Ketua Osis X Pembuat Onar

273 44 6
                                    

.
.
.
.
.

Sasuke mendatangi kantin sekolah dan menemukan Sakura yang memarahi seorang gadis. Ia mendapat laporan bahwa Sakura, seorang siswi yang selalu membuat onar sedang melakukan kekerasan pada seorang siswi lainnya. Sasuke sebagai ketua osis datang dan secara membabi buta menarik bahu Sakura dengan kasar.

"Ada apa di sini?" Sasuke bertanya, hampir meneriaki Sakura. Sakura yang terkejut hanya bisa melihat lantai dan menjawab. "Dia menabrak aku dan membuat makananku tumpah. Aku hanya menyuruhnya untuk meminta maaf, namun dia malah menangis."

"Kamu tidak seharusnya berbuat kasar kepada orang lain. Itulah mengapa seorang yang miskin sepertimu tidak tahu cara bersikap lembut kepada orang lain. Sekarang, minta maaf kepadanya!" Sasuke menarik kasar lengan Sakura, membuat gadis itu hampir terjatuh. Sakura yang merasa sangat sakit hati atas perkataan Sasuke menahan air matanya yang hampir jatuh. Ia tetap terdiam, dan hal ini membuat Sasuke semakin marah, "Tunggu apa lagi? Minta maaf!" Ucapnya dengan nada tinggi.

"T-tapi... aku tidak melakukan kesalahan apapun, aku hanya-" Sakura mencoba mempertahankan dirinya, namun Sasuke mendorongnya. "Apa? Apakah orang tuamu tidak pernah mengajarkanmu bagaimana cara meminta maaf? Kamu seharusnya tidak berbuat onar. Mengapa kamu selalu melawan mereka?" Ucapnya dengan nada marah.

Sakura berusaha sekuat tenaga menahan rasa sakit karena dipermalukan, "Aku minta maaf." Setelah itu, ia melihat gadis yang menangis mengeluarkan seringai merendahkan. Sasuke yang membelakangi gadis itu tidak melihatnya dan malah melotot ke arah Sakura. "Hanya itu? Kamu tidak terlihat tulus meminta maaf."

Sakura yang tidak tahan lagi, memukul wajah Sasuke dan berlari dari sana. Semua orang yang menyaksikan kejadian sangat terkejut atas tindakan tiba-tiba itu. Sasuke yang masih belum mencerna keadaan ini juga terdiam.

Tiba-tiba, ibu kantin datang dan melemparkan jus jeruk ke arah gadis yang menangis itu. "Apa yang kalian lakukan? Membuli seorang gadis yang baik dan polos seperti Sakura? Kalian dasar orang-orang miskin moral dan adab. Pantas saja diberi uang yang banyak, itu untuk menutupi kekurangan akal kalian! Jelas-jelas gadis ini yang bersalah, mengapa masih menyalahkan Sakura?" Sang ibu kantin memegangi dadanya yang sesak. Ia kemudian melihat Sasuke, "Kamu pantas mendapatkan pukulan di wajahmu. Apakah kamu tahu? Sakura yang tidak punya uang sangat kelaparan dan lelah setelah bekerja kemarin. Tapi lihat, makanan yang sangat ia butuhkan terjatuh karena gadis ini dengan sengaja menyenggol Sakura. Dia bahkan berlagak menjadi korban atas kejadian ini! Sakura bahkan harus meminta maaf kepada gadis sialan ini! Kasihan sekali Sakura, hidup di tengah-tengah manusia tidak punya hati seperti kalian." Ibu kantin mulai menangis melihat kejadian ini.

Sasuke terdiam atas kemarahan yang diluapkan oleh ibu kantin. Ia bahkan tanpa sadar berlari untuk mencari keberadaan Sakura. Ia mencari di taman, di kelas, bahkan di kamar mandi. Namun, gadis itu tidak tampak di manapun.

Tapi, ada satu tempat yang belum ia datangi. Atap sekolah. Ia pun bergegas menuju ke atap sekolah. Usahanya tidak sia-sia. Ia melihat Sakura yang menangis tersedu-sedu sembari memakan sepotong biskuit.

"J-jangan menangis, Sakura. Kamu itu kuat. Mama bilang kamu tidak boleh menangis di hadapan makanan. Nanti makanannya terasa tidak enak." Sakura berusaha membuat senyuman dan menatap biskuitnya lagi. Tetapi, ia gagal dan air matanya tidak bisa berhenti mengalir.

"Tidak bisa huuu... ini sangat sulit, Bu. Ini terlalu menyakitkan... Bu... huuuu... mengapa ini terjadi padaku... aku tidak berbuat nakal, tapi mereka... huuu... mereka memandangku selayaknya anjing jalanan yang kotor... huu... aku juga- aku juga manusia, aku punya perasaan, aku punya harga diri... aku... aku juga punya batasan... aku tidak bisa sekuat itu... Bu... aku sudah tidak kuat lagi." Sakura berjongkok dan menangis sembari memegangi biskuitnya dengan erat.

Sasuke merosot dan memegangi dadanya yang terasa sangat sakit. Monster, dia pasti monster. Ia tidak pantas disebut manusia, ia hanyalah seorang monster. Jadi, selama ini, Sakura mendapatkan perlakuan pembulian dari orang-orang sekitarnya.

Sasuke merasa malu. Ia berkata bahwa ia akan melindungi gadis itu, namun pada akhirnya ialah yang paling membuat gadis itu terluka. Sasuke hanya tidak ingin gadis itu lebih dibenci lagi oleh semua orang. Oleh sebab itu, ia hanya menyuruh gadis itu untuk menahan emosinya untuk tidak menyakiti orang lain lagi. Ia hanya ingin gadis itu berhubungan baik dengan semua orang.

Namun, ia salah. Bukan gadis itu yang salah. Gadis polos ini tidak pernah melakukan kesalahan apapun. Orang-orang lah yang melakukan kesalahan kepadanya.

Sasuke cukup terpukul akan kenyataan, sampai ia tak mendengarkan rintihan pedih gadis itu. Ia tiba-tiba berdiri dan melihat kembali ke arah gadis itu berjongkok. Namun gadis itu tidak ada lagi di sana. Di tempat yang menjadi saksi bisu rasa sakit gadis itu, hanya tersisa satu bungkus biskuit yang kemudian terbawa oleh angin dingin musim gugur.
.
.
.
.
"Apa motif anda melakukan pembantaian ini, Tuan muda Uchiha?" Salah satu polisi melihat seorang pemuda yang tengah menunduk. Bajunya dipenuhi oleh darah.

"Hanya memberi hadiah kepada seseorang." Sasuke terkekeh.

Sembari menuliskan informasi di kertas catatan, polisi tersebut mengerutkan dahinya marah. "Hadiah? Dengan menembakkan senjata api kepada teman-temanmu hampir satu sekolah? Jangan bercanda! Memangnya siapa yang mau kamu beri hadiah berdarah ini, hah?!"

Pemuda itu kemudian mendongakkan kepalanya ke langit-langit ruang interogasi, "Seorang yang cantik dan murni. Dia pasti sudah menari dengan gembira di sana. Ia pasti sangat senang karena semua orang berlutut meminta maaf kepadanya."

Polisi itu terheran-heran, "Apakah maksudmu mendiang nona Haruno?" Ia bertanya.

Pemuda itu hanya tersenyum. Tetapi, matanya meneteskan air mata kepedihan.

Polisi itu merasa sangat tidak berdaya. Siapa yang tidak tahu berita duka tentang seorang siswi dari sekolah nomor satu di negeri ini, yang bunuh diri dengan sebuah biskuit di mulutnya? Siswi itu terkenal nakal dan semua orang tidak senang padanya. Namun, setelah seorang jurnalis mendalami kejadian di balik insiden tak mengenakkan tersebut, tersebutlah fakta bahwa ia mendapat perlakuan buli dan pelecehan oleh teman dan gurunya.

Berita ini tentu membuat semua orang terkaget-kaget dan menyebabkan percikan kemarahan dari seluruh orang. Semua orang menuntut agar sekolah itu di tutup, namun siapa yang tahu bahwa seorang ketua osis dengan nilai paling sempurna dan berasal dari keluarga paling terpandang membantai hampir dari seluruh warga di sekolah itu?

Ini adalah berita besar yang sangat gelap. Sang polisi mendengar hanya orang-orang kantin yang selamat atas kejadian naas itu.

Semuanya masuk akal, sang polisi menutup buku catatannya. Ia menoleh ke arah rekannya yang berdiri syok karena mendengarkan percakapan ini.

"Aku mengerti. Tetapi, kamu mungkin akan dijatuhi hukuman mati. Semoga beruntung, Nak." Ucap sang polisi.

Ia meninggalkan ruangan itu dengan seorang pemuda yang tersenyum puas.

"Sekarang, aku tidak akan malu bertemu denganmu, Sakura ku."

.
.
.
.
.
-END-

Cerita Random SasuSakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang