4

772 134 7
                                    

Bruk

"Hahaha lihatlah dia payah sekali" Kindaichi dan teman-temannya kembali membully Tobio di sekolah.

Si mungil yang terjatuh pun bangkit berdiri tanpa memandang ke arah mereka, semakin diladeni akan semakin menjadi.

"Kurang ajar! Sombong sekali!" Kunimi menarik belakang kerah Tobio lalu kembali mendorong nya hingga jatuh.

Satu genk mereka kembali mengolok-olok dan menertawakan Tobio. Tobio tidak mengerti mengapa bisa ada manusia seperti mereka. Manusia yang bahagia dan tertawa lepas saat menjatuhkan seseorang. Manusia yang bahagia ketika mempermalukan orang lain.

"Kindaichi, Kunimi, kalian keruangan ku sekarang!" Suara dalam itu menggelegar membuat Kindaichi dan Kunimi berhenti mengolok-olok Tobio.

"T-tapi sensei.."

"Sekarang atau kupanggil orang tua kalian!" Wakatoshi berdiri di depan Tobio, menghadang para anak bandal itu.

Kindaichi mendecih. "Kalau mau panggil ya panggil saja. Lagipula orang tuaku akan membuatmu dipecat dari sekolah ini!!"

Alis Wakatoshi mengernyit, bisa-bisanya seorang bocah begitu kurang ajar. Pria dengan rahang tajam itupun tersenyum miring membuat Kindaichi dan temannya bingung. "Begitu? Baiklah akan ku panggil orang tuamu, sekarang ke ruanganku"

Kunimi menarik tangan Kindaichi agar pergi dari sana. Toh mereka sangat yakin bahwa Wakatoshi akan dipecat oleh orang tua Kindaichi.

Si pria bermata lebar itupun berbalik dan menatap kearah Tobio yang telah berdiri. Lelaki mungil itu menunduk dengan dua tangan saling bertaut di depan. "M-maaf sensei.." Cicit Tobio

Grep

Tubuh Tobio sedikit terperanjat saat kedua tangan Wakatoshi menyentuh bahunya. Perlahan si manis pun mengangkat wajahnya menatap Wakatoshi.

"Apa ada yang terluka?" Tanya Wakatoshi lembut.

Tobio menggeleng kaku sebagai jawaban. Wakatoshi mengangguk lalu merapikan rambut Tobio. Tentu saja si mungil merasa aneh, belum ada orang lain yang mau dekat dengannya selain Tooru sang kakak.

"Baiklah, sebelum pulang sekolah nanti, datanglah ke ruanganku oke"

"Ne sensei.."

Wakatoshi tersenyum lalu berbalik hendak pergi namun si mungil menahan pergelangan tangannya. "Sensei, soal yang tadi, saya sungguh minta maaf, saya harap sensei tidak kehilangan pekerjaan karena saya.. Saya s-sungguh minta maaf.."

Sekali lagi Wakatoshi tersenyum. Ia mengangguk sambil menepuk-nepuk pucuk kepala Tobio. "Jangan khawatir, aku tidak akan dikeluarkan. Sekarang masuklah ke kelas, jika ada apa-apa jangan malu bicara padaku, oke?"

Tobio terdiam tak tahu menjawab apa. Wakatoshi pun mendekatkan wajahnya hingga hanya berjarak beberapa centi dari wajah Tobio.

"Oke?"

Jantung Tobio berdebar. Nafas beraromakan mint menerpa wajahnya begitu saja. "O-oke.."

Sesaat setelah kepergian Wakatoshi, Tobiopun kembali melangkah ke kelas.

.
.
.

BRAKK

"SIAPA YANG BERANI-BERANINYA MEMANGGIL ANAK KU KE RUANG GURU!"

Tampak orang tua murid yang datang-datang emosi. Menurut perkiraan Wakatoshi dia adalah ibu Kindaichi. Pria itupun bangkit berdiri dan menghampiri si wanita paruh baya. "Saya yang memanggil putra anda, bisa kita bicara dengan tenang di meja saya?"

Stigma (OiKage) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang