Dvavimsati

16 2 0
                                    

.


.


.



Rumah Sakit

Mona memperhatikan kamar rawat Anggun yang luas. Kamar VVIP tersebut terdiri dari ruang rawat Anggun, ruang tunggu yang dilengkapi dengan fasilitas seperti Tv, kulkas, meja, sofa dan kamar mandi. Antara ruang rawat dan ruang tunggudibatasi dengan pintu kaca yang kedap suara. Hanya bunyi mesin EKG yang menemani keheningan di ruang rawat tersebut.

Tatapan Mona kemudian beralih memandangi raganya yang terbaring dengan berbagai macam alat medis yang menyokong setiap detak jantungnya. Lalu berjalan ke raganya dan menyentuh tangannya

'Seperti ini ternyata kondisi ku yang sebenarnya. Padahal selama ini ku kira ragaku sudah mati' batin Mona

"Lo belum mati" ucap Varell mengagetkan Mona

"I Know" jawab Mona

"Tapi lo bisa mati kalau lo mati di raga anak itu" lanjut Varell yang membuat Mona terkejut menatap dirinya yang berdiri tak jauh dari jendela

"Maksud lo apa?"

"Yah, that's mean kalau misalnya lo kenapa-napa atau lo terlibat sesuatu yang akibatnya dapat membahayakan diri lo maka raga lo yang asli juga bakal nerima akibatnya" ujarnya dengan santai membuat Mona terdiam dan kembali menatap ke raganya

Sementara itu di ruang tunggu, Angga tengah duduk diam sambil menantap Mona dari kaca pintu dan Rasya tengah bergelut dengan pikirannya sendiri sembari menatap kearah yang sama. Hanya keheningan yang menyelimuti keduanya. Hingga Rasya memutuskan untuk memecah keheningan tersebut

"Jadi...dia anak itu" tanya Rasya

"Hmm" jawab Angga tanpa mengalihkan pandangannya

"Tujuan lo ajak dia kesini biar lo bisa tau kalau jiwa Anggun ada di sini atau tidak kan?" tebak Rasya yang membungkam Angga. Ia sudah paham arti dari keterdiaman Angga yang menandakan bahwa perkataannya benar

"Lo gila" ucap Rasya tertawa sinis

"..."

"Lo sadar nggak sih? Dengan lo kayak gini terus itu nggak bakal ada gunanya! Yang ada bisa-bisa anak itu yang jadi korban nya, lo sadar nggak sih!?" ucap Rasya menaikkan nada suaranya karna geram dengan Tindakan Angga

"Lo bener, gue udah gila. Gue ngga tau harus apa biar bisa ketemu dengan Anggun. Rasanya gue akan gila setiap saat memikirkan kondisinya dan itu membuat gue tersiksa setiap detiknya. Gue udah berusaha keras menahan diri untuk tidak membawa lari Anggun ke Australia untuk pengobatannya. Jadi, setidaknya lo biarin gue untuk melakukan hal ini!" balas Angga teriak dan menatap Rasya yang diam mendengar perkatannya

"Huft...Angga gue tau lo terluka melihat kondisi Anggun kayak gini, gue juga! Tapi gue tau kalau gue terus-terusan larut dengan kesedihan gue Anggun bakal marah pastau hal itu. Lo tau kan dia kayak gimana? Dia pasti bakalan sedih dan merasa bersalah dengan kesedihan gue. Jadi, lo harus bisa bangkit dan melanjutkan hidup lo tanpa kehadiran Anggun" ucap Rasya lembut membuat Angga terdiam

Angga lalu bangkit dari duduknya dan masuk ke ruang rawat Anggun meninggalkan Rasya yang terus menatapnya

'Dek, kakak udah berusaha untuk membuat Angga bangkit lagi. Jadi kakak mohon, kamu harus cepat bangun. Jangan biarkan kakak, Angga dan Ricky menunggu terlalu lama untuk melihat senyum mu lagi'  batin Rasya tersenyum sedih

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DE ALETHEIA (Kembali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang