Rena tetap memutuskan buat menunggu sambil duduk di halte. Bedanya adalah kini dia tak duduk sendiri melainkan bersama cowok SMA yang anehnya alih-alih memilih masuk ke sekolah, malah nongkrong sambil bengong lihatin jalan. Biasanya tuh kalau dihadapkan dengan situasi begini Rena bakalan mati gaya dan berakhir dengan ponsel, tapi sekarang nggak. Rena sibuk dengan pikirannya, bagaimana tidak terduganya dirinya yang mengalami hal ajaib nan tidak masuk akal sejak kemarin.
"Oke, gue akuin kalau gue salah."
Rena yang sedang menikmati kebengongannya otomatis menoleh ke samping. Bukan benar-benar di samping melainkan di ujung bangku halte lain di mana cowok SMA ngeselin itu duduk. Rena menoleh, menunggu untuk melihat apa yang selanjutnya akan terjadi karena kalau dipikir cowok ini adalah orang yang kali pertama bicara dengannya dan menyadari keberadaan Rena setelah rombongan ibu-ibu menembus tubuhnya.
"Apa?"
Dari kejauhan cowok itu menatap Rena bergantian dengan tempat kosong di antara mereka berdua. "Omongan gue tadi. Gue tahu agak menyakitkan, jadi minta maaf."
"Minta maaf sih dimaafin, tapi bagi gue yang nggak kenal sama lo, minta maaf itu nggak lengkap kalau nggak sama makanan."
Rena sengaja mengatakan itu, karena mulutnya sedang ingin mengunyah sesuatu. Soal cowok ini yang bersedia atau nggak dipikir belakangan aja. Siapa tahu kan iseng-iseng berhadiah.
Sayangnya wajah cowok itu yang tadinya agak merasa bersalah jadi berubah songong kayak pertama ketemu tadi."Nggak jadi minta maaf gue. Kalau lo mau maafin harus tinggal terima aja, lagian lo juga nggak tahu nama gue juga. Lo bahkan nggak tahu siapa orang yang nggak pengen lo maafin."
"Gue tahu dan gue bakalan doain hidup lo sengsara. Gila aja baru ketemu masa udah bikin kesel."
"Bohong."
"Candra Cakrakanta."
Candra melotot begitu namanya disebut namun dengan cepat sadar dari mana Rena mengetahuinya. Reflek Candra menutupi nama di bagian depan seragam sekolah, namun layaknya seorang maling, dia udah terlanjur tertangkap dan nggak ada jalan buat kembali lagi.
"Curang banget, kalau gitu gue harus tahu nama lo."
"Males. Nggak akan gue kasih tahu."
"Gue bakalan beliin lo mendoan kalau lo ngasih tahu nama."
"Beneran?"
Dan saat itu juga Candra merasa menyesal karena tak berpikir panjang lebih dulu. Bisa-bisanya dia dikibulin cewek asing yang ditemui random di sekitar area sekolahnya.
°°°°•••••°°°°
Candra bukan anak yang suka terlambat masuk sekolah sebenarnya. Bahkan dia adalah salah satu jajaran anak yang sering menerima peringkat tiga besar nilai terbaik. Hanya saja hari ini mama dan papa lagi ada urusan kerjaan di luar kota. Meninggalkan Candra dan juga beberapa pegawai rumah yang ternyata lupa bangunin dia di pagi hari. Karena Candra ini insan yang lebih suka meluk guling dari pada cewek jadinya deh tidurnya beneran bablas.
Candra kesiangan, meski begitu tetap berangkat sekolah walau cuma sampai halte doang. Nggak apa, lagian juga ini cuma sekali dan tidak mungkin diulangi lagi. Jelaslah, kalau tidak Candra bakalan kena marah sama mama yang kalau masalah sekolah dan nilai bakalan kuat buat mengoceh selama dua jam lebih dan besok masih dibahas lagi.
Yang tak terduga adalah bagaimana Candra bertemu cewek dengan baju abu-abu hitam yang duduk di bangku halte. Tadinya Candra mengira cewek itu menunggu bus lewat tapi ternyata tidak, sebab cewek itu bahkan mengabaikan beberapa bus dan mikrolet yang beberapa kali lewat di hadapan mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
PEMBATAS SENJA
Fantasy[SELESAI] Selalu ada suatu rahasia bahkan di balik hal yang paling sederhana sekalipun. Ya, setidaknya itu yang Rena dapatkan setelah dia menemukan rahasia di balik langit senja yang membawanya pada sebuah kejaiban yang terlalu hebat untuk bisa dise...