"Gue bingung banget sama diri gue sendiri, Zak," curhat Luna. Malam itu, selepas makan malam Luna menelepon Zaki untuk bercurhat ria.
"Kenapa lagi?"
"Gue padahal udah berusaha untuk lupain Renaldi dari kapan tahu, tapi rasanya susah banget. Lo tahu sendiri 'kan gimana perlakuan dia selama ini ke gue? Nggak mungkin juga gue masih ngarep sama orang yang jelas-jelas nggak pernah nganggep gue ada."
"Masalahnya?"
"Semakin ke sini, gue semakin susah buat lupain Renaldi. Semenjak dia deket sama Carla, jujur aja hati gue sakit banget, Zak."
"Lo juga baper sama perlakuan Renaldi waktu lo jatuh itu?"
Luna refleks mengangguk, "Gue harus gimana ya? Apa gue harus terus moveon, atau mungkin gue berusaha untuk bersikap baik sama Renaldi supaya dia tahu kalau gue selalu ada buat dia."
"Gue juga bingung sama lo, Lun. Gue sebagai sahabat tentunya mau yang terbaik buat lo. Selama apa yang membuat lo bahagia, gue pasti support. Masalahnya, Renaldi udah sama Carla. Kalau lo nekad mau sama dia, terus ujung-ujungnya lo sakit hati, 'kan nggak lucu."
"Jadi ... Sepertinya gue harus moveon aja?"
"Kalau hati lo bilang iya, lo harus moveon. Jangan nyakitin diri sendiri, Lun. Itu 'kan yang selalu lo bilang ke gue supaya gue bisa lupain Dinda."
"Iya, sih."
Luna memandang langit malam di balkon kamarnya. Bintang-bintang tidak terlihat malam itu.
Luna menghela napas berat. "Thank ya, lo selalu ada buat gue, Zak. Gue berusaha buat lupain Renaldi untuk saat ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
[end] SS (4) - SEBUAH MEMORI TENTANGNYA
Novela JuvenilKisah Luna yang pernah pacaran dengan Renaldi saat kelas 10 namun kemudian putus karena Renaldi mengejar OSIS. Renaldi adalah partner Dinda. Setelah putus, Renaldi seperti tidak mengakui Luna sebagai mantannya. Luna membenci Renaldi dan mencapnya se...