So Warm!

495 41 0
                                    

.
.
.
.
.

Sebesar apapun aku menginginkannya, itu tak dapat aku miliki.

Sebesar apapun aku mengharapkannya, itu tak dapat terpenuhi.

Sebesar apapun perjuanganku, itu tak dapat terbalaskan.

"Haha.." Aku tertawa pada sosok dalam cermin di depanku.

Aku menyisir surai merah mudaku dengan lembut dan pelan. Agak melamun.

Setelah selesai menyisir, aku menolehkan kepalaku untuk menatap tirai yang menutup jendela. Jendelanya sangat besar dan indah, tapi aku hanya bisa melihatnya di malam hari.

Aku juga ingin melihatnya di siang hari...

Pantulan cahaya yang hangat akan sangat cocok untuk jendelanya, duduk bersantai di sana menghabiskan banyak waktu. Aku tahu bahwa terlalu berlebihan mendeskripsikan sebuah jendela kamar yang menurut kebanyakan orang biasa saja, namun jika kalian berada di situasiku, kalian ingin melihat semuanya berdampingan dengan cahaya lebih dari apapun.

Terkadang, aku berpikir apakah hari ini aku bisa menyentuhnya? Aku tidak ingin melihat bola lampu sepanjang hidupku, aku ingin cahaya sungguhan!

Berapa lama lagi aku harus menunggu, aku tidak tahu...

Tanpa sadar aku sudah mengangkat sedikit tirai itu. Kemudian, cahaya itu seakan berlomba untuk memenuhi isi kamar yang gelap. Aku terpana, iris emerald ku memantulkan kekaguman.

Aku ingin menyentuh-

"Ah?!" Aku segera menarik tangan kananku yang memerah karena terbakar. Itu sangat menyakitkan, aku kemudian meneteskan beberapa air mata. Tapi semakin aku memikirkannya, semakin aku tak bisa membendung air mataku.

Hatiku juga sakit. Kenapa aku tak bisa bersatu dengan cahaya hangat itu?

Setiap hari, setiap waktu, aku hanya bisa bermimpi tentang bagaimana aku bisa berjalan dan berlari dengan gembira di bawah hangatnya cahaya.

Namun, itu hanyalah sebuah mimpi.

Hal yang tak mungkin aku raih...

Klang!

Aku tersadar oleh suara di dalam basement rumahku. Ah, benar...

Makananku sudah siap.

Aku melangkah menuju makananku di basement. Dia terlihat sangat lezat. Aku menyukainya saat pertama kali aku melihatnya.

Makananku masih mengenakan pakaiannya saat pertama kali kami bertemu, tak ingin memakai pakaian yang aku siapkan.

"Lepaskan aku, Monster!" Ujar suaranya serak.

"..." Aku terpaku.

"-bukan monster..." Ujarku lirih. Ya, aku bukan monster, aku sama sepertimu, kita hidup di planet yang sama...

Masih.. sama.. kah?

Makananku menggertakkan giginya, itu terlihat sangat tampan. Tapi hatiku sakit, ia menatapku seperti itu...

"Apa? Bukan? Kau adalah monster! Jika tidak, kau tak akan memakan temanku bulan lalu..." Gertaknya semakin lirih. Aku berpikir ia kelelahan.

Dulu, ia memiliki wajah yang sangat tampan, dengan rambut raven yang unik, mata onyx yang mempesona, ia sangat menarik.

Sekarang, ia juga sangat tampan. Hanya saja... Pipinya agak kurus? Ah, tetapi aku sangat tidak menyukai cara ia mentapku.

"Aku tidak memakannya, aku hanya ingin kalian membantuku.. itu saja.." Bantahku. "Aku hanya ingin kalian membantuku untuk bisa seperti kalian. Walau hanya satu hari, ah walau hanya satu menit, itu tidak apa-apa. Sungguh!" Ujarku menjelaskan.

Cerita Random SasuSakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang