0.3 : The duality

238 39 5
                                    

   Setelah menjalankan misinya kemarin, Sasha kembali menjalankan rutinitasnya. iya, baperin cowo-cowo. gapaham lagi sama ni orang. tau sih, kecantikan Sasha gabisa diraguin. tapi kenapa harus ngebaperin sih.. mana cowo-cowonya juga baper pula.

"hei. lagi ngapain sih?" sapa Sasha ke cowo yang lagi duduk sendirian di kantin. padahal posisinya jam pelajaran masih berlangsung. tapi Sasha cabut demi menjalankan rutinitasnya? ayo kasi jempol buat Sasha. Sasha duduk berhadapan dengan cowo itu. yang lagi makan udah panas dingin. bergumam dalam hati "duhh,mimpi apa gua semalem. sampe didatengin sama Sasha si primadona di sekolah ini"

"makan Sas, lu sendiri ngapain?" tanya cowo itu berusaha menghilangkan gugupnya. Sasha tersenyum cerah ia memajukan kepalanya dan berucap.

"nemenin pacar aku makan lah. aku gatega ngeliat kamu makan sendirian, boleh kan?" cowo itu membeku. buset. jadi begini rasanya digodain Sasha?

"belepotan banget sih. atau kamu sengaja ya, biar aku bersihin? yaudah sini deketan" Sasha menggapai pipi cowo itu dan membersihkan percikan kuah soto di sudut bibir cowo itu dengan tisu.

"Brengshake hati mungiel gua terjedag jedug" umpat cowo itu dalam hati.

***

hari mulai mendung, ia terburu-buru memasukan kunci motornya ke lubang yang seharusnya. memutar dan menyalakan mesin. ia pergi meninggalkan parkiran sekolah dan langsung menuju restoran guna membeli makan malam untuk dirinya dan sang ayah.

"kayak biasa" ucapnya datar tanpa senyuman, sang kasir mengangguk mengerti. beberapa lama kemudian pesanan sudah jadi. ia mengeluarkan beberapa lembar uang dan membayarnya. tersenyum tipis menandakan ia berterima kasih. ia tidak suka repot-repot berbicara terimakasih. membuang-buang waktu. lagipula, kasir itu sudah memahami sikap dinginnya.

broom.. broom..
ban motornya memutar cepat. membelah jalanan yang sudah hampir gelap. matanya menyorot kedepan. tidak ada emosi di dalam mata itu. hanya tatapan datar yang menusuk siapapun yang melihatnya.

. . .

sebelum masuk ke dalam rumah mewahnya, ia menyiapkan wajah yang berseri-seri dan ceria untuk berhadapan dengan ayahnya. setelah cukup, ia berteriak cukup keras dan segera pergi ke tempat ayahnya berada.

"Kiel pulang" ucapnya ceria. ia menghampiri sang ayah yang sedang terduduk di ruang kerjanya. memamerkan senyumnya untuk sang ayah tercinta.

"belum makan kan pa? Kiel bawa makanan kesukaan papa" ujar Ozekiel lembut. tidak lupa tersenyum cerah.

"iyaa, ayo makan. biar papa yang ambil minumnya ya" Bumi beranjak dari duduknya dan dengan cepat ditahan oleh Ozekiel.

"eits, papa langsung ke meja makan aja okay? biar Kiel yang siapin semuanya" Bumi tersenyum senang, terharu karena anak semata wayangnya ini sangat perhatian dan lembut. tidak seperti istrinya yang entah ada dimana sekarang.

"haha okay okay, terimakasih yaa.. papa langsung ke meja makan" ucap Bumi sambil menepuk bahu Ozekiel perlahan dan berjalan ke meja makan.

saat Bumi sudah tidak terlihat dipandangan, Ozekiel tersenyum tipis. dan bergumam.

"seneng terus ya pa, ada Kiel disini. gausah peduliin wanita murahan itu" ia pun melangkahkan kakinya kembali untuk pergi ke dapur dan menyiapkan peralatan makan dan minum.

***

cklek..
pintu utama terbuka. menampakan seorang wanita paruh baya yang memakai pakaian layaknya anak muda. dandanannya sangat terlihat. belum lagi lipstik merah mencolok di bibirnya. ia langsung saja melewati dua orang yang sedang berbincang santai di ruang keluarga. Bumi menghela nafas lelah.

When we meet each other [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang