SMT - 14

0 1 0
                                    

Hari Senin pagi itu, Luna terlambat datang dari jam yang seharusnya. Memang sih belum terlambat, tapi biasanya dia akan datang 30 menit sebelum bel berbunyi. Apalagi hari Senin akan dilakukan upacara bendera terlebih dahulu.

Luna menghembuskan napasnya jengah. Dia tidak sadar jika kerah bajunya terbuka karena satu kancing teratas tidak ia kancingkan.

Di gerbang, dia ditahan oleh Dinda. Si KETOS jutek dan sangat teramat disiplin.

"Kamu dapat poin 15 karena nggak pakai dasi. Nanti jangan masuk barisan kelas, bergabung sama anak-anak lain yang nggak disiplin." Ujar Dinda.

Luna menganga. Dia rasa tadi sudah memakai dasi, tapi kenapa sekarang tidak ada? Jangan bilang Luna tadi hanya mengkhayal?

Luna memilih pasrah. Mau protes pun tidak ada gunanya, toh memang ia salah. Namun masalahnya, berbaris di barisan siswa tidak disiplin adalah bagian lapang yang langsung tersorot sinar matahari. Kasian kulit Luna, sudah gosong ditambah dibakar pula.

Setelah menyimpan tas di kelas, Luna berjalan lunglai menuju ke arah barisan siswa tidak disiplin.

Tak sengaja Luna melihat Renaldi yang membawa sebuah dasi, sementara dirinya sendiri sudah memakai dasi dengan rapi.

"Ah, kebetulan banget ada dasi nganggur, kira-kira dia mau ngasih nggak, ya?" Batin Luna. Dia merapalkan mantra komat-kamit hingga akhirnya Renaldi melirik ke arahnya.

Luna sedikit membuat kode jika dia butuh dasi. Jelas-jelas Renaldi melihat Luna, dia bahkan sempat melirik dasi yang dipegangnya. Seolah-olah bimbang harus diberikan pada Luna atau tidak.

Tiba-tiba saja dari kejauhan datang Carla yang setengah berlari ke arah Renaldi.

"Dasar, katanya anggota OSIS tapi kok nggak disiplin." Cibir Luna pelan.

Renaldi langsung memberikan dasi yang dipegangnya pada Carla. Dari reaksinya, sepertinya Carla tidak tahu jika dia akan diberi dasi oleh Renaldi.

Luna mengepalkan kedua tangannya.

"Kan gue duluan yang minta dasi itu, kenapa dikasih ke dia, sih? Nyebelin banget!" Teriak Luna dalam hatinya.

[end] SS (4) - SEBUAH MEMORI TENTANGNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang