Siapa yang tidak terkejut jika kau tiba-tiba di lamar di depan keluar besar? Terlebih lagi kau belum kenal dengan semuanya. Itulah yang dirasakan oleh Sakura sekarang, malu dan canggung hingga tanpa sadar dia berdiri, mendorong tubuh Sasuke kemudian berlari keluar ruangan, meninggalkan sejuta pertanyaan dari orang-orang di sana.
Semuanya terdiam dan menatap Sasuke yang juga melongo.
"Eh?!" Pekik Mikoto tak percaya, wanita paruh baya itu memandang putra bungsunya heran, "Kenapa dia kabur?"
Suara tawa membahana, Sasuke tersentak dan memandang kakaknya dengan tajam. Pria berambut hitam panjang itu bahkan mengabaikan kode sang istri untuk berhenti, dia bahkan memegangi perutnya yang terasa sakit akibat tertawa.
Itachi berdehem singkat, "Dia menolakmu?"
"Tidak ada yang lucu. Diam kau bodoh!"
"Pasti itu semua karena kau jelek! Kaku dan aneh, siapa yang kemarin bilang kalau tidak ingin menikah, sekarang tiba-tiba membawa wanita dan anaknya, bagaimana itu tidak membuatku tertawa," jawab pria itu dengan tatapan mengejek.
Sang ibu yang melihat pertikaian kedua putranya mulai melerai, Mikoto mengangkat salah satu tangannya kemudian menyuruh Sasuke untuk mendekat.
Tersenyum lembut saat mengelus rambut putra bungsunya, "Dengarkan baik-baik. Ibu tidak mengira kau akan bertindak sejauh ini, Ibu masih tidak menyangka kalau kau akan datang dengan membawa seorang bayi juga wanita, kami benar-benar terkejut. Katakan pada Ibu, berapa umur wanita itu?"
"21 tahun Bu."
"Jaraknya cukup jauh, 5 tahun bukan? Bagaimana menurutmu, sayang?" tanya Mikoto seraya menoleh pada sang suami yang sejak tadi diam, lelaki paruh baya itu tetap diam.
Mikoto kembali memandang Sasuke, "Jelaskan pada Ibu semuanya, bagaimana kepribadiannya? Apa kau sudah tahu?"
"Sebenarnya pertemuan kami tidak disengaja pada saat pesta pernikahan Naruto, hingga aku memberikan tumpangan hidup padanya yang saat itu dipecat, aku bahkan mencarikan pekerjaan yang cocok agar ia tidak di tipu lagi. Aku merasakan hal aneh setelah tidur dengannya, sampai Jugo menyuruhku untuk berkencan dan lagi-lagi aku tetap tidak bisa berpaling dari Sakura, hingga pada akhirnya ia hamil dan melahirkan Sarada."
Mikoto tersenyum manis, dia mengelus pipi putra bungsunya pelan, "Jadi kau jatuh cinta padanya?"
"Ya, aku mencintainya Ibu."
"Pergi dari sini sekarang juga!" usir Mikoto seraya menampar dan mendorong bahu Sasuke kuat. Dengan tiba-tiba sang ibu melotot marah, "Pergi dan bawa anak ini! Aku tidak mengajarimu untuk merusak anak orang dan kau seenaknya melakukan itu pada wanita bernama Sakura tadi?!"
Semua orang di sana tentunya kaget dengan apa yang terjadi, Sasuke akui caranya memang sedikit salah, dia berdiri dan mendekap putrinya.
"Maafkan aku, Ibu. Telah mengecewakan Ibu," ujarnya kemudian keluar dari sana, dia menoleh ketika sosok Sakura tampak diam terpaku dengan wajah memucat.
Wanita berambut merah muda tersebut menoleh dengan mata yang berkaca-kaca, dapat disimpulkan bahwa dia mendengar semua pembicaraan. Dengan senyuman lebar, Sasuke menggelengkan kepala kemudian menarik tangan wanitanya untuk keluar dari rumah ini, akan tetapi dengan cepat Sakura menahan tangan Sasuke setelah mereka keluar dari pintu utama.
"Pipimu merah, apa itu sakit?" tanyanya dengan suara bergetar, tangan mungilnya mengelus permukaan pipi sang pria lembut, "Kau terluka karena ku ya? Seharusnya---"
"Tidak! Yang di katakan oleh Ibu benar adanya, tidak seharusnya aku melakukan itukan? Seharusnya aku menjagamu bukannya merusak dan bahkan sekarang tanpa rasa bersalah aku melamar mu."
Sakura menggelengkan kepala pelan, dia kembali mengelus pipi Sasuke dan terisak.
"Jangan menangis Sakura, maafkan aku ya?"
"Jangan berkata begitu, aku tidak beranggapan kau salah di sini."
Sasuke menggelengkan kepala, "Aku telah mengambil bagian penting dalam hidupmu, seharusnya aku tidak melakukan itu dan dengan lancang juga aku mengatakan cinta padamu, aku tidak memaksa tapi jika kau ingin menolak maka aku akan melepaskan mu, kau ingin bahagia bukan?"
Wanita berambut merah muda itu mengangguk.
"Kalau begitu aku akan mengabulkannya, berbahagia lah dengan hidupmu nanti. Untuk Sarada biar aku yang merawatnya, kau tidak usah khawatir."
Wanita itu terdiam. Dia menatap tak percaya pada Sasuke, "Kau menyuruhku pergi?"
"Jika itu yang kau inginkan maka aku akan lakukan."
"Sasuke bodoh! Kau menyuruhku pergi setelah kau melamar ku?"
"Iya, aku---"
Wajah Sakura tampak memerah dengan cepat ia membekap mulut Sasuke, sedangkan Sarada anteng melihat perdebatan kedua orang tuanya.
"Kau bahkan tidak mendengar jawaban dari pernyataan cintamu?! Kau bodoh! Sejujurnya aku kesal saat kau membawaku ke rumahmu saat itu, kau meniduri ku saat mabuk tapi aku juga merasa beruntung karena kau sudah menyelamatkan hidupku, kau menyelamatkan ku dari seorang lelaki brengsek yang ingin menipuku bahkan kau menghabiskan banyak uang untuk itu!"
Mengambil napas kemudian melanjutkan ucapannya, "Aku seharusnya berterima kasih, bukannya menjadi tidak tahu diri dan bersikap seenaknya padamu. Bahkan saat aku hamil pun kau memperlakukan aku dengan baik, itu semua terlihat tulus bukan hanya karena perjanjian yang kita buat, kau benar-benar tulus melakukannya."
Sakura terisak, dia melepaskan bekapan pada mulut Sasuke.
"Aku mulai bimbang Sasuke, perasaan takut mulai berkecamuk saat aku merasakan debaran aneh berada di dekatmu. Aku merasa takut jikalau karena perasaan aneh itu semua akan berakhir, alasanku kabur setelah melahirkan bukan hanya sebatas takut dengan tanggung jawab, tapi ... Sebenarnya aku takut dengan kenyataan kalau aku akan jatuh semakin dalam jika selalu berada di dekatmu."
Dan kalimat panjang tersebut mengakhiri ucapan Sakura, wanita berambut merah muda itu menundukkan kepala.
"Jadi, kau menyukai, begitu?"
Sakura terhenyak kemudian menggeleng dengan pelan. "Saat kau menyatakan perasaanmu padaku, itu seperti memiliki makna 'cintai aku dan kujamin hidupmu bahagia'. Jadi, ku katakan padamu sekarang, dengan jelas kalau aku ... aku mencintaimu, Sasuke."
Otak pria itu serasa buntu. Dia mematung melihat Sakura yang masih menundukkan kepala, hingga suara tepuk tangan menyudahi acara diam-diam keduanya, Sasuke sontak menoleh ke arah pintu utama, di mana seluruh keluarganya berdiri dengan wajah bahagia. Bahkan sang Ibu tampak tersenyum di dalam pelukan sang Ayah.
"Cepat peluk dia, Sasuke! Apalagi yang kau tunggu? Peluk dan bawa ke gereja sekarang juga, nikahi dia!" teriak Itachi. "Ibu sudah tahu semua ceritanya Sasuke, dia hanya ingin mengujimu dan berterima kasihlah pada kakakmu ini karena sudah memaksa Jugo untuk mengatakan yang sebenarnya!" sambung Itachi lagi.
Bungsu Uchiha itu menunduk, memperhatikan Sakura yang tampak diam. Dia membiarkan sang Ibu menarik Sarada dari dekapannya kemudian tanpa pikir panjang Sasuke memeluk Sakura, menciumi puncuk kepala itu penuh sayang. Rasanya benar-benar bahagia sekali.
"Aku bahagia ternyata kau juga mencintaiku! Terima kasih Sakura! Karena semuanya sudah jelas, ayo kita menikah sekarang juga!"
Sakura gelagapan sendiri, dia melepaskan pelukan Sasuke, "Apa?! Kau gila? Bagaimana dengan keluarga---"
"Semua tergantung Sasuke, Sakura. Jika dia ingin menikahi mu maka kami tidak ada hak untuk melarang, karena kami tahu Sasuke tidak akan pernah salah memilih apapun, termasuk pasangan hidupnya," potong Mikoto. "Lagipula kami juga sudah mengharapkan ini sejak lama, jadi kau tahu maksud Ibu kan, sayang?"
Wanita berambut merah muda itu mengangguk, dia memandang Sasuke yang tampak tersenyum, begitu pun dengan keluarga Sasuke. Bahkan Sarada berekspresi senang dengan celotehnya.
"ga ga ga ga!"
Semuanya hampir selesai, bukan begitu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me [✓]
RandomInspired by Love Is An Illusion Dunia suram dengan Sakura yang selalu terjebak dalam masalah, kehilangan arah serta tujuan hidupnya. Alert : 17+ Disclaimer © Masashi Kishimoto Story by © bublevanilla