Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba pemuda berambut pirang itu membawa Sakura untuk pergi setelah jam kerjanya usai. Awalnya mereka mengunjungi tempat belanja kemudian memutuskan untuk duduk di taman, melihat orang yang berlalu-lalang sehabis kerja.
Malam akan tiba, Sakura merasa ada yang aneh, kepalanya mendongak tatkala sosok Shii datang sambil membawa minuman dingin dalam genggaman. Menerima botol tersebut dan mengucapkan terimakasih, Sakura dapat melihat ada yang berbeda dari suasana sekarang.
"Boleh aku bertanya?" Suara pemuda itu mengalun, membuat Sakura langsung menganggukkan kepala.
"Kau tinggal di rumah Uchiha Sasuke kan? Apa kalian punya hubungan yang lebih dekat?"
Wanita berambut merah muda itu menggelengkan kepala kemudian tersenyum. Dia menggenggam botol minuman di tangan lebih erat, "Kenapa?"
"Hanya ingin tahu, sebenarnya aku---"
"Tidak. Aku dan dia tak memiliki hubungan apapun!" potong Sakura cepat dengan senyuman, walaupun di satu sisi ia merasa gundah.
Namun ia mengernyit ketika Shii melongo kemudian tertawa keras, pemuda itu meremas botol minumnya hingga tak berbentuk. Belum lagi dengan pandangan tajam yang seakan menguliti Sakura hidup-hidup.
"Sial. Jadi semuanya sia-sia?" umpatnya melempar botol minuman tadi ke tong sampah. "Percuma aku menghabiskan waktu untuk mendekatimu."
"Apa maksudmu?"
Shii tertawa lagi sambil melipat tangan, "Kau pikir aku mendekatimu karena aku menyukaimu? Tentu saja tidak! Ini semua kulakukan untuk membalas dendam pada Uchiha itu, karena dia hubungan ku dengan kekasihku harus berakhir."
Sakura terdiam.
"Apa kau benar-benar berharap dengan yang namanya cinta? Lagipula siapa juga yang akan jatuh cinta pada wanita yang tidak jelas latar belakangnya seperti mu ini, Dasar wanita bodoh."
Wanita musim semi itu menundukkan kepala, emeraldnya berkaca-kaca. Bukan karena penolakan atau apapun hanya saja ia sakit hati mendengar kalimat terakhir Shii. Tangannya terkepal erat ingin memukul kepala pemuda itu, namun terhenti ketika mendengar suara seseorang yang tak asing.
"Pengecut! Menjadikan seseorang hanya karena kalah saing itu terdengar bodoh." Sakura melihat sosok Sasuke yang berdiri di belakangnya, pria itu menatap padanya sebentar kemudian mendekat.
Bungsu Uchiha tersebut menatap tajam pada sosok Shii, "Lagipula bukan aku yang merayu pacarmu bukan? Dia yang mendekati ku terlebih dahulu."
"Dia memutuskan ku karena dirimu sialan! Andai kau tidak ada maka aku dan dia masih bersama sekarang."
"Dan kau menjadikan Sakura sebagai umpan untuk balas dendam padaku?" tanya Sasuke dengan pandangan mata yang tajam.
Shii menyeringai senang melihat sosok didepannya yang mulai tersulut, ia memasukkan tangan ke dalam saku dan tertawa. "Sangat jelas. Tapi dia bilang kalian tidak punya hubungan apapun, jadi kenapa kau begitu marah dan ikut campur?"
"Bukan urusanmu."
Tertawa lagi, Shii berjalan mendekati Sasuke yang berdiri tegak. "Bagaimana kalau kita berbagi? Aku tidak menyukai wanita bodoh itu, tapi tidak ada salahnya memanfaatkan bukan?"
Bruk!
Terdengar suara pukulan disusul debuman keras, pemuda berambut pirang itu jatuh terduduk sambil memegangi sudut bibirnya yang terluka.
"Apa yang---" ucapannya terhenti tatkala ujung sepatu Sasuke menekan dadanya kuat. "Jauhkan kakimu dari---"
Pria berambut raven tersebut semakin menekan kakinya di dada Shii, ia tampak begitu marah. "Jaga ucapanmu kalau kau masih ingin hidup lebih lama, apapun yang bersangkutan dengan Sakura maka itu adalah urusanku tak peduli apa hubungan kami. Kau mengerti?" tanya Sasuke menekan dada Shii hingga pemuda itu tersungkur.
Manik emerald yang tadinya berkaca-kaca sekarang menumpahkan air mata, Sakura membuang muka saat matanya bersitatap dengan Sasuke. Perasaan nya jadi tak karuan, namun tak di sangka Sasuke berjalan mendekat kemudian merangkul dan mengusap punggungnya.
"Jangan menangis." Sasuke memegangi kedua pipinya yang basah, menghapus air mata itu pelan dan mencium puncuk kepala Sakura penuh sayang, "Ayo kita pulang."
*****
Sasuke menatap pintu kamar yang sudah seharian tertutup, ia menghembuskan napas pelan kemudian bersandar pada sofa. Wanita musim semi itu tak lagi menampakkan muka setelah kejadian malam tersebut, seakan ia menjaga jarak dari dirinya.
"Tuan, saya hanya ingin mengingatkan bahwasanya hari ini akan ada pertemuan penting. Apa saya perlu mengatur ulang jadwal anda, Tuan?" tanya Jugo memastikan.
Bungsu uchiha itu menggelengkan kepala, dia menengok lagi ke arah pintu kamar Sakura.
"Baik. Pertemuan akan dilakukan dua jam lagi."
"Hn." Menjawab singkat. Sasuke menyandarkan punggung dan memejamkan mata, hingga fokusnya teralihkan tatkala mendengar suara pintu yang di tutup. Jelaga hitamnya menatap sosok Sakura yang berdiri dengan tas di bahunya. "Apa yang kau lakukan?"
Sakura menatap sebentar, ia membuang muka dan berjalan dalam diam.
"Tunggu!"
"Aku akan pergi dari sini." Langkah kakinya terhenti saat Sasuke menarik tangannya kuat, wanita musim semi itu menghempaskan tangan Sasuke kemudian berbalik badan.
Lagi-lagi pria tersebut menghentikan langkah kakinya, "Tak cukup dengan semua drama kemarin? Sekarang apalagi?"
"Aku sudah memperingatkan mu sejak lama, jangan dekat dengan siapapun. Tapi kau tetap keras kepala, atau jangan katakan kalau kau menyukainya?"
Menghempaskan tangan pria Uchiha itu kasar, Sakura berniat untuk lari akan tetapi pergerakan Sasuke lebih cepat. Buktinya bungsu Uchiha tersebut sudah merangkul pinggangnya erat.
"Lepaskan!"
"Jawab pertanyaan ku! Hanya karena dia bersikap baik bukan berarti kau menyukainya kan?"
Wanita musim semi itu menggelengkan kepala, tangannya mendorong dada Sasuke sekuat tenaga. Seperti faktanya bahwa kekuatan pria lebih besar dibanding wanita, semua penolakan Sakura tak menghasilkan apapun.
"Tidak! Aku tidak pernah mengatakan itu. Sekarang biarkan aku pergi."
Sasuke tersenyum mendengar jawaban yang keluar, dia semakin mempererat rangkulan di pinggang Sakura kemudian mengangkat tubuh kecil itu di bahu.
"Kau tidak boleh pergi kemanapun." Berjalan menuju kamar, Sasuke membuka pintu dan menutupnya menggunakan kaki.
Sakura memekik saat pria Uchiha tersebut membaringkan tubuhnya di ranjang, ia meringkuk ketika Sasuke semakin mendekat, tangannya ditahan dengan dagu yang juga di cengkram erat.
Hembusan napas hangat menerpa wajah cantik Sakura, ia memejamkan mata saat bibir pria didepannya semakin dekat. Lidah Sasuke menyapu dan menjilat bibir bawahnya, kemudian mulai mencium bibir Sakura. Lidah tak bertulang itu memaksa untuk masuk dan berbagi saliva, tak lupa dengan tangan yang menyusup ke balik baju, mengusap sesuatu yang menggumpal di dada.
"T-tidak!" teriaknya tertahan. Bibirnya kebas dengan perut yang serasa di aduk isinya, wanita musim semi itu menggelinjang saat tangan Sasuke menyusup di balik celana untuk meremas pantat kemudian bergerak menuju inti tubuhnya.
"Hentikan!"
Sasuke seakan tuli, tak ada tanda bahwa pria itu akan berhenti, dia malah semakin menekan dan memainkan jarinya. Tangan kanannya menarik celana yang di pakai wanita musim semi tersebut, hingga teriakan serta air mata yang menghiasi wajah Sakura membuat dirinya terdiam.
"Sakit--- ugh! Aku mohon berhenti. Tolong! Perutku sangat sakit!"
Memiringkan tubuhnya sambil memegangi perut yang terasa diremas. Sakura menangis keras bahkan kakinya menendang paha Sasuke. Lelaki itu tampak panik seketika, ia merapikan pakaian Sakura kemudian menggendong wanita tersebut keluar kamar. Suaranya meneriaki Jugo lantang.
"Jugo! Siapkan mobil, kita ke rumah sakit sekarang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me [✓]
RandomInspired by Love Is An Illusion Dunia suram dengan Sakura yang selalu terjebak dalam masalah, kehilangan arah serta tujuan hidupnya. Alert : 17+ Disclaimer © Masashi Kishimoto Story by © bublevanilla