Seluas apa dunia ini dan sejauh apa manusia bisa mencari tahunya?
Sejak dulu hal itu yang diam-diam menjadi pertanyaan Candra dan akhirnya kini ada jawaban untuk pertanyaannya itu. Hal yang dia maksud adalah dunia sangat amat luas, misterius, luar bisa—dan entah apa lagi kata yang harus Candra gunakan untuk menggambarkannya—untuk dijelajahi manusia. Candra jadi berpikir sejauh apapun manusia menjelajah pada akhirnya selalu ada sudut yang belum pernah terjamah dan akan selalu menjadi rahasia.
“Dek, lo ngapain bengong gitu?”
Candra sejak tadi memang termenung di halaman belakang rumah dengan mata yang sibuk memperhatikan punggung mama yang mengurusi tanama-tanaman kesayangannya. Di sampingnya sudah duduk kakak perempuannya yang baru saja datang dari Inggris untuk menghabiskan libur dari studinya. Wajahnya sama dengan terakhir kali saat Candra mengantarnya ke bandara, hanya saja kakak perempuannya sudah mengganti gaya rambutnya.
“Nggak apa, cuma kepingin bengong.”
“Dari pada bengong mending bantuin mama ngurus tanaman.”
“Udah tadi, tapi dimarahin karena caranya nggak bener terus disuruh duduk aja.”
Vivi tertawa ringan lalu berdiri. “Yaudah, gue aja yang bantuin mama. Jangan kebanyakan bengong, nanti kesambet baru tahu rasa.”
Candra tidak menanggapi ucapan kakaknya dan lanjut menatap ke depan dengan pikiran penuh. Ada banyak tanda tanya di kepala yang sayangnya remaja itu terlalu bingung dan takut harus menuntaskan tanya ini kepada siapa. Pada Rena? jelas itu sesuatu yang sangat tidak mungkin karena dari penjelasannya beberapa hari lalu saja gadis itu masih butuh bantuan, dan yang membantunya adalah….
Malaikat maut?
Terlalu banyak informasi yang tidak masuk akal masuk ke kepalanya dan membuatnya pusing. Candra menundukkan kepala, menatap pada kaki telanjangnya yang menyentuh ubin dan menjambak rambutnya. Candra ingin mendapat jawaban lebih jauh namun gadis misterius bernama Rena itu mendadak tidak dapat ditemui. Menelepon nomor yang diberikan pun Candra ragu karena sadar jelas itu bukan nomor telepon rumahnya. Rena dari masa depan dan berkat hal yang tidak biasa dan entah bagaimana bisa kembali ke masa lalu yang mana kemungkinan di satu zaman ini Rena bahkan belum dilahirkan.
Meski begitu Candra tetap memikirkan pertanyaan-pertanyaan itu dan mengira-ngira jawaban sendiri dengan pandangan ke depan pada punggung mama dan kakaknya. Sayangnya seberapa lama pun melakukannya tidak ada jawaban masuk akal yang muncul tentang urusan apa yang sekiranya dapat membawa Rena kemari.
Menyerah, Candra melemparkan punggungnya ke belakang sejenak hingga akhirnya berdiri untuk masuk ke dalam rumah. Kalau begini bagusnya tadi Candra pergi ke warung buku untuk sekedar menenangkan diri dalam keramaian. Namun sialnya tanpa diduga mengingat warung buku malah membuat Candra memikirkan Rena yang entah sejak kapan sudah menjadi partner-nya buat nongkrong .
“Yah, sudah aku duga.”
Candra sedang menggenggam sebuah buku yang terbuka dengan mata yang fokus pada minuman dingin yang dipesannya saat suara itu menyapa. Kepalanya mendongak dan mendapati sosok asing yang berkat pertemuan-pertemuan mereka yang tidak biasa, membuat kesan tersendiri pada sosok itu hingga sangat tidak mungkin bagi Candra untuk melupakannya. Setelah tahu siapa yang ada di depannya Candra tanpa sadar sedikit memundurkan kursi yang diduduki hingga menimbulkan derit kecil. Lantas seakan itu tidak cukup sesosok lain muncul dan mengisi kursi yan tersisa dengan santainya.
“Se—selamat siang.”
Diam-diam Candra mengutuki suaranya yang gugup di saat seperti ini. Harusnya Candra bisa sedikit mengendalikan diri dan menahan ketakutannya saat melihat Draco dan sosok yang memiliki aura yang tidak jauh beda dengannya. Candra punya firasat mereka adalah sosok yang sama.

KAMU SEDANG MEMBACA
PEMBATAS SENJA
Fantasy[SELESAI] Selalu ada suatu rahasia bahkan di balik hal yang paling sederhana sekalipun. Ya, setidaknya itu yang Rena dapatkan setelah dia menemukan rahasia di balik langit senja yang membawanya pada sebuah kejaiban yang terlalu hebat untuk bisa dise...