14

554 75 10
                                    

Tooru berjalan ke dapur. Ia melihat banyak pisau di sana. Mulai dari yang paling tajam sampai yang tumpul. Tebak Tooru pilih yang mana.

Pemuda itu mengambil pisau selai yang mana paling tumpul bahkan tidak ada sisi tajamnya sama sekali.

"Oi Miya."

Tuk tuk

Atsumu merasakan bahunya ditepuk. Pemuda itupun menguap dan menggosok matanya. "Nani? Jam berapa sekarang? Kau baru pulang?"

Tooru mengangguk. "Tobio terjebak di kamar mandi.." Ujar Tooru datar dengan tone kelam.

Dalam sekejap Atsumu segera bangkit berdiri. Ia berlari ke arah kamar mandi yang tertutup.

Ceklek

Pintunya tidak terkunci atau pun macet, firasat Atsumu seketika menjadi buruk. Jantungnya berdegup lambat dan takut. Merasa ada seseorang yang berdiri di belakangnya, Atsumu tak berani balik badan.

"P-pintunya tidak terkunci Tooru"

"Cobalah cek ke dalam." Bariton Tooru menguar begitu dalam dan menyeramkan. Bulu kuduk Atsumu meremang dan ia hanya bisa menelan ludah. Pasti ada yang tidak beres.

Satu langkah Atsumu masuk, Tooru segera mendorong dan mengunci diri bersama di dalam. Di hantamnya kepala Atsumu ke pinggiran tub, membuat kepala itu mengucurkan darah.

"Tooru apa yang kau lakukan!! TOLONG-mbb!!'

Tooru membungkam mulut Atsumu dengan sepatunya. Ia menyeringai melihat sepupunya itu menangis ketakutan bahkan sampai mengompol.

"Mari kita sedikit bersenang-senang karena sejujurnya kau itu membosankan. Sifatmu yang angkuh dan selalu berusaha merebut Tobio dariku membuatku sangat bosan."

Tooru menusuk perut Atsumu dengan pisau tumpulnya yang mana membuat pemuda pirang itu menggeram kesakitan bukan main. Bayangkan kulitnya ditembus oleh benda tumpul secara paksa. Sangat sakit. Tooru tertawa terbahak-bahak. Ia membiarkan darah Atsumu mengucur.

Ia menikmati setiap kali pria itu menderita. Sifat Tooru semakin kelam dari hari ke hari. Ia terus tertawa dan merasa puas dua penghalang nya telah pergi. Untuk tindakan akhir, Tooru memelintir kepala Atsumu.

Pemuda itu memasukan mayat Atsumu ke dalam plastik sebelum menguburkannya di pekarangan belakang rumah.

Usai beberapa waktu mengubur Atsumu, Tooru membersihkan barang bukti termasuk jejak pembunuhan dengan suatu cairan yang mana membuat jejak akan hilang dari sinar uv.

.
.
.

Ceklek

Tobio melenguh saat merasakan sebuah tangan memeluk tubuhnya. Pemuda mungil itupun membuka mata dan sedikit terhenyak.

"Tooru.."

"Aku merindukanmu"

"Dimana Atsumu-nii?"

"Mana aku tahu, aku pulang keadaan pintu rumah sudah terbuka."

Tobio bingung, bukankah Atsumu bilang akan menunggu Tooru pulang. Tak lama Tooru mendesakkan kepalanya ke perpotongan leher Tobio. "Aku merindukanmu.."

Tobio terdiam tak tahu harus menjawab apa. "Nii-san dari mana saja?"

"Rumah Iwaizumi.."

Hening, entah sudah pukul berapa sekarang yang jelas begitu sunyi. Tangan Tooru naik ke permukaan wajah Tobio untuk menyampingkan poninya. "Aku merindukanmu.."

"Sebaiknya nii-san istirahat.."

"Apa kamu tidak merindukanku?"

Tobio menatap mata Tooru, bagaimana mungkin ia tidak merindukan Tooru, tentu saja dia sangat rindu. Namun saat akan mengatakannya, bibir Tobio terasa berat jadi ia hanya nengangguk.

Tooru tersenyum senang, digiringnya kepala sang adik kepelukannya, lalu diusap lembut punggungnya penuh sayang. "Kembalilah padaku Tobio-chan.. Aku gila tanpamu"

Benar-benar gila secara harfiah.

"Entahlah nii-san.. Aku takut"

"Kenapa? Kumohon kembalilah padaku.." Tooru memelas.

"Ini salah.."

Tooru mengangkat wajah Tobio lalu mengusap pipinya. "Salah benar itu hanya omong kosong. Aku janji tidak akan menyakiti mu lagi, apakah kamu lupa bahwa kita adalah kebahagiaan satu sama lain, aku tidak bahagia jika jauh darimu.."

Karena perasaan cinta yang juga ada di hatinya, Tobio mengangguk. Pemuda mungil itu memejamkan mata saat labium Tooru menempel dengan miliknya. Disela-sela ciuman Tooru tersenyum, dia sudah mendapatkan kewarasannya kembali jadi malam ini dia bisa tidur nyenyak tanpa suara bising yang memekakkan isi kepalanya.

"Aku mencintaimu Tobio-chan.."

"Aku juga mencintaimu nii-san.."

Tobio balik membelai pipi Tooru penuh sayang. Mata keduanya tampak bercahaya kala memandang satu sama lain. Tanpa tahu tindakan-tindakan kejam yang Tooru telah lakukan, Tobio kembali menyatukan bibir mereka saling memagut penuh cinta.

.
.
.

Ini adalah awal yang baru bagi Tooru dan juga Tobio, keduanya kembali berangkat sekolah bersama. Sejujurnya Tobio bingung kemana perginya Atsumu, jika pemuda itu pulang ke Hyogo kenapa tidak pamitan? kenapa pula perginya tengah malam, sungguh tidak masuk akal pemuda itu hilang begitu saja.

"Kenapa sayang?" Tooru menangkap ekspresi kosong pada wajah kekasihnya.

"Apa nii-san tidak merasa aneh, Atsumu nii tiba-tiba menghilang.." ujar Tobio sambil menendang kerikil. Tooru mengusak rambut Tobio. "Entahlah, dia itu sulit ditebak, datang dan pergi sesuka hati, pulang sekolah nanti aku akan menelpon bibi menanyakan keberadaannya, jangan dipikirkan lagi oke?"

Tooru memang paling tahu kalimat-kalimat yang mampu menenangkan Tobio, pemuda mungil itu mengadahkan kepala dan tersenyum pada Tooru. "Aku jadi takut kalau nii-san tiba-tiba pergi begitu juga.."

"Mana mungkin, aku akan selalu ada di sisimu Tobio-chan.."

Akhirnya keduanya tiba di depan gerbang sekolah Tobio, yang lebih mungil bermitan masuk. "Oh iya nii-san.."

Langkah Tooru terhenti, ia kembali berbalik untuk menatap adiknya. "Ne?"

"Kemarin Atsumu nii-san bilang padaku bahwa Wakatoshi sensei ke rumah dan kelakuannya mencurigakan, apa benar?"

Tooru tersenyum. "Iya, dia memaksa bertemu denganmu, apa dia pernah mengatakan sesuatu padamu??"

Tobio tersentak dengan pertanyaan itu, ia ragu memberitahu Tooru kalau Wakatoshi pernah memperingatinya untuk menjauhi sang kakak. si manis menggeleng, ia baru saja baikkan dengan Tooru, ia tak ingin membuat jarak lagi diantara mereka. "Tidak ada.."

"Baguslah kalau begitu.. Apapun yang dunia katakan, percayalah aku menyayangimu Tobio-chan.." Tooru mengelus sekilas pipi Tobio. Keduanya bertukar senyuman lembut.

"Iya nii-san, aku tahu.. dah.."

"Dah.."

.
.
.

Saat Tobio berjalan di lorong hendak masuk ke kelas, kerah belakang seragamnya ditarik oleh Kindaichi lalu tubuhnya di banting ke loker. Seketika lorong menjadi hening. Semua anak yang ada di lorong beberapa memilih bergegas masuk kelas ataupun pergi dari sana.

Tobio yang terjatuh berusaha bangkit berdiri namun perutnya langsung ditendang oleh Kunimi. Kedua lelaki itu tertawa. "Sekarang siapa yang akan menolongmu? Malaikat pelindungmu sedang koma di rumah sakit hahhahaha"

Mata Tobio membulat tak percaya "S-siapa maksudmu?"

"Siapa lagi kalau bukan Ushijima sensei!" bentak Kunimi

"Sekarang tidak akan ada yang menyelamatkanmu dariku!!" Kunimi dan Kindaichi tos sambil tertawa sedang Tobio masih membeku di lantai. Apa yang telah terjadi pada Wakatoshi. Kenapa orang-orang yang baik padanya tiba-tiba jadi terkena musibah. Si mungil meremat kepalanya sambil menangis.

Stigma (OiKage) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang