Chapter 14

11 0 1
                                    

Sehari setelah itu Nathan dan Anna pergi ke Lombok dan kini sudah di dalam perjalanan menggunakan pesawat. Jujur hati dan perasaan Anna kini tengah memikirkan Bryan pasti selama seminggu kedepan ia akan meminta Anna untuk mengunjungi nya.

Sementara ditempat lain seorang pengacara yang telah diutus oleh Anna untuk membebaskan Bryan menjalankan tugasnya semua telah dilakukan agar Bryan cepat bebas tinggal menunggu hasil dari pihak polisi.

"Pak kalau boleh tau Anna kemana? Kok dia gak kesini?" Tanya Bryan pada pengacara nya itu.

"Hmm mungkin sedang ada urusan," jawabnya.

"Boleh saya pinjam hp bapak? Saya ingin telpon dia," pengacara itu memberi ponselnya pada Bryan untuk menghubungi Anna namun sudah dua kali panggilan tidak ada sambungan telepon tersebut. Apa Anna sedang sibuk sampai ditelpon tidak di angkat padahal Bryan ingin sekali berbicara dengan Anna dan pastinya meminta Anna untuk datang menemuinya.

Seorang petugas menghampiri mereka berdua dan memberi surat untuk Bryan langsung ia segera membuka nya dan membaca nya.

"Hari ini Bryan sudah dinyatakan bebas,"ucap petugas polisi itu.

Membuat Bryan tersenyum senang akhirnya selama 2 tahun penjara ia bisa menghirup udara segar lagi. Bryan mengucapkan banyak terimakasih pada pengacara nya itu yang telah berhasil membebaskan nya.

***

Nathan dan Anna telah sampai di tempat tujuannya kini mereka dalam perjalanan menuju villa. Sudah seharian ini Anna tidak membuka ponselnya ia mengambil ponselnya itu dan mengaktifkan nya dan ternyata banyak sekali panggilan tak terjawab dari seorang pengacara yang ia suruh itu.

Anna tidak berani membalas telpon tersebut karena ia sekarang berada di dalam mobil bersama Nathan dan juga pengawal papa nya mungkin nanti.

"Gimana vila nya kamu suka?" Tanya Nathan.

"Suka," jawab Anna.

Nathan dan Anna beristirahat sebentar sambil bersih-bersih lalu nanti kegiatan mereka akan makan malam di halaman belakang vila yang akan di siapkan oleh pihak vila.

***
Di sini Bryan telah keluar dari penjara sekarang ia tengah berjalan di pinggir jalan kota besar di Jakarta sudah beberapa kali Bryan mencari tempat tinggal namun tidak berhasil.

Sekarang Bryan tidak tahu harus kemana tempat tinggal saja ia sudah tidak punya rumah neneknya sudah terjual habis olehnya. Saat ini uang Bryan tinggal 80 ribu hanya itu sisa ongkos yang diberikan oleh pengacara nya.

"Gue harus ke rumah Dimas pasti dia masih mau nerima gue," ucap Bryan. Bryan memanggil taksi dan masuk kedalam mobil taksi itu.

Sesampainya di rumah Dimas yang merupakan rumah kontrakan itu Bryan langsung mengetuk pintunya, alangkah terkejutnya Dimas kita melihat Bryan dihadapan nya setelah membukakan pintu.

"Bryan,Lo.. masuk jangan diluar," ucap Dimas langsung menarik tangan Bryan untuk masuk kedalam.

Dimas adalah teman Bryan sejak SMA ia dan Dimas juga sama sering mabuk-mabukan,tetapi Dimas tidak menggunakan narkoba ia hanya sekedar sering mabuk dan minum-minum keras.

"Gimana ceritanya Lo bisa bebas,bukan nya hukuman Lo masih panjang?" Ucap Dimas.

Bryan tersenyum.

"Gue dibebasin sama Anna," jawab Bryan. Dimas menggeleng kepalanya tak percaya.

"Anna. Dia masih mau nerima Lo yang udah kaya gini?" Dimas masih tidak percaya.

"Iya,kenapa? Lo gak usah kaget sama hal itu kenapa sampai sekarang dia masih mau sama gue dan menerima semua yang telah gue lakukan dulu," ucap Bryan.

Dimas hanya diam ia tidak menjawab lagi.

"Sementara waktu gue tinggal disini ya sama Lo boleh, gue janji kalo gue udah dapet kerja terus udah ada duit gue bakal cari rumah sendiri,Oya gue boleh pinjem hp Lo?gue mau telpon Anna, masih nyimpen nomor nya kan," tambah Bryan.

Dimas memberi ponselnya pada Bryan.

"Masih dia gak ganti nomer kan," jawab Dimas.

"Anna gak pernah ganti nomer dari dulu,gue pinjem ya," ucap Bryan lalu segera menghubungi Anna. Saat berkali-kali menelpon Anna tidak ada jawaban.

"Gimana di angkat," tanya Dimas.

"Kok gak diangkat ya, apa dia sibuk sampai lupa," jawab Bryan.

"Lo udah makan? Ini udah jam 7 kita cari makan yuk gue traktir," ucap Dimas. Bryan hanya mengangguk saja setuju dan ikut dengan Dimas makan di luar.

***

Dilain tempat Anna yang tengah makan melihat ponselnya ada panggilan tak terjawab dari Dimas.

"Dimas ngaipain telpon gue tumben banget udah lama banget dia gak nelpon gue, nanti deh gue telpon balik sekarang gue lagi sama Nathan gak enak juga," ucap Anna dalam hati.


CATATAN TERAKHIR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang