SMT - 27

0 1 0
                                    

"Gue suka sama lo, Luna." Ungkap Arfan.

Luna menatap Arfan terkejut. Tapi sebenarnya dia sudah menduga jika kedatangan Arfan kembali di hidupnya pasti akan mengarah pada hal itu.

Luna sudah bisa menebak dari betapa perhatiannya Arfan padanya. Bahkan cowok itu rela untuk memberikan vespa pink miliknya pada Luna, namun Luna menolak. Yakali dapet vespa cuma-cuma. Harga diri bos! Batin Luna.

Arfan juga menjadi tempat curhat Luna. Waktu itu Luna sempat cerita soal Renaldi dan perasaannya pada cowok itu. Luna hanya mengetes Arfan. Ternyata cowok itu tidak menjauhi Luna. Dia justru mensupport Luna dan bahkan pernah menyuruh Luna untuk mengatakan langsung pada Renaldi.

Lama-lama Luna jadi nyaman sama Arfan.

"Dari kapan?" Tanya Luna berusaha datar.

"Dari SMP."

"Gue tahu. Tapi 'kan kita sempat pisah. Kapan lo mulai kembali?"

Arfan mengetuk-ngetuk jarinya di dagu, "Sepertinya kerikil yang lo tendang ke kaki gue waktu itu, sampai ke hati gue."

Luna tidak bisa untuk menahan rona di kedua pipinya.

"Terus?"

"Gue memang sudah berusaha lupain lo. Tapi setelah ketemu, rasa itu kembali muncul."

"Lo tahu 'kan gue nggak bisa lupain mantan gue?" Tanya Luna hati-hati.

Arfan mengangguk, "Gue akan berusaha buat lo lupa sama dia, Luna."

"Lo nggak takut cuma jadi pelarian gue?"

"Gue nggak takut. Gue sangat yakin lo bukan orang yang seperti itu."

Ucapan Arfan yang sungguh-sungguh membuat Luna termenung. Luna bingung harus merespons seperti apa.

"Gue tunggu lo siap, Luna. Bahkan kalau lo butuh waktu hingga setahun lagi buat lupa sama dia, gue tunggu."

Ah. Kenapa harus Arfan yang mengatakannya? Kenapa tidak Renaldi saja?

[end] SS (4) - SEBUAH MEMORI TENTANGNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang