Bab 12

2K 251 16
                                    

Pada hari itu senyum bahagia tak lepas dari wajah pria tampan tersebut, tangannya mengusap hasil foto usg  berkali-kali. Membayangkan janin yang belum terbentuk jelas tersebut berubah menjadi bayi imut nan lucu.

Sakura melihat dengan jelas, saat dirinya membuat perjanjian aneh pria berambut raven tersebut malah meminta hal lain. Terlihat sangat kecil namun memberi perubahan ekspresi yang nyata bagi Sasuke, diam-diam ia merasa gundah. Takut dengan apa yang akan terjadi kedepannya, Sakura sangat takut.

Satu minggu sejak perjanjian itu dibuat dan Sasuke benar-benar memperlakukan dirinya dengan baik, membuatkan sarapan di pagi hari, memantau jam makannya, membuatkan susu dan menuruti apapun yang ia minta.

"Makanlah sampai kenyang, setelah itu aku ingin membicarakan sesuatu padamu." Sasuke berucap lembut, "Dan jangan lupa minum vitamin serta susu ini."

"Apa kau merasa pusing?" tanya pria itu penuh kekhawatiran. Dokter bilang kalau Sakura pasti akan mengalami hal yang bernama morning sickness di mana pada saat itu Ibu hamil akan merasa pusing, muntah, dan tak mau memakan apapun hingga menyebabkan kelelahan. Dan sungguh, Sasuke tak ingin hal tersebut membuat Sakura menderita.

Menggelengkan kepala pelan. Wanita musim semi yang tengah berbadan dua tersebut menyuapkan kembali nasi ke dalam mulut, menikmati setiap kenikmatan dari masakan Sasuke. Dia mendongak tatkala pria itu berdiri sambil mengusap rambut pinknya pelan, menyusun piring kotor kemudian membawanya menuju wastafel.

Sakura menyandarkan tubuh, dan tak sengaja melirik ke arah Jugo yang memandang penuh kesal.

"Manja sekali," ucapnya pelan namun masih terdengar jelas di telinga Sakura.

"Raksasa seperti mu pasti iri padaku kan? Katakan saja!"

"Mana mungkin!" Teriak Jugo yang langsung di balas senyuman menyebalkan oleh wanita berambut merah muda itu.

Pertengkaran keduanya terhenti ketika Sasuke muncul dari arah dapur dengan tangan yang masih basah, bertanda bahwa ia baru saja selesai mencuci piring kotor.

"Kau ingin mengatakan sesuatu, apa itu?"

Bungsu Uchiha tersebut mengangguk. Dia berdehem pelan, "Dalam beberapa hari ke depan aku akan berada di kantor untuk mengurus proyek besar. Aku akan menyuruh Jugo untuk menjagamu dan berusaha untuk pulang walau hanya sebentar, tidak apa-apa?"

"Terserah. Kau tidak pulang sekalipun aku juga tidak terlalu peduli."

Mendengar hal itu jelas saja membuat pria raven tersebut menghela napas panjang. Sudah menebak jawaban yang akan diberikan oleh wanita tersebut, ia berdiri dari duduknya kemudian berjalan menuju kamar untuk bersiap bekerja, begitupun dengan Jugo yang mengikuti dari arah belakang.

Namun, sebelum benar-benar pergi pemuda berambut orange itu berhenti di ambang pintu dan menoleh pada Sakura.

"Bersyukur kau, karna Tuan sangat peduli padamu. Hanya karena Tuan berjanji untuk bertanggung jawab bukan berarti kau bisa seenaknya." Wajah Jugo tampak mengeras saat mengatakan hal itu.

Mengedikkan bahu tak peduli, Sakura memainkan jemarinya di mulut gelas. Mengabaikan perkataan Jugo yang menurutnya tak penting.

*****

Helaan napas panjang keluar dari mulut Sasuke, kepalanya terasa berat karena kurang tidur. Dua malam ini ia terpaksa menginap di kantor karena harus memeriksa beberapa file penting, tangannya terulur untuk mengambil ponsel. Mencari sesuatu yang berhubungan dengan ibu hamil dan juga bayi, gerakan tangannya terhenti tatkala manik jelaga hitam melihat satu pasang pakaian bayi yang lucu.

Di satu sisi ia sangat bahagia karena akan menjadi seorang ayah, tapi di sisi lain rasa cemas melingkup diri, takut dirinya tak bisa menjadi ayah yang baik bagi anaknya nanti. Pemikiran singkat itu terhenti tatkala mendengar suara pintu di ketuk pelan, di susul suara Jugo yang meminta izin untuk masuk. Tanpa pikir panjang Sasuke menyuruh tangan kanannya itu untuk masuk.

"Tuan, tanpa mengurangi rasa hormat saya hanya ingin mengingatkan anda bahwasanya 15 menit lagi rapat akan di mulai."

Sasuke mengangguk paham, matanya melirik jam kemudian berdiri dan membenahi jas yang sedikit berantakan. "Aku mengerti Jugo," jawabnya.

"Kalau begitu saya permisi untuk menyiapkan bahan rapat nanti."

"Tidak usah. Serahkan saja hal itu pada Suigetsu." Pemuda berambut raven itu menatap Jugo, "Aku ingin kau membeli dan mengantarkan makan siang untuk Sakura, apa bisa?"

Pemuda berambut orange itu mengangguk, tidak mungkin dia akan menolak permintaan dari sang atasan.

"Pantau dan pastikan dia memakan makanannya, aku sedikit khawatir karena dua hari ini tidak bisa pulang ke rumah. Jadi, aku harap kau dapat memastikan kalau dia baik-baik saja."

"Baik Tuan."

Bungsu Uchiha itu mengangguk dan mengucapkan terima kasih, dia berjalan keluar dari ruangannya diikuti oleh sosok Jugo di belakang. Sang tangan kanan tampak menghampiri Suigetsu, berbincang singkat kemudian berjalan menuju lift.

Waktu berjalan sangat lambat, membuat kepala Sasuke pusing tak karuan. Kesepakatan yang tak kunjung dicapai membuat dua orang yang duduk di hadapannya berdebat. Jujur saja, saat ini pria berambut raven itu ingin keluar dan mendinginkan kepala. Merasa tak tahan, dia berdehem keras dan menatap mereka tajam yang mana hal tersebut langsung membuat keduanya terdiam.

Mulutnya terbuka bermaksud menyampaikan sesuatu, namun terhenti ketika merasakan getaran dari ponsel yang berada di atas meja. Mengabaikan hal tersebut Sasuke menyimpan ponsel dan membuka bicara.

Akan tetapi getaran ponsel itu tak kunjung berhenti, dengan rasa kesal yang sudah mencapai ubun-ubun, Sasuke langsung berdiri dari duduknya dan berjalan keluar untuk menjawab telpon yang entah dari siapa.

"Ada ap---"

"Tuan! Maaf jika saya lancang, tapi keadaan di sini sangat kacau!"

Mengernyit heran saat mendengar suara pecahan disusul suara gerusuk dari sebrang sana.

"TUAN, DODOL INI MENGAMUK DAN BERUBAH MENJADI MONSTER, DIA ME---"

Tut ....

Tut ....

Love Me [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang