1.0 : pelukan hangat itu??

242 50 8
                                    

ia pun kembali ke kursi semula dan memakan mie cupnya lagi. Ozekiel tersenyum tipis dan melanjutkan mengompres pipinya.

sembari mengompres pipinya, Ozekiel memperhatikan gerak-gerik wanita cantik di hadapannya. wanita itu sibuk menikmati mie cup yang sudah hampir habis. netranya menangkap luka robek di punggung tangan sebelah kanan sang wanita. Ozekiel mengernyit bingung. Ia terluka juga?

"itu, apa?" tanya Ozekiel memecahkan rasa penasaran. dagunya menunjuk punggung tangan yang sedang mengaduk mie. Sasha mengalihkan pandangan kearah punggung tangannya. dia mengangguk perlahan.

"ohh ini. hahaha luka ini mah" Sasha menjawabnya sambil terkekeh. seakan tidak ada beban di benaknya. Ozekiel mengernyit.

"lu selfharm lagi?" rupanya kulkas kita ini terlalu kepo, hm.

"selfharm lagi? haha nggak, gue gapernah selfharm. gue nggak segila itu buat nyakitin diri gue sendiri" jawab Sasha menampilkan senyum manisnya. dan menenggak air mineral di botolnya dalam satu tegukan.

"terus?" Sasha tersenyum lagi.

"papah" ucapnya lirih, tetap mempertahankan senyumnya.

"papah?" gumam Ozekiel. berusaha memperjelas pendengarannya.

"iya, papah gue yang buat karya ini. bagus kan?" ucapnya dengan nada sombong. Ozekiel semakin dibuat bingung. ini maksudnya apa sih?.

"jadi, maksud lu.."

"iya, keluarga gue ada masalah. dan gatau kenapa gue malah cerita ini ke orang yang bahkan baru gue kenal sekarang"

"sama"

"lo juga? kalo lo ada masalah, cerita aja ke gue. gue anaknya baik loh. cantik pula hehe. jadi lo gabakal nyesel kalo cerita ke gue. eh yang paling penting, ember gue pake bahan yang berkualitas. jadi bisa dijamin kalo rahasia lo nggak bocor kemana-mana" Ozekiel tersenyum sangat tipis. bisa-bisanya, seseorang yang memiliki keadaan yang sama dengannya masih bisa setegar ini. bahkan menyembunyikan luka hati dan fisiknya dengan tingkah konyol dan ceria itu. berbeda dengannya, ia malah menutup diri dari semua orang. dan menghadapi semuanya dengan sikap yang terkesan dingin.

"serius deh, kalo mau mah cerita aja. gue yakin gue gabakal bongkar rahasia lo. dan perlu lo inget, keadaan kita sama. jadi gue bisa ngerti perasaan lo" entah lah, hati Ozekiel menghangat. walaupun semua ucapan Sasha terkesan 'terlalu ikut campur'? tetapi, ia tidak merasa risih dengan perkataan Sasha tadi.

"nyokap selingkuh. dia gapernah sayang sedikit pun sama gua. jujur, gua gapernah rasain pelukan dan kasih sayang nyokap dari gua kecil. ortu gua berantem tiap hari" ia berucap datar. sorot matanya bergetar dan berkaca-kaca. seperti menahan tangis. Sasha membeku. separah itu?!

"maaf, gue nggak-" Sasha merasa bersalah dan berdiri dari duduknya. ia harus apa?!

"gua.." Ozekiel menunduk. entah apa yang terjadi, ia merasa air matanya ingin keluar hanya karna membicarakan singkat tentang keadaan keluarganya.

grep...
tubuhnya terasa bertabrakan dengan sesuatu. pelukan itu, hangat. ia menyadari, wanita di depannya ini tengah mendekapnya erat. menyalurkan segala semangat yang ia punya untuk Ozekiel, berharap semangat itu mampu mengalir.

"maaf.. maaf.. maaf.. gue ga bermaksud buat ngungkit kisah keluarga lo. sekarang lo boleh nangis kalo pun lo mau. gue bakal tutup mata biar gue nggak liat air mata itu"

perlahan air mata yang sedari tadi ditahan mulai jatuh. mengalir jatuh dari pipinya, dan perlahan ia mulai mengalungkan tangannya ke pinggang Sasha dan mengeratkan pelukannya. wanita diatas sana tersenyum. pria dihadapannya ini berbahu lebar seperti sang ayah. dan ia membayangkan bahwa ia sedang memeluk sang ayah yang bahkan ia tidak tahu bagaimana rasanya. pelukan ini, hangat.

"jadi gini rasanya dipeluk? mungkin begini juga rasanya pelukan mama. hangat" batin Ozekiel.

kedua insan itu terus berpelukan beberapa saat. menghilangkan rasa sesak yang sama-sama mereka tahan selama ini. entah kenapa mereka merasa cocok? mungkin. posisi keduanya sedang berpelukan, dengan Sasha yang berdiri sembari mengusap rambut Ozekiel, dan Ozekiel yang memeluk perut Sasha sambil duduk dan berhadapan dengan perut wanita itu.

"uhm, maaf kalo nggak nyaman" perlahan, Sasha melepas pelukan itu. Ozekiel yang tersadar pun melepas pelukannya.

"maaf" Ozekiel berucap. Sasha melambaikan kedua tangannya ke Ozekiel.

"eh, gapapa kok gapapa. kan gue duluan yang meluk. jadi gue yang minta maaf hehe" Sasha terkekeh canggung.

"gua suka. hangat" perkataan singkat Ozekiel membuat Sasha menahan senyumnya. perutnya serasa digelitiki. dan mungkin pipinya sudah memerah saat ini. Ozekiel mengalihkan pandangannya dan melihat handphone yang sedang menyala menunjukan waktu sudah menunjukan pukul 22.30 Ozekiel terkejut.

"dah malem. ga balik?" tanya Ozekiel khawatir. walaupun dengan nada datar. Sasha mengecek jam di handphone nya dan wajahnya terlihat gelisah. Ozekiel yang menyadari kegelisahan Sasha angkat bicara.

"yo gua anter" Ozekiel beranjak dan menarik tangan Sasha pergi dari sana, tidak dibiarkan menolak.

"ta-tapi gue.."

"sst"

***

perjalanan saat ini terasa sunyi, selain hari yang semakin malam, mereka berdua juga tidak membuka percakapan sama sekali. mungkin karena kejadian pelukan tadi, keduanya kini merasa canggung. hanya ucapan singkat yang dilontarkan Sasha untuk menunjukan dimana lokasinya berada.

"sana masuk, gua tunggu sampe lu masuk rumah"

"ga-gausah seriusan deh"

"masuk"


Bersambung..

*
*
*

udah ada hilalnya nih gaisseu hehe..
eh btw yang baca udah 1k. mkasih bnyk!!! votenya jangan lupa ya!

kalo makin banyak yang nungguin dan suka cerita ini, author mau publish cerita yang ada di draf!!

.
.

TBC
-authorgrumpy

see you hari minggu guys!
jangan lupa vote dan komen

When we meet each other [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang