0.9 : when we meet each other pt.2

222 52 2
                                    

hari semakin malam, hembusan angin malam bertambah kuat seiring jarum jam berputar. bintang tidak menampakan wujudnya seakan menandakan akan turun hujan sebentar lagi. seorang laki-laki tengah terduduk di salah satu taman.

taman yang mengarah langsung ke padatnya pusat kota. dibatasi oleh pagar besi setinggi sebatas lutut. ia terduduk meratapi nasib keluarganya yang begitu miris untuk sekedar diceritakan. mamanya kembali berulah. bahkan mamanya itu ditemukan sedang berciuman di ruang tengah rumah mereka.

flashback

pada saat itu, Ozekiel baru saja pulang makan malam bersama papa tercintanya. Ozekiel menatap sang papa yang matanya sudah berkaca-kaca seraya mengepalkan tangannya. 

matanya menunjukan kesedihan yang teramat dalam. kilat cahaya matanya menggambarkan betapa kuatnya ia tengah menahan emosi. siapa yang tahan, jika istrinya ditemukan sedang berciuman dengan laki-laki lain. bahkan dirumah mereka sendiri!

Ozekiel kembali menatap sang mama dan pria asing itu yang ternyata belum menyadari ada orang lain selain mereka. sepertinya mereka tengah mabuk? karna terlihat ada beberapa botol beer yang tergeletak di lantai.

Ozekiel menggeratakkan giginya kuat. ia berjalan cepat dan mencengkram bahu pria itu. ia mencengkram bahunya dan menarik kuat sehingga ciuman itu ikut terlepas. ia melayangkan tinjuan penuh emosi ke rahang sebelah kirinya. pria itu tersungkur ke lantai dengan mulut dan hidung yang mulai mengeluarkan darah.

mamanya terkejut. sangat. kenapa ia tidak menyadari ada orang yang masuk?. meskipun ia tidak peduli dengan kemarahan orang-orang disana, tetap saja ia merasa 'sedikit' tidak enak. ia menghampiri sang pacar yang sudah berbaring di lantai.

Bumi menghampiri Ozekiel dan berusaha menahannya. karna Ozekiel terlihat masih memendam emosi dan ingin memberi pelajaran untuk kedua kalinya.

"udah Kiel, gapapa. tenang ya.. udah" Bumi berkata lirih. 2 orang didepannya menatap tajam Ozekiel dan papanya. mamanya berdiri dan balik menampar Ozekiel.

plak..
"apa maksud lo nampar-nampar hah?! lo ga diajarin sopan santun sama papa lo yang katanya baik banget itu?!!" Ghina melirik sinis Bumi. jari telunjuknya menunjuk-nunjuk sang pelaku yang membuat pacarnya kesakitan dibelakang sana.

"seharusnya mama malu. udah punya suami dan anak tapi kelakuan kayak wanita murahan. kesana kemari buat nyari cowo baru" Ghina semakin kesal mendengar celotehan Ozekiel yang 100% benar tentang dirinya. ia kembali menampar Ozekiel.

plak..
tamparan keras mendarat di pipi satunya. lengkap sudah cetakan tangan di kedua pipi Ozekiel yang sedikit membengkak.

"cukup! saya masih sabar jika kamu menyakiti saya. tapi jika kamu menyakiti Ozekiel, lebih baik kamu keluar dari rumah saya"

"cih.. ayo sayang" Ghina pergi dengan memapah laki-laki itu.

***

satu tetes air jatuh ke permukaan bumi, diikuti tetesan lainnya yang mulai membasahi tanah, rumput, aspal dan apapun yang terkena dampak hujan. ia bersorak dalam hati. ia bisa menangis dibawah hujan tanpa ada siapapun yang menyadarinya.

ia terduduk memeluk lututnya dan menaruh kepalanya diantara lututnya.

ingin rasanya ia hidup normal dengan kasih sayang orang tua yang melimpah. tetapi itu hanya angannya saja. bahkan, saat ia masih bayi, ia tidak disusui oleh mamanya. ia hanya bergantung pada susu formula yang diberikan sang papa.

batinnya lelah, ia tidak terbayang bagaimana sakitnya perasaan sang papa.

srek.. srek..
ia mendengar langkah kaki seseorang yang perlahan semakin dekat. tetapi ia tidak mau repot-repot mengangkat kepalanya. mungkin saja itu orang yang ingin melakukan sesuatu? entahlah. Ozekiel tidak ingin repot-repot mengurusi orang lain.

When we meet each other [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang