Jati Diri

286 37 2
                                    

.
.
.
.
.

Setelah pesta reuni teman kuliah di pantai, Sasuke yang sedang sendirian berjalan menyusuri pesisir pantai tersebut dengan wajah melankolis.

Kemudian ia duduk pada kursi yang entah darimana muncul. Sasuke kemudian mengeluarkan handphonenya dan menyetel musik berjudulkan 'Siksa Kubur'. Ditengah keterlarutannya mendalami lagu indah tersebut, tiba-tiba-

"Umm..."

"MAMAH OROCHI!", Saking kagetnya Sasuke terjungkal dengan tidak elitnya dari bangku.

"Pfftt!"

Sasuke ingin meninju orang yang mengkagetkannya. Saat ia akan melancarkan aksi bejatnya itu, ia malah terpesona dengan kecantikan orang tersebut. Walau gelap, dengan siraman cahaya bulan, wajah manis itu cukup menggetarkan sanubari Sasuke yang sudah lama berdebu.

"Are you okay, Sir?" Ucap bidadari tersebut.

Sasuke, "Aku suka kamu, yuk nikah!"

"Sorry?" Gadis itu kebingungan. Sasuke langsung berdiri dan memegang tangan gadis itu dan berkata lagi, "Namaku Uchiha Sasuke, kamu harus ingat kata Uchiha karena itu akan menjadi milikmu juga hehe."

Gadis itu langsung melemparkan tangan Sasuke dan menggampar kepala ayam lelaki tersebut. "Maaf sebelumnya tapi ini apa maksudnya ya? Saya cuman mau nanya Mas nya beli sendal itu di mana loh."

Sasuke, "..."

Dengan cepat ia melepaskan sendalnya dan memberikannya kepada sang gadis pujaan.

Sasuke, "Adek manis namanya siapa? Nih ambil aja sendalnya, semua yang ada di aku, aku kasih semua ke kamu."

Gadis itu, yang di paksa memegang sendal penuh pasir Sasuke tambah heran. Kalo kalian bertemu orang seperti ini, itu dia kenapa ya? Apa yang harus kalian lakukan? Membutuhkan jawaban segera!

Gadis itu, "Umm... Kata mamaku kita tidak boleh terlalu akrab dengan orang asing. Tapi kau bisa memanggilku Sakura."

Sasuke menunduk dengan sedih, "Kenapa semua gadis yang aku sukai menolakku? Apa yang kurang dari diriku?"
.
.
.
Karena Sasuke mengeluarkan sapu tangan bercorak anak ayam dan mulai menangis, Sakura akhirnya memutuskan untuk memberikannya air serta menyuruhnya duduk.

"Kau sangat baik kepadaku, apakah artinya kau mau meni-"

"Tidak."

"..." Sasuke mulai mengeluarkan saputangannya kembali. Sakura mengacak rambutnya frustasi.

Sakura, "Begini, kamu tampan, kenapa tidak mencari gadis lain saja? Banyak gadis lain yang lebih-"

Sasuke, "Cukup. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah tahu kamu itu adalah jodohku!"

Keduanya terdiam. Kemudian, Sakura bengkit dan ingin melarikan diri, namun dengan gesit Sasuke memegang lengan gadis itu dan mendudukannya kembali.

Sasuke mengeluarkan handphone yang terabaikan di tanah sejak tadi menyaksikan ikatan cinta yang akan terbentuk dengan bosan. Ia kemudian menunjukkan foto seorang bocah imut bersurai raven yang tersenyum riang sambil memegang tongkat yang ujungnya terdapat kotoran sapi.

Sasuke berkata, "Kamu tahu apa artinya anak di foto ini?"

Sakura hanya bisa mengernyitkan alisnya, "Um... Anak hara-"

Sasuke tiba-tiba meletakkan jari telunjuknya pada bibir gadis itu, ia menggelengkan kepala.

Sasuke, "Ini aku, kamu tahu mengapa semua wanita yang aku nyatakan perasaan selalu menolakku?"

Sakura melepaskan jari Sasuke dan berkata, "Hah? Pasti karena kamu memegang kotoran dengan wajah mesum."

Sasuke menggeleng lagi, "Kamu salah. Itu karena aku lebih imut dibanding mereka saat masih kecil."

Sakura, "..."

Sakura, "Ini sudah larut. Aku harus pergi."

Ketika Sakura ingin pergi, Sasuke sekali lagi mengeluarkan sapu tangan yang membuat gadis itu tidak jadi pergi. Ketahuilah, Sasuke ternyata sudah mempelajari bahwa gadis itu tidak tahan terhadap wajah menangis seseorang. Sasuke bersorak di dalam hatinya.

Sasuke memasang wajah sedih dan berkata, "Sebenarnya, aku memiliki banyak sekali kekurangan dalam diriku. Aku mudah insecure, aku punya kepribadian yang kurang bagus dan banyak orang tidak menyukaiku. Aku hanya bertanya-tanya apa yang membuatmu menolakku. Aku hanya ingin tahu."

Sakura berdecih, "Hei. Aku tidak membencimu. Kamu harus menjadi jati dirimu sendiri, temukan jati dirimu itu, dan gunakan dengan benar karena kamu spesial. Kamu hanya satu dan tidak ada lagi dirimu yang lain! Untuk urusan perempuan, kamu pasti akan menemukannya."

Mata Sasuke berbinar, "Benarkah?"

Sakura mengangguk semangat, "Benar! Kamu menawan dengan caramu sendiri. Juga, kamu akan sempurna di mata wanita yang tepat. Bahkan jika kamu tidak punya apa-apa, wanita itu akan tetap mencintaimu asalkan kamu juga mencintainya dengan tulus dan ingin bekerja keras tentunya."

Sasuke tersenyum, "Itu sangat menyentuh, apakah kamu adalah wanita itu?"

Sakura, "Tidak."

Sasuke, "..."
.
.
.
"Hahaha! Benarkah ayah seperti itu, Bu?" Sarada tertawa terbahak-bahak.

Sakura meminum tehnya dan mengangguk. Sasuke hanya bisa menutup wajahnya dengan bantal bercorak anak ayam.

"Dengar, ayah bahkan menyatakan perasaan pada ibumu sebanyak 51 kali, dan saat ayah ingin menyatakannya untuk ke-52 kalinya, akhirnya ibumu menerima ayah. Ayah hampir pingsan karena bahagia." Ujar Sasuke masih dengan wajah malu-malu.

"Sudahlah, aku akan membayar tagihan dulu." Sasuke bangkit dan menemui kasir restoran.

Sarada menepuk punggung tangan ibunya dan berkata dengan lembut, "Selamat hari peringatan pernikahan ke-32, Bu."

Sakura memegang tangan putrinya, "Yah, terimakasih."

.
.
.
.
.
-END-

Cerita Random SasuSakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang