya melambaikan tangannya kecil.

Tooru tersenyum lebar sembari melambaikan tangannya pula.

.

"Tobio-chan.. Ada yang ingin ku bicarakan denganmu, nanti keruanganku"

Si mungil yang tengah mencatat materi di papan tulis mengadahkan kepala. Kedua alisnya menyernyit namun ia tetap mengangguk pada Wakatoshi.

Bel istirahat berbunyi. Tobio berjalan di belakang mengikuti Wakatoshi. Ia sempat berpapasan dengan Kindaichi dan kawan-kawannya, mereka menatap kearah Tobio dengan penuh sebal. Sudah beberapa minggu ini sejak Wakatoshi memanggil orang tua mereka, mereka tidak lagi mengganggu Tobio.

"Lihatlah dia sombong sekali" Decak Kunimi.

Kindaichi mengepalkan tangan. Ia tidak suka melihat Tobio hidup tenang. Ia merasa bahwa orang miskin tidak pantas berada satu lingkungan dengannya. "Aku punya rencana."

.
.
.

Tobio duduk di bangku seberang Wakatoshi dengan kedua tangan yang bertaut di atas paha. Ia melihat kearah Wakatoshi.

"Aku minta kau menjaga jarak dengan Oikawa Tooru"

Tobio terkejut, kenapa tiba-tiba Wakatoshi membahas Tooru. Tentu saja hati Tobio dipenuhi tanya dan juga rasa tak terima.

Stigma (OiKage) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang