#MERCY - BERONTAK

49 6 0
                                    

Bunyi nyaring pintu yang dibuka paksa membuat geger satu sekolah. Tak hanya mendobrak secara paksa, pemuda ini juga membawa senjata api.

Kini ia memasuki ruangan kepala sekolah, dan mulai menodongkan pistol, seolah sedang menyandera. Ia adalah Dzaky, yang adiknya baru-baru ini menjadi sajian hangat para siswa dan reporter berita.

"Tolong letakkan senjata anda! Polisi akan segera datang!" teriak salah satu guru yang berhasil masuk ke ruang kepala sekolah.

Dzaky tampak lusuh, bajunya, serta rambutnya acak-acakan, tampak tak terurus. Setelah berselang setengah tahun kasus kematian adiknya yang misterius, ia tak lagi pandai mengurus dirinya sendiri. Rambutnya bahkan tumbuh sangat panjang hingga menutupi mata.

"Anda siapa?" tanya sang kepala yayasan tampak sangat tenang. Bahkan, ia jauh lebih tenang dibandingkan dengan Dzaky yang kini gemetar memegang pistol kantongannya sendiri.

"Berlutut kalian, Sialan!" serunya dengan nada suara yang telah naik oktaf. Dzaky telah naik pitam. Mengingat kasus kematian adiknya yang tidak terurus dengan benar itu, membuat batinnya semakin terguncang. Pasalnya, aparat negara belum melakukan apapun dan kasus ini malah ditutup sebagai kasus bunuh diri.

"Adikku ... Adikku tidak mungkin bunuh diri! Ini pasti pembunuhan yang telah direncanakan!"

Sang kepala yayasan menyeringai tak suka mendengar Dzaky berteriak tepat di telinganya, kemudian berbisik, "Andai saja anda juga bisu sama seperti Adik anda, maka kehidupan ini pasti akan berjalan lebih baik."

Mendengar bisikan tak mengenakkan yang terucap dari belah ranum kepala sekolah itu, membuat sukma Dzaky menggeliang tak suka. Ia semakin naik pitam dibuatnya.

"Aku akan menuntut setiap orang yang menutup mata dan mulut atas kejadian Adikku di sekolah ini, sudah pasti ada yang salah!" teriaknya kembali tepat di samping telinga sang sandera.

"Saya bukanlah seorang polisi, dan tolong ... terima saja kenyataan bahwa Adik anda telah tiada," jawab kepala yayasan dengan tutur kata yang sangat sopan dan halus. Tertegun, Dzaky jelas takut. Ia belum pernah bertindak kriminal, mengancam orang lain dengan senjata asli seperti ini. Rasa takut, kesal dan cemas menyatu di ubun-ubunnya.

Kepala yayasan- tidak, wanita muda ini pun mengangkat tangan tanpa berbalik arah. Ia hanya mengalihkan perhatian Dzaky sebentar, untuk mengulur waktu sebelum kedatangan polisi. Kini, Dzaky telah berhasil dikepung pihak bersenjata. Ia pun dilumpuhkan dan diseret keluar dari ruangan. "Anda ditangkap atas penyerangan bersenjata terhadap Guru, Kepala Yayasan, dan para Murid di sekolah ini," pinta pihak berwajib.

"Kalian semua ... kalian pemakan uang haram! Bedebah seperti kalian harus menerima ganjaran yang sepadan dengan kematian Adikku!" teriaknya semakin meronta. Pistol yang dipegangnya berhasil diamankan pihak kepolisian, pistol yang nyatanya tak berpeluru itu.

Seolah tak menyerah, lelaki berdarah asli Yogyakarta itu, kini mulai menilik setiap sudut ruangan yang ditemuinya. Ia pun merapalkan sebuah nama yang tercatat di papan nama emas yang teletak apik di atas meja, "Jansen Samantha."

Bukannya mendapat keadilan atas kasus kematian adiknya yang masih abu-abu, ia malah semakin dijerat banyak tuntutan dari pihak Sekolah Seni Rhode. Begini bunyi tuntutan yang diberikan padanya, "Perbuatan Terdakwa melanggar Pasal 335 KUHPidana tentang pengancaman dengan senjata tajam. Dengan ini Terdakwa dinyatakan bersalah dan diberi hukuman lima tahun penjara."

Bunyi ketukan palu ketiga terdengar menggema dalam ruang persidangan, menandakan telah berakhirnya seluruh antek persidangan. Sungguh nahas hidupnya, ia yang sudah hidup sebatang kara, ditambah dengan kehidupannya yang amat miskin, kini malah meringkuk lesu di balik jeruji besi.

Kehidupan Dzaky berakhir sampai di sini.

Kehidupan Dzaky berakhir sampai di sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




HAPPY READING


see you on next chapter.
Selalu beri suara dan tinggalkan komentar untuk setiap chapternya ya, semoga kalian selalu mendukungku. Aamiin.

MERCY (Tanpa Ampun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang