Pagi-pagi Rena sudah siap di salah satu set sofa yang ada di lobi. Gadis itu memakai kaus panjang berwarna abu-abu dan celana berwana hitam dan sedang duduk sambil memakan sandwich. Di seberangnya ada Januar yang sedang meminum kopi selayaknya seorang bapak-bapak di pagi hari. Kalau dilihat seperti ini Januar serasa seperti sedang membintangi iklan kopi instan di televisi. Ganteng, terus mukanya juga nggak kalah berkualitas sama biji kopi yang diiklanin.
"Tujuan kamu masa lalu, kan?"
Rena menatap ke depan dengan pipi menggembung karena sandwich. Gadis itu mengangguk dan berusaha menelan sandwich yang digigit banyak-banyak tadi.
"Iya. Kamu?"
"Saya datang untuk memperbaiki kehidupan seseorang, jadi tujuan saya adalah masa kini. Lagi pula semua yang berada di sini berurusan dengan apa yang terjadi saat ini. Kamu adalah pengecualian."
Keduanya duduk di sofa lobi bukan untuk bersantai, melainkan menunggu jam dimana mereka bisa keluar dari rumah Gomet. Waktunya sebentar lagi dan sejak tadi Rena menunggu bersama Januar yang tadi pagi mengetuk pintu kamarnya untuk diajak sarapan bersama. Untungnya tidak lama jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang. Rena langsung berdiri dan menarik perhatian Januar.
"Kayakanya saya harus pergi dulu. Nggak apa-apa, kan?"
Januar dengan senyum ramahnya mengangguk. "Tentu, semoga beruntung."
Rena mengangguk senang, bukan hanya karena kata-kata Januar barusan tetapi karena akhirnya setelah beberapa hari bingung harus bicara sama siapa, akhirnya dia punya teman di tempat ini. Kaki Rena melangkah dengan ringan menuju meja resepsionis dan langsung mendapati wajah Lucia yang walaupun cantik tapi jarang tersenyum. Sayang sekali, karena Lucia ini punya tipe wajah yang nggak kalah mantap dari aktris favorit ibu-ibu yang lagi booming.
"Selamat pagi Lucia."
"Pagi. Ini uangnya, dan—tunggu sebentar."
Setelah menyodorkan beberapa lembar uang, Lucia berbalik dan sibuk dengan deretan laci-laci kecil di belakangnya. Rena memperhatikan sambil menyimpan uang yang jumlahnya lumayan itu. Tidak lama Lucia kembali dengan sekotak korek api kayu dan menyodorkan pada Rena. Dia belum sepenuhnya paham tapi memutuskan untuk menerima lebih dulu.
"Apa ini?"
"Sesuai permintaanmu, Draco mengganti bagaimana kau bisa memanggilnya. Jika kau mau memanggil Draco kau bisa menyalakan korek api itu dan meniupnya."
Rena ingin merespon tapi batal karena Lucia yang terus bicara. Wajahnya yang datar entah kenapa selalu mengingat wajah galak dari salah satu saudara perempuan Edward Cullen.
"Draco bilang dia mendapatkan ide itu setelah menonton sebuah drama. Urusanmu sudah selesai di sini, jadi silahkan pergi."
Seumur hidup Rena, mungkin Lucia adalah resepsionis paling buruk di dunia. Nggak ada ramah-ramahnya sama sekali walau memang Lucia masih melaksanakan tugasnya. Maunya protes, tapi melihat wajahnya saja Rena sudah menciut duluan, karenanya Rena menurut dan langsung keluar dari rumah Gomet setelah melambai singkat pada Januar.
Tidak lama Rena sudah berjalan di trotoar dengan jari-jari yang sedang menghitung uangnya. Hari ini tuh hari minggu dan Rena punya janji dengan Candra untuk menemaninya nongkrong di warung buku. Rencananya sambil menemani Rena berencana untuk mencari informasi tentang bunda dan siapa tahu dapat cara supaya makin dekat dengan bunda. Semoga saja hari ini berhasil karena Rena hampir frustasi tiap malam karena sudah seminggu penuh tapi rasanya Rena belum melangkah satu langkah pun untuk menyelesaikan misinya.
"Kalau hitung duit tuh jangan di jalan."
Dari belakang Rena bisa mendengar suara yang familiar. Gadis itu menoleh dan mendapati Candra yang berdiri dengan tegak sambil menenteng tas. Melihatnya bikin Rena tersenyum karena ternyata tidak perlu sampai cari-carian buat pergi ke warung buku. Candra berjalan mendekat lalu berhenti tepat di sebelahnya. Cowok itu tidak langsung bicara tapi lebih dulu memperhatikan penampilannya dari atas ke bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PEMBATAS SENJA
Fantasy[SELESAI] Selalu ada suatu rahasia bahkan di balik hal yang paling sederhana sekalipun. Ya, setidaknya itu yang Rena dapatkan setelah dia menemukan rahasia di balik langit senja yang membawanya pada sebuah kejaiban yang terlalu hebat untuk bisa dise...