Hatinya menjadi bimbang tatkala mendengar suara tangisan bayi yang nyaring, perjuangan dan rasa sakit yang ia hadapi berangsur menghilang. Namun, entah mengapa Sakura tak siap atau mungkin tak ingin untuk melihat wujud bayi yang ia kandung, bahkan dirinya terlihat enggan ketika sang perawat menyuruh untuk memberikan asi pertama.
Membiarkan perawat itu membuka bajunya dan dia dapat merasakan beban kecil yang menumpu di dada, mulut kecil yang bergerak untuk mencari sumber makanan hingga hisapan kecil dapat Sakura rasa.
Diam-diam ia meringis dan kembali memejamkan mata, tak siap menghadapi kenyataan setelah ini. Bahwa dirinya akan pergi dengan menyerahkan anak bayi tersebut pada Sasuke, kemudian menjauh dari kehidupan mereka. Jujur, dirinya sangat berharap Sasuke akan memberikan beberapa uang agar ia bisa bertahan hidup beberapa bulan ke depan.
Mengistirahatkan raga untuk sementara. Tak lama kemudian Sakura kembali membuka matanya, dia mencari sosok Sasuke yang sudah hilang entah kemana. Di lubuk hati yang terdalam keinginan untuk melihat bayinya semakin besar, tanpa pikir panjang Sakura turun dari ranjang dan berjalan tertatih keluar dari ruang rawat.
"Ruangan bayi di mana?" tanyanya pada salah satu perawat yang kebetulan lewat di depannya, mengucapkan terimakasih ketika perawat itu menunjuk ujung koridor.
Kembali berjalan pelan dan terkejut melihat Sasuke dan Jugo yang tampak berbincang dengan serius. Jugo mengambil posisi duduk di samping Sasuke, dia menepuk bahu pria itu pelan, "Perjanjian telah usai, jadi Tuan berhak melakukan apapun setelah ini bukan?"
"Kau benar."
Kakinya terasa lemas mendengar jawaban pasti dari Sasuke, apa setelah ini dia akan di manfaatkan atau malah di buang seperti sampah? Membatalkan niatnya untuk melihat sang bayi, Sakura dengan segara berbalik badan untuk kembali menuju ruang rawatnya.
Sebelum benar-benar terbuang, akan lebih baik jika dia pergi dengan sendirinya bukan? Setidaknya hal itu membuat ia masih memiliki harga diri, sangat memalukan jika Sasuke mengusirnya begitu saja. Persetan dengan uang yang tadinya ia harapkan, emeraldnya melihat tas yang ada di atas sofa, dengan cepat ia memeriksa baju di dalamnya.
Mengeluarkan beberapa kain untuk bayi dan menyandang tas, berharap tak ada siapapun yang akan mengetahui aksi kaburnya.
"Berniat untuk kabur kan?" tanya seseorang yang membuat tubuh wanita musim semi itu menegang, Sakura berbalik badan perlahan.
*****
Suara tangisan bayi melengking di dalam rumah mewah tersebut, Sasuke mengambil botol berisi susu kemudian memberikan nya pada Sarada. Bayi perempuan yang baru saja berusia dua bulan itu mulai tenang, dan hal tersebut membuat Sasuke bernapas lega.
Setidaknya Sarada tidak terlalu rewel seperti hari sebelumnya, bahkan dirinya harus melewatkan jam tidur untuk menjaga Sarada hingga mencetak jelas kantong mata yang menghitam di wajah tampannya. Tak hanya itu, penampilan nya sungguh berantakan, rambut panjang dan bulu halus di area rahang. Tidak ada waktu untuk merawat diri, karena prioritas nya sekarang adalah menjaga dan memastikan Sarada aman.
"Salad anak pintar," lirihnya ketika meletakkan bayi manis tersebut ke dalam box tidurnya. Tangan besar Sasuke terulur untuk sekedar mengelus rambut raven yang serupa dengannya, tatapan sendu jelas tercetak di sana, "Maafkan Papa ya sayang."
Menghela napas panjang dan berbalik badan saat pintu kamarnya terbuka, sosok Jugo berdiri dengan mantap.
"Maaf mengganggu Tuan, tapi saya ingin memberitahu, bahwasanya tuan harus menyelesaikan masalah yang satu ini. Mereka tidak menerima perwakilan untuk rapat yang akan di adakan satu jam dari sekarang."
Sasuke menganggukkan kepala. "Hn. Bagaimana dengan pencarian Sakura, apa kau sudah menemukan tanda-tanda?"
"Belum Tuan, saya belum menemukan jejaknya sedikitpun."
"Hn. Teruskan pencarian, dan aku minta tolong agar kau menjaga Sarada sementara aku pergi menghadiri rapat," ucap pria itu tegas.
"Baik Tuan."
Lagi-lagi pria Uchiha itu mengangguk. Dia berjalan menuju lemari dan mengambil kemeja, memakainya dengan atasan jas, merapikan rambut yang mulai memanjang tersebut kemudian menatap sang putri yang tertidur dengan pulas.
"Kabari aku jika terjadi sesuatu pada Sarada," ujarnya sebelum benar-benar hilang di balik pintu. Menyisakan Jugo yang memandang Sarada dengan tatapan tak terbaca.
Setengah hari menjaga Sarada membuat pemuda orange itu tahu bagaimana perjuangan Sasuke selama dua bulan ini, kaki panjangnya menyusuri koridor yang membawa pada apartemen. Membuka pintu tersebut perlahan, Jugo tak sengaja menatap meja makan, di sana masih ada sarapan yang ia buat tadi pagi.
"Dia tidak sarapan?" tanyanya pelan seraya melangkah menuju kamar satu-satunya di sana. Mengetuk tiga kali dan tak mendengar jawaban dari dalam, dengan lancang ia membuka pintu dan melihat gundukan berlapis selimut di depan.
Helaan napas terdengar begitu saja, "Kau tidak memakan sarapanmu?"
Tak ada jawaban apapun sehingga membuat Jugo kesal sendiri, dia berbalik badan untuk mengambil makanan di atas meja. Menghangatkan sebentar dan kembali ke kamar tadi, sayup-sayup indera pendengaran nya mendengar suara isakan bercampur ringisan.
Bertanya di dalam hati, apa ia orang jahat yang dengan teganya memisahkan seorang Ibu dan anaknya. Namun, di sisi lain ia merasa tak salah karena hal tersebut bukan keinginan Jugo, melainkan orang itu sendiri yang ingin pergi, dia hanya membantu.
"Makan ini!"
"Aku tidak lapar. Keluarlah."
Jugo menghela lagi. Dia meletakkan piring di nakas kemudian membalik badan orang itu dengan paksa, pandangan matanya terhenti pada bagian baju atas orang tersebut yang tampak basah.
"Aku bilang keluar!"
Jugo sadar dan paham itu, dia membuang muka kemudian berjalan keluar dari kamar. Mengambil satu baju kaus milik Sasuke yang sempat ia curi tadi, memberikan benda tersebut pada wanita yang meringkuk menahan ringisan sakit.
"Ganti pakaian mu dan makanlah, Sakura! Aku tak ingin kau mati membusuk di sini, kau mengerti?"
*****
Note : abaikan typo yang berserakan, karena saya tidak membaca ulang bagian ini. Mohon maaf kalau ada kekeliruan dan kesalahan dalam pembuatan cerita, selamat membaca semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me [✓]
عشوائيInspired by Love Is An Illusion Dunia suram dengan Sakura yang selalu terjebak dalam masalah, kehilangan arah serta tujuan hidupnya. Alert : 17+ Disclaimer © Masashi Kishimoto Story by © bublevanilla