Bab 2

4.3K 386 32
                                    

Suara isakan demi isakan memenuhi telinga, gadis berambut merah muda itu diam-diam mengintip apa yang terjadi. Melihat sang Ayah yang melayangkan ikat pinggang pada tubuh sang Ibu, wajah gadis itu tampak datar seperti biasanya.

"Besok kau harus memuaskan bosku, dia sudah mengirimkan uang dan memintamu untuk datang ke tempat biasa."

"Tolong. Aku tidak mau melakukan itu, aku ini istrimu dan kenapa kau ...."

"Di mataku kau hanya seorang wanita yang di takdirkan untuk memenuhi hasrat pria, kau itu bodoh!"

Teriakan kesakitan kembali menggema di rumah itu, gadis kecil tadi hanya menatap boneka di pelukannya dengan amat datar.

"Kau dan anakmu itu sama saja!"

Keringat dingin membasahi tubuh Sakura, dia membuka mata dengan tergesa dan duduk di atas ranjang. Kenangan buruk itu lagi-lagi hadir di mimpinya, manik emeraldnya menatap ruangan yang ia tiduri dengan pandangan bertanya.

"Di mana aku?"

Menyibak selimut yang langsung membuat mata membola, Sakura menutup mulutnya sendiri dan mencoba mengingat apa yang terjadi semalam hingga ia bisa tidur dengan keadaan telanjang.

"Apa yang ku lakukan semalam?"

Bergegas ia mencari pakaiannya, Sakura menyingkap selimut dan menghela napas lega saat tak menemukan tanda-tanda aneh di sana, tubuhnya pun juga tak sakit dan ini bertanda bahwa ia tidak melakukan itu dengan pria berambut raven semalam. Langkah kakinya terhenti saat mendengar suara sepatu yang mendekat, tak ingin lagi melihat wajah pria yang membawanya langsung saja Sakura kabur dari sana, dia membuka sebuah pintu sudut ruangan yang terhubung dengan tangga menuju halaman.

Pria berambut raven tersebut baru saja selesai mandi, pikirannya berkabut karena susah payah menahan sesuatu. Bayangan akan tubuh mungil dan suara halus gadis itu membuat ia merinding, dia menghela napas panjang kemudian membuka pintu kamar.

"Tuan Sasuke, saya sudah menyiapkan sarapan."

Pria berambut raven yang di panggil Sasuke itu hanya mengangguk, dia berjalan melewati orang kepercayaannya begitu saja. Mengikuti langkah kaki yang membawa dirinya menuju kamar yang ditempati gadis berambut pink itu.

Tangannya terangkat memegang handle kemudian memutarnya, dia terpaku saat tak menemukan sosok siapapun di sana. Hanya ada bantal dan selimut yang tergeletak di lantai.

"Dia ... kabur?" lirihnya tak percaya.

*****

Sakura meletakkan tas berisi baju miliknya di atas ranjang Ino, gadis itu bahkan tidak mempedulikan gerutuan sahabatnya. "Diamlah Ino, aku ingin tidur."

"Di sini hanya ada satu kamar dan kau ingin menguasainya begitu saja? Mau tidur di mana aku dan Sai?"

"Tamu adalah raja. Jadi berhenti menggerutu dan tinggalkan aku sendiri, mataku mengantuk." Sakura mengangkat tangan dan memberi kode agar sahabat pirangnya itu pergi. "Apalagi yang kau tunggu?"

Ino menarik kaki gadis itu dan berteriak kesal, "Kau dipecat bukan? Makanya tidak punya tempat tinggal lagi."

"Kata-katamu menyakitiku."

Sakura memandang mata Ino dengan datar, dia menghela napas sejenak kemudian bangkit dari ranjang. Tangannya meraih tas berisi pakaian kemudian berjalan keluar kamar.

"Aku selalu merepotkan mu, sepertinya aku memang ditakdirkan untuk terbuang, kau bisa menghabiskan waktu dengan suamimu itu. Dan aku minta maaf," ujarnya pelan kemudian menutup pintu kamar.

Love Me [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang