Luna benar-benar patah hati. Setelah tadi dia melabrak Uli dan menjadi tontonan satu kelas, sorenya sepulang sekolah, Luna kembali melihat adegan dramatis yang menyayat hati. Terang-terangan, Renaldi dan Carla pulang sekolah bersama dengan menaiki motor Renaldi. Bahkan, cewek itu naik dari parkiran.
Luna berjalan tidak semangat dengan kaki yang menendang-nendang kerikil.
Benar-benar hari yang buruk.
"Aws!" Suara ringisan seseorang membuat Luna mendongak. Dia sedikit menyipitkan mata ketika melihat seorang cowok yang tidak asing di matanya.
Cowok itu mengenakan kacamata bulat tebal. Seragam SMA yang ia pakai jelas bukan seragam SMA yang sama dengan Luna.
Luna berjalan menghampiri. "Sori, barusan kerikil yang gue tendang kena ke lo?"
"Iya," jawab cowok itu. Dia memandangi Luna.
"Gue kok nggak asing ya sama muka lo?" Heran Luna.
Cowok itu tersenyum mesem, "Gue Arfan, Lun, masa lo lupa?"
"Arfan?"
"Iya, kita kan satu SMP. Baru aja 3 tahun lo udah lupa sama gue."
Luna mengernyitkan dahinya. Dia berpikir keras. Hingga akhirnya dia menemukan nama Arfan di dalam kamus otaknya.
"Oh, lo Arfan yang dulu pernah ngejar-ngejar gue 'kan?" Tanya Luna pede.
Arfan menunduk canggung.
Luna berdeham, "Sori, gue emang kalo ngomong cablak banget."
"Gapapa."
Beberapa detik mereka hanya saling diam hingga akhirnya Arfan menyebutkan satu dengan volume pelan,
"Manis,"
Kata itu membuat Luna kepikiran bahkan sampai berhari-hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
[end] SS (4) - SEBUAH MEMORI TENTANGNYA
Novela JuvenilKisah Luna yang pernah pacaran dengan Renaldi saat kelas 10 namun kemudian putus karena Renaldi mengejar OSIS. Renaldi adalah partner Dinda. Setelah putus, Renaldi seperti tidak mengakui Luna sebagai mantannya. Luna membenci Renaldi dan mencapnya se...