SMT - 29

0 1 0
                                    

Luna memandang pantulan dirinya di cermin wastafel toilet kafe. Malam itu dia sedang pergi dengan Arfan.

Luna izin ke toilet sebentar karena kebelet. Setelah merapikan sedikit riasannya, Luna kembali ke meja di mana Arfan sedang menunggunya dengan beberapa pesanan yang sudah tiba.

"Lama ya?" Tanya Luna.

"Nggak kok, santai aja."

Luna meminum jus pesanannya. Membasahi kerongkongannya yang sedari tadi kering.

"Arfan," panggil Luna.

"Iya?"

"Waktu itu lo nembak gue 'kan?" Tanya Luna ragu.

"Gue cuma mengungkapkan perasaan gue ke lo, Luna. Lagian gue tahu hati lo buat siapa."

"Tapi lo bilang kalau mau bantu gue buat lupain dia. Lo juga mau tunggu gue, iya?"

"Iya."

"Gue mau nyerah sama dia, Fan. Lo mau bantu gue?

"Tentu saja."

"Lo nggak mau gue jadi pacar lo?"

Arfan tidak menjawab. Jelas sekali tercetak tatapan gelisah di matanya.

"Gue takut lo tolak, Lun." Aku Arfan.

Luna menunduk sekejap. "Lo mau nunggu gue sampai kapan?"

"Sampai kapan pun lo siap."

"Serius?"

"Iya."

"Arfan," panggil Luna.

"Hm?"

"Gue ..." Luna menjeda kalimatnya.

"Gue siap buka hati buat lo sekarang."

[end] SS (4) - SEBUAH MEMORI TENTANGNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang