Hampir beberapa hari ini Sakura terlihat murung dan berdiam diri, bahkan ia tak lagi mempedulikan makanan serta susu yang harus dirinya konsumsi. Terlalu banyak hal yang Sakura pikirkan, dan semua itu juga tak luput dari pandangan Sasuke.
Pria tersebut sudah mencoba untuk berbicara bahkan mengajaknya keluar, akan tetapi tak ada respon berlebihan seperti biasanya yang ditunjukkan Sakura. Wanita berbadan dua itu hanya diam kemudian mengangguk, mengambil langkah pergi untuk menjauh darinya.
"Sakura aku ingin bicara," ucap Sasuke tatkala wanita itu baru saja selesai mencuci piring kotornya.
"Hm?"
"Ada apa? Kau banyak diam akhir-akhir ini, ada masalah yang menimpamu?"
Wanita musim semi itu menatap jelaga hitam didepannya intens, dan tak lama kemudian ia tersenyum, lebih tepatnya tersenyum paksa. "Masalah? Kau tahu bukan kalau hidupku ini hanya berisi masalah."
"Tapi kau sedang mengandung dan akan melahirkan, jadi aku hanya ingin memastikan agar kau tidak terlalu stress. Itu sangat berbahaya untukmu dan bayi ku."
Kata terakhir Sasuke membuat dirinya terdiam. Selama ini apa yang ia harapkan? Tidak ada yang spesial dari mereka bukan? Selain hubungan bahwa keduanya orang tua dari bayi yang di kandung.
"Hm. Aku tahu, jangan khawatir aku hanya sedang malas berbicara dan melakukan apapun, percayalah!" Setelah mengatakan hal tersebut langsung saja ia berbalik badan dan bergerak menuju kamar. Meninggalkan Sasuke yang berdiam diri di tempat.
Menutup pintu pelan kemudian berjalan menuju jendela, tangannya mengelus perut dengan perlahan. Dan tak lama kemudian air mata jatuh menetes, melewati pipi tembemnya.
Semua bayangan masa lalu serta kehidupannya kembali berputar bak kaset rusak, memutar banyak kejadian tak mengenakkan yang membuat ia terjebak dan tak tahu arah. Hingga pada akhirnya ia bertemu Sasuke, tapi semuanya tetap berjalan sama. Bahkan dirinya mendapat masalah yang lebih besar kali ini.
Suara lirih dan isakan memenuhi ruangan kamar, hingga ia tak menyadari bahwa ada seseorang yang diam-diam masuk melalui pintu.
"Aku tidak tahu apa yang ada di dalam pikiranmu, tapi jika kau ingin aku bisa mendengar ceritamu, Sakura." Pria tampan berambut raven tersebut berdiri di belakang tubuhnya.
Tangan Sasuke bergerak untuk mengelus pinggang kemudian mengangkat perut itu perlahan, bermaksud sedikit mengurangi beban betapa beratnya perut Sakura. Dan jelas sekali kalau hal tersebut membuat wanita itu merasa lega karena beban diperutnya sedikit terangkat oleh tangan besar Sasuke.
Sakura menghapur air matanya dan berdiam diri setelahnya, mereka saling mengunci bibir. Namun, setelah berpikir panjang Sakura memutuskan untuk buka bicara.
"Kau ingat restoran yang kita kunjungi hari itu?"
"Aku ingat."
Menghela napas panjang, "Aku melihat sebuah keluarga yang begitu harmonis. Kau tahu, itu adalah impianku sejak kecil. Di mana aku bisa bercanda bersama Ayah dan Ibu, serta kami makan malam bersama. Aku juga ingin merasakan bagaimana dipeluk oleh Ayah dan Ibu, bermain, dan berjalan-jalan saat akhir pekan. Namun, itu tak pernah terjadi. Semuanya akan menjadi impian yang tak pernah aku lalui. Menyedihkan sekali bukan?" tanyanya di akhir disusul oleh suara isakan yang kembali terdengar.
Sasuke mengangguk paham. Dia melepaskan pegangan pada perut Sakura kemudian membalik badan itu untuk berhadapan dengannya, sungguh telah banyak hal buruk yang di lalui oleh wanita itu ternyata. Bahkan untuk membayangi saja membuat Sasuke tak kuat, tangannya bergerak untuk memeluk dan mengelus punggung mungil tersebut lembut. Seakan menyalurkan rasa kasih dan sayang yang ia punya untuk Sakura, dirinya tahu bahwa pelukan akan membuat wanita itu tenang.
"Ayo kita duduk," ajaknya sambil memapah tubuh mungil itu untuk duduk di ranjang. Ia memperhatikan Sakura yang bersandar dengan tangan yang sibuk mengelus perut buncitnya.
Sedangkan Sasuke memijat kaki dan betis yang terlihat membengkak, dia sangat tak ingin membuat wanita musim semi itu terluka lagi.
"Aku ingin tidur, Sasuke."
"Baiklah. Sebentar, aku akan menyiapkan bantal dulu." Beranjak untuk memperbaiki posisi bantal agar nyaman di pakai saat Sakura tidur, membantunya merebahkan tubuh dengan hati-hati di atas kasur.
Keheningan kembali melanda. Sasuke tetap memijit kaki bengkak Sakura sedangkan wanita musim semi tersebut tampak tidak tenang walau hanya untuk sekedar memejamkan mata.
Niatnya ingin bertanya ter-urungkan ketika permintaan lirih Sakura terdengar.
"Berbaring dan peluk aku Sasuke, kemudian elus kepalaku seperti biasanya," ucap wanita itu seraya merentangkan tangan.
Dan tak lama kemudian Sasuke menyambut pelukan tersebut, membawa kepala merah muda itu untuk bersandar pada dadanya dengan lengan yang menjadi bantalan. Sesuai ucapan Sakura, tangan lelaki tampan berambut raven itu terangkat untuk mengelus kepalanya seperti biasa.
Dengan pandangan mata yang tak bisa lepas dari wajah cantik Sakura, melihat bagaimana napas hangat dan teratur keluar dari hidung mungilnya bahkan mata yang tertutup itu juga membuat ia terpana. Terlalu indah untuk dilewatkan, memberi kecupan ringan di puncak kepala hingga turun ke mata dan terakhir di pipi Sakura.
"Apa yang harus aku lakukan, Sakura? Aku bisa mewujudkan apa yang kau inginkan, tapi bagaimana kalau aku mengatakan yang sebenarnya, sesuatu yang aku rasakan saat berada di dekatmu? Apa kau akan menerima atau malah menolaknya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me [✓]
De TodoInspired by Love Is An Illusion Dunia suram dengan Sakura yang selalu terjebak dalam masalah, kehilangan arah serta tujuan hidupnya. Alert : 17+ Disclaimer © Masashi Kishimoto Story by © bublevanilla