Setelah mendapat jitakan keras dari sang ibu di kepala, akhirnya Sasuke mengalah untuk menunda pernikahan mereka menjadi bulan depan. Diam-diam Sakura bernapas lega karena dia harus mempersiapkan diri dan mental terlebih dahulu, keduanya mendapat wejangan khusus dari semua anggota keluarga. Mengatakan segala sesuatu yang berhubungan dengan pernikahan, bagaimana mereka harus bersikap dewasa ketika masalah kecil datang menyapa, dan yang paling penting adalah perlunya komunikasi antara satu sama lain.
Minggu-minggu berlalu, pernikahan kedua hampir dekat. Bahkan segala persiapan sudah mulai di lakukan, seperti memilih dekorasi pesta yang cocok, membuat mansion yang tadinya mewah bertambah mewah pula. Tak lupa dengan fitting baju pengantin yang akan di pakai, serta makanan yang akan disajikan saat pesta.
Bungsu Uchiha tersebut menolak dengan keras ketika sang Ibu mengatakan ingin mengundang semua orang, keduanya sempat berdebat hingga alasan tak masuk akal Sasuke diterima dengan tidak ikhlas oleh sang Ibu.
"Aku tidak ingin semua orang tahu kalau aku mempunyai istri yang cantik, nanti mereka akan iri."
Begitulah kira-kira alasan yang keluar dari mulut pria itu, membuat Sakura malu sendiri karenanya. Dan disinilah mereka sekarang, sosok wanita berambut merah muda yang berjalan dengan tangan merangkul lengan sang ayah mertua.
Orang-orang yang ada di sana berdiri, memperhatikan bagaimana sang putri berjalan menuju pangerannya. Genggaman tangan berpindah ketika Fugaku menyerahkan Sakura pada putranya, mereka berdiri saling berhadapan di atas altar sekarang. Seorang pendeta datang menghampiri, dan janji pun di ucapkan.
"Sekarang kalian resmi menjadi pasangan suami istri," ujar pendeta tersebut diiringi tepuk tangan yang meriah.
Sasuke menggelengkan tangan istrinya erat, mengelus cincin yang tersemat di jari manis itu, lagi-lagi senyuman tak lepas dari bibirnya. "Terima kasih, Sakura. Aku mencintaimu, sayang."
"Aku ... Aku juga mencintaimu, suamiku."
Pesta pernikahan berjalan lancar, banyak orang yang ingin mengucapkan selamat pada pengantin tersebut. Mikoto datang sambil menggendong Sarada, gadis kecil tersebut tampak cantik dengan gaun kecilnya. Menyandarkan kepala pada bahu sang Mama yang terbuka, dia tertidur dengan tenang.
"Hoi teme! Selamat atas pernikahan mu. Aku pikir aku tidak akan melihat hari ini terjadi, karena dulu sangat bersikeras tidak ingin menikah bukan?" goda Naruto sambil memukul bahu sahabatnya pelan, "Anakmu cantik, apa kita akan jadi besan?"
"Terima kasih untuk ucapan selamatnya, tapi jangan harap aku akan membiarkan anak gadis ku bersama putramu."
"Kau posesif sekali, putraku tampan tahu, seperti ayahnya ini." Naruto mencibir.
Sedangkan Sasuke tampak tersenyum aneh, "Memangnya kau tampan? Aku yakin anakmu pasti lebih nakal melebihi dirimu saat kecil dulu."
"Ya teme! Mulutmu sangat berbisa, aku tidak ingin bicara dengan mu lagi. Ambil kado ini dan aku akan mengajak Hinata pulang sekarang juga!" Naruto meletakkan bingkisan kecil di tangan sahabat nya kemudian berlalu menuju sang istri berada, tampak sekali bahwa pria berambut kuning tersebut merajuk.
Sasuke geleng-geleng kepala, sudah punya anak tapi Naruto masih saja kekanakan begitu. Kalau dia yang menjadi Hinata mungkin dia akan membakar suaminya hidup-hidup, eh, Kau mau menjadi istri Naruto, Sasuke? Tidak-tidak! Dia masih waras, tolong.
"Selamat atas pernikahan anda Tuan, saya ikut bahagia melihatnya." Suara Jugo memecahkan pemikiran aneh Sasuke, dia mengangguk dan berpelukan.
"Terima kasih, Jugo."
"Dan saya minta maaf untuk semua kekesalan saya dulu," ucap Jugo mengalihkan pandangannya pada Sakura. "Sekarang anda sudah menjadi istri tuan Sasuke, yang berarti Nyonya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me [✓]
CasualeInspired by Love Is An Illusion Dunia suram dengan Sakura yang selalu terjebak dalam masalah, kehilangan arah serta tujuan hidupnya. Alert : 17+ Disclaimer © Masashi Kishimoto Story by © bublevanilla