64. Berserah Diri

8.8K 577 148
                                    

Selamat datang kembali, di chapter terakhir dari cerita ini. Jujur, nulisnya berat, banget malahan. Gak tau deh gimana yang baca :")

Disarankan untuk menggunakan earphone dengan lagu mulmed yang telah tersedia di bagian atas saat membaca. Berkesudahan dari Feby Putri siap berkelana menemani.

Bagaimanapun nanti ending-nya, bahagia atau tidak, semoga bisa membekas di hati para bunda sekalian, ya? Vote + komen sebagai bentuk apresiasi atas cerita ini.

Yakin sudah? Terima kasih banyak dan selamat membaca, bunda.

*****

Bergeming di tengah-tengah derasnya air hujan dan angin yang menerpa, untuk sepersekian detik fokus Nathalie menghilang, tatapan kosong disertai sesak yang berkecambuk ketika Azel menarik lengannya entah bertujuan pergi ke mana. "BELUM, NATH!"

"BELUM SEPENUHNYA SELESAI!!"

Terobosan secepat kilat, membawa perempuan itu secara paksa karena tak akan ada waktu untuknya berpikir lama lagi. Mendekat ke arah jalur pinggir tepat pada belakang semak-semak dan pepohonan rindang seraya saling menyejajarkan langkah kaki yang sedari awalnya berlari kini mulai melambat.

SHIT!

Kini, suasana kembali hening, Electra mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru area. Sial! Hanya butuh waktu dalam sekejap untuk Azel dan Nathalie menghilangkan jejak dari kumpulan ratusan orang.

"PENCAR!!"

Instruksi mendegam-degam dari Aeno yang sudah naik pitam bukan main dibuatnya pun segera juga dipenuhi. Masing-masing anggota bersama-sama membentuk formasi mulai berhamburan ke sana kemari dengan pikiran yang tak lagi terpusatnya.

Sementara itu, Nathalie yang mengekor di belakang Azel semakin cemas kebingungan. Keduanya saling membungkuk terus melangkah tanpa suatu tujuan yang jelas. "Apa yang mau diperjuangin lagi, Zel?"

"Belum sepenuhnya selesai? Jelas-jelas kekalahan udah di depan mata kita. Just admit it, Gazelle."

Langkah kaki lelaki itu terhenti, yang otomatis terjadi juga pada Nathalie. "Akuin aja, Nath?"

Azel berbalik badan menghadapnya dengan alis yang tertaut menampilkan raut kecewa. "Semudah itu lo bilang? Ini semua gara-gara siapa sih sebenernya?"

Seketika, nyali Nathalie menciut menatap manik mata hitam legam tajam yang tertuju ke arahnya.

"Nggak ada yang mau kayak gini juga, Nath. Nggak ada yang mau liat lo hancur, nggak ada yang minta Ghea pergi, gak ada yang mau Abi ngilang gitu aja tanpa kabar, nggak ada yang ngira Gradivos bakal berakhir diadu domba sampai pecah belah secara bodohnya, dan bagian paling lucu lagi itu semua gara-gara Aeno. Ini di luar kendali gue, Nath."

"Now, we have two options," tuturnya. "Menyerah akuin kekalahan nurunin ego dengan menjatuhkan harga diri atau pergi menyelamatkan diri walaupun sebenernya gue nggak seratus persen yakin, karena ujungnya akan tetap sama, up to them. Antara ikut bergabung babak belur dengan yang lain, atau—"

"Mati konyol di tangan mereka," tukas Azel.

"But, it's just an option how can we be safe from them," lanjut Azel. "What about improve? Nggak cuma berlindung diri, tapi juga ngelawan mereka."

GAZELLE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang