Hari demi hari berlalu.
Sesuai apa yang direncanakan Yunxi, Feiyu semakin dekat dengannya. Pemuda itu menjadi sangat lembut padanya sampai-sampai Yunxi terkadang merasa bersalah telah menggunakannya sebagai bahan taruhan.
Setiap pagi, Yunxi selalu datang ke apartemen Feiyu untuk sarapan bersama. Ia melihat betapa rapinya apartemen Feiyu. Furniturnya serba hitam kelabu minimalis sesuai dengan perangainya yang sederhana.
Feiyu terlalu detail memperhatikan kebutuhannya. Awalnya sang pemuda memasak daging panggang untuk makan malam. Tapi karena Yunxi kesulitan memotong daging, di malam berikutnya Feiyu merubahkan menjadi bola-bola daging cincang yang bisa dilahap sekali gigit.
Saat mengendarai mobil juga demikian. Feiyu memang menganggapnya sebagai anak buah di kantor, namun di luar pekerjaan, pemuda itu memperlakukannya layaknya tuan muda. Feiyu membukakan pintu mobilnya. Feiyu mengantarnya kemanapun ia mau. Feiyu juga yang dengan baik hati membawanya pulang setelah ia berpesta dengan para sahabat sampai mabuk.
Suatu hari ketika Yunxi merasa sudah saatnya ia melangkah lebih jauh, Yunxi bertanya, "Feiyu, apa kau punya pacar?"
Mendengar pertanyaan itu, Feiyu tersedak. Ia menyemburkan soda ke wajah Yunxi yang duduk tepat di hadapannya. Saat itu mereka sedang makan malam bersama di apartemen Feiyu.
Mencoba sabar, Yunxi mengambil serbet untuk membersihkan wajahnya.
"Maaf," ujar Feiyu merasa bersalah. "Ee ... belum punya. Memangnya kenapa?"
"Tidak apa-apa. Aku penasaran bagaimana bisa pemuda sesempurna dirimu tidak ada yang mengejar."
Feiyu meletakkan gelasnya dan pikirannya mulai menerawang masa lalu. "Hmm, sebenarnya banyak yang tertarik padaku. Beberapa di antaranya memberanikan diri untuk menyatakan cinta akhir-akhir ini. Tapi karena aku sibuk bekerja, aku tidak berani untuk menerima mereka."
"Jawaban macam apa itu? Kau terdengar sombong dan kurang ajar."
"Bagaiman bisa?" ujar Feiyu kebingungan.
Entah mengapa Yunxi menggebu-gebu. Ia seolah tidak terima dengan fakta bahwa Feiyu memiliki banyak calon kekasih. Ia berkata, "Pertama, kau sombong memiliki banyak orang yang mengejarmu. Kedua, kau seolah menerima siapapun yang menembakmu selama kau tidak sibuk. Ketiga, aku ragu kau berkata yang sebenarnya."
"Hah? Tapi memang benar banyak pria dan wanita yang mengejarku." Cara bicaranya begitu santai karena memang itulah kenyataannya. "Kemarin saat aku menunggumu pulang dari bar, seorang pemuda datang mengajakku berdansa. Ia bahkan mencoba menciumku setelah mengatakan aku sangat tampan dan ia ingin memiliki kekasih sepertiku."
Mata Yunxi terbelalak mendengar itu. Ia menggosok tengkuknya tak bisa membayangkan bagaimana bisa itu terjadi. "A-apa kau menciumnya?" tanya Yunxi setengah gugup.
"Tentu saja tidak. Aku tahu dia hanya mabuk."
"Lalu selain itu, siapa lagi? Bukankah kau selalu bersamaku selama dua bulan ini? Aku tidak melihatmu dengan siapapun."
Feiyu mulai curiga dengan pertanyaan-pertanyaan Yunxi yang mendesaknya, tapi ia tetap menjawab, "Biasanya melalu media sosial. Mereka temanku di kampus dulu."
"Ee, atau temannya temanku."
"Atau tamu di hotel yang meminta nomor teleponku untuk keluhan. Sebenarnya aku tidak nyaman jika mereka mengganggu privasiku, tapi aku tidak bisa menolak demi nama baik L Hotel."
Brak!
Yunxi mendadak berdiri mendobrak mejanya. Kepalanya berasap.
"Benar-benar pemuda yang populer. Seandainya kau tidak makan malam bersamaku saat ini, kau pasti bisa membawa salah satu dari mereka berkencan."
KAMU SEDANG MEMBACA
LIBERTE [Feiyunxi]
Fiksi PenggemarKebebasan adalah hal yang selalu didambakan oleh semua orang, tak terkecuali Luo Yunxi. Baik harta, tahta, maupun cinta, tak ada satupun yang boleh mengekangnya. Sebuah taruhan yang diajukan para sahabatnya memang berakhir indah, tapi apakah ia mamp...