Suara teriakan dan juga celoteh memenuhi ruangan, seorang wanita berambut pirang berkacak pinggang seraya menunjuk-nunjuk tepat di wajah sahabatnya. Ino bahkan menimpuk Sakura dengan bantal sofa jika saja Sasuke dan Sai tidak melerai mungkin wajah wanita pink tersebut akan hancur karena emosi yang begitu berlebihan.
Wanita berambut pirang itu tampak menghela napas panjang, "Aku tidak habis pikir, kenapa kau bisa kabur begitu saja? Kau kira setelah melahirkan kau tidak punya tanggung jawab begitu?"
"Aku bahkan sudah mengatakan ini sejak awal karena kau tampak ragu, dan sekarang lihat! Semua jadi---"
"Sudahlah Ino, setidaknya sahabatmu sudah berada di sini sekarang." Sai menarik tangan istrinya untuk duduk, tidak tega dengan wanita berambut merah muda itu yang di marahi habis-habisan oleh sang istri, belum lagi dengan rengekan Sarada yang terbangun akibat keributan yang terjadi.
Lagi-lagi ia menghela napas dan duduk bersandar di sofa, memperhatikan bagaimana sahabatnya itu tetap menundukkan kepala, tangannya tampak gemetar ketika Sasuke menyerahkan Sarada dalam gendongannya. Menimang bayi perempuan tersebut dengan ragu-ragu.
Ino berdiri dan mendudukkan tubuhnya di dekat Sakura, mengelus bahu sahabatnya itu dengan lembut kemudian tersenyum, "Maafkan aku karena memarahi mu. Aku hanya khawatir, kau tahu?"
"Hm. Semuanya memang salah dan aku mengakuinya Ino, terima kasih karena kau sudah mengkhawatirkan aku."
"Aku menyayangimu." Keduanya berpelukan, kemudian menjaga jarak ketika Sarada menangis lebih keras. Menimang kembali dan tak lama kemudian Sarada kembali tertidur dalam dekapan hangat Sakura.
Waktu berputar sangat cepat, saat ini kedua wanita itu tampak berpelukan sambil mengucapkan salam perpisahan. Mengabaikan dua Sasuke dan Sai yang memutar bola mata bosan melihat tingkah mereka.
"Sampai nanti, Sakura. Berikan aku kabar baik dalam waktu dekat!" teriak Ino sebelum melaju meninggalkan pekarangan rumah menggunakan taksi. Cuaca siang hari yang terik membuat semangat keduanya membara.
"Sampai nanti!"
Menyisakan Sasuke dan Sakura yang saling diam. Lelaki berambut raven itu menggenggam tangan wanita merah muda kemudian tersenyum.
"Ayo masuk!" Ajak pria itu lembut seraya menarik tangan Sakura masuk. Setelah pernyataan cinta Sasuke dan ucapan maaf hari itu, mereka mulai menjalani semuanya dengan perlahan walaupun merasa canggung karena keberadaan satu sama lain.
Kini mereka duduk di ruang tengah, dengan Sasuke yang memangku Sarada dan wanita musim semi yang asyik melihat album berisi foto gadis kecilnya dari baru lahir sampai sekarang, bahkan Sasuke juga membuat beberapa goresan tinta berupa catatan di sana.
Lagi-lagi rasa bersalah melingkupi hati Sakura. Dia menundukkan kepala seraya mengusap foto Sarada yang tampak membuka mata di sana, "Maafkan aku, Sasuke. Aku benar-benar meminta maaf padamu dan juga Sarada."
Air mata kembali jatuh melewati pipinya. Membuat Sasuke tersenyum tipis dan mengusap pelan pipi tersebut dengan salah satu tangan yang kosong.
"Aku sangat buruk, aku benci melihatnya."
"Jangan berkata seperti itu, yang terpenting sekarang kau sudah ada di sini bersama kami dan aku sangat berterima kasih," jawab Sasuke menenangkan. Tangan besarnya menarik kepala Sakura untuk bersandar pada bahunya, "Berjanjilah padaku mulai sekarang, kalau kau tidak akan pergi lagi."
"Tapi aku tak---"
Sasuke menggelengkan kepala, "Jangan dipikirkan. Tidak peduli kapan perasanku terbalaskan, cukup kau di sampingku dan aku akan merasa bahagia."
Wanita berambut merah muda sepunggung itu menatap jelaga hitam Sasuke, kemudian beralih menatap Sarada yang terbangun karena percakapan mereka. Entah pemikiran dari mana, Sakura meneliti wajah putrinya dan Sasuke bergantian, hingga tanpa sadar membuat ia mengerucutkan bibir lucu.
Gerutuan terdengar dari mulutnya.
"Kenapa Sarada sangat mirip denganmu? Padahal aku yang mengandung dan melahirkan nya?"
Dia menjauhkan badannya dari Sasuke seraya melipat tangan di depan dada, "Tidak adil!"
"Ayolah~ Kita membuatnya berdua Sakura, jangan berkata seperti itu."
"Cih!" Tangannya memainkan pipi gembil sang putri dan tersenyum, "Apa benar aku yang melahirkan anak ini, Sasuke? Aku seakan tidak percaya."
Bungsu Uchiha itu mengangguk dan memindahkan Sarada ke pangkuan Sakura, dia mengelus rambut merah muda tersebut sayang kemudian mencium sudut bibirnya dengan kilat.
"Percaya atau tidak, tapi itu kenyataannya. Aku sangat mencintaimu, Sakura, tunggu sebentar aku akan mengajakmu ke suatu tempat."
"Kemana?! Hei! Jangan kacaukan rambutku!" teriak wanita itu tak terima. Dia menatap nyalang pada sosok Sasuke yang berlari menuju kamar, dan tak lama kemudian terdengar suara air yang mengalir.
Pada awalnya Sakura berpikir kalau pria Uchiha itu akan membawanya jalan-jalan ataupun untuk berbelanja, akan tetapi semua ekspetasi nya sirna saat melihat keberadaan mereka sekarang. Berdiri kaku di depan sebuah mansion mewah yang membuat kagum mata, wanita berambut merah muda itu meneguk ludah kasar.
"Apa maksudnya ini?"
Bukannya menjawab. Sasuke malah tersenyum dan menarik tangan mungil itu untuk mengikuti langkah kakinya memasuki rumah, melewati lorong menuju ruangan yang biasa ia datangi. Sayup-sayup suara orang berbicara terdengar, Sakura menghentikan langkah ketika pintu di depannya terbuka lebar.
Menampilkan ruangan hangat dan elegan, dengan orang-orang berwajah hampir mirip dengan Sasuke. Emeraldnya bergulir menatap satu persatu orang di sana, hingga tatapan tajam seorang paruh baya membuat ia takut dan mati di tempat.
"Apa maksudnya ini, Sasuke?" tanya lelaki itu tegas, jelaga hitamnya menatap Sakura dan Sasuke bergantian. "Dan siapa wanita itu?"
"Dia Sakura dan bayi ini adalah anak kami, maksud kedatangan ku kesini adalah untuk memperkenalkan mereka pada kalian, Ayah."
Wanita musim semi itu kembali meneguk ludah kasar, dia menundukkan kepala ketika salah seorang wanita di sana berdiri dan berjalan mendekatinya, mengambil Sarada dari gendongan nya.
"Jadi ini anak kalian?" tanya wanita itu memastikan, dia meneliti wajah Sarada kemudian mengangkat kepala untuk memandang Sakura.
Hingga pekikan nyaring keluar dari mulut wanita itu, dia kembali duduk dan menciumi wajah Sarada berulang kali membuat gadis kecil itu gelisah dalam tidurnya, sedangkan Sakura tampak bingung dengan apa yang terjadi. Hingga tarikan kecil di tangannya membuat wanita itu menoleh, memperhatikan Sasuke yang tersenyum dan membawanya untuk duduk.
"Oh lihat ini sangat lucu~" pekik wanita paruh baya yang masih saja mencium wajah Sarada.
"Jadi ini wanita yang kau sembunyikan dari kami, Sasuke?"
Yang di tanya mengernyitkan kening heran, dia menatap penuh tanya pada sang kakak yang tiba-tiba berucap demikian.
"Oh ayolah! Kapan aku tidak tahu tentang adikku? Aku bahkan mengetahui ini sejak awal."
Sasuke mendengus kesal, "Kau memata-matai ku, bodoh!"
"Sudah-sudah! Sekarang cepat katakan pada Ibu apa tujuanmu kemari? Tidak mungkinkan kalau kau tidak punya maksud tertentu."
Bungsu Uchiha itu mengangguk pelan, dia menggenggam tangan Sakura kemudian menatap semua anggota keluarga, hingga tatapannya kembali terpaku pada sosok wanita di depannya. Sasuke tersenyum dan mengeluarkan sesuatu dari saku celana.
"Tujuan ku ke sini ingin meminta restu pada kalian, sekaligus ...." Menggantung ucapannya, tangan Sasuke membuka kotak kecil berwarna merah tersebut, memandang wajah Sakura gundah, "Aku ingin melamar Sakura di depan kalian semua."
*****
Note : Ini saya gatau nulis apa, entah nyambung atau ga harap di maklumi ya.
Setelah bergelut dengan banyak tugas akhirnya saya bisa update lagi :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me [✓]
عشوائيInspired by Love Is An Illusion Dunia suram dengan Sakura yang selalu terjebak dalam masalah, kehilangan arah serta tujuan hidupnya. Alert : 17+ Disclaimer © Masashi Kishimoto Story by © bublevanilla