“Kamu pacaran sama Gian?”
Naura menoleh gugup ke arah Damar yang berada di balik kemudi. Kakaknya itu menoleh sekilas pada Naura kemudian tertawa saat menyadari ada rona merah yang ada di pipi adiknya.
“Hah?”
“Lucu banget sih kamu,” balasnya sambil mengacak puncak kepala Naura yang langsung ditepis begitu saja.
Menanggapi itu Damar malah balas dengan tertawa dan kembali fokus mengemudi. Hari ini secara tidak terduga Damar menjemput Naura di sekolah karena ada acara keluarga yang tanpa diketahuinya terjadi hari ini. Acara itu adalah acara reuni keluarga besar yang harus dihadiri semua anggota keluarga dan jelas Naura harus ikut.
Sejujurnya Naura tidak pernah suka dengan acara kumpul keluarga. Bukan karena benci atau tidak menyayangi keluarganya, namun alih-alih digunakan sebagai bentuk silaturrahmi acara itu justru jadi ajang pamer siapa yang lebih sukses. Ngeselin, dan kadang itu membuat Naura berpikir kalau menjadi dewasa tidak semenyenangkan yang teman-temannya katakan.
“Kamu suka kan sama Gian?”
“Apaan sih Kak Damar. Sok tahu banget.”
“Walau Kakak kamu ini bukan ahli percintaan, tapi dilihat sekali aja siapapun bakalan tahu kalau kamu suka sama Gian. Apa lagi waktu lihat dia main gitar dan nyanyi tadi. Kakak jadi curiga kalau Gian sendiri udah tahu.”
Harusnya Naura marah, namun alih-alih emosi yang datang dia jutru takut apa yang Damar katakan benar. Apa gerak-geriknya benar-benar sejelas itu?
“Beneran?”
“Hm?”
“Yang Kak Damar omongin barusan. Bener kalau kelihatan banget aku—” Naura ragu untuk melanjutkan kata-katanya, tapi gadis itu tidak punya cara lain untuk mengungkapkannya. “Kalau aku suka sama Gian?”
“Jadi kamu ngaku ceritanya? Jadi pengen ceritain ke Gian deh.”
Tanpa basa-basi Naura langsung menggaplok lengan kakaknya dengan tidak seberapa keras. Damar menanggapi dengan tawa yang langsung membuat Naura cemberut. Tak lama mereka sudah sampai di halaman depan. Naura berniat untuk langsung menguak pintu mobil dan membantingnya begitu keluar namun ucapan Damar berhasil menghentikannya.
“Ada satu lagi yang Kakak belum omongin ke kamu.”
“Apa? Jangan bikin aku makin kesel deh, Kak.”
“Kakak ini cowok dan tahu gimana kelakukan cowok kalau lagi suka sama seseorang. Dari penglihatan Kakak sebagai cowok jelas banget kalau Gian suka sama kamu.”
Naura mengerjapkan matanya beberapa kali, terlalu bingung harus bereaksi seperti apa hingga suara tawa Damar kembali terdengar. Cowok itu bergerak melepaskan sabuk pengaman dan membukakan pintu di belakang punggungnya dengan tangannya yang panjang.
“Udah, kamu masuk sana. Kakak janji rahasia kamu bakalan aman. Hm?”
Dengan bodohnya Naura malah mengangguk dan dengan wajah yang terlalu bingung harus bagaimana gadis itu berjalan ke kamarnya. Sampai di sana Naura mendudukkan diri di kasur dan duduk dengan tatapan ke depan sambil memikirkan apa yang Damar katakan.
Beneran nggak, sih?
Atau Naura cuma ditipu.
Wah, kalau Damar memang benar menipunya jahat banget sih dan jelas Naura tidak akan memaafkannya, tapi … Naura menghembuskan napas dengan kasar karena mendapati kalau selama ini kakaknya sama sekali nggak pernah menipu atau mengerjainya. Justru yang ada Naura yang kerap menjahili Damar.
Tapi kalau benar Gian juga menyukainya seperti Naura menyukai cowok itu—kenapa sampai saat ini hubungan mereka hanya bisa disebut teman?
°°°°•••••°°°°

KAMU SEDANG MEMBACA
PEMBATAS SENJA
Fantasi[SELESAI] Selalu ada suatu rahasia bahkan di balik hal yang paling sederhana sekalipun. Ya, setidaknya itu yang Rena dapatkan setelah dia menemukan rahasia di balik langit senja yang membawanya pada sebuah kejaiban yang terlalu hebat untuk bisa dise...