Bab 17 - Taruhan

168 26 4
                                    

Keesokan harinya, Feiyu dan Yunxi bergandengan tangan di depan rumah megah kediaman Keluarga Luo.

Matahari masih tak jauh dari ufuknya. Hari masih pagi, langit bahkan tak sepenuhnya cerah dengan bintang dan bulan yang samar-samar mengintip di balik kabut awan.

Dada kedua insan bergemuruh. Jantung yang paling keras berdetak adalah Feiyu yang akan meminang anak dari tuannya. Yunxi sendiri sudah mual membayangkan ia akan menginjakkan kaki lagi di rumahnya. Namun melihat kegugupan Feiyu, ia tak bisa merasa tenang.

"Berhentilah gemetar. Tanganmu sekarang basah penuh keringat," ujar Yunxi bermaksud memberi semangat, tapi malah membuat Feiyu semakin gugup.

"Ah, maaf." Pemuda itu segera melepas genggaman tangannya agar membuat Yunxi nyaman.

Kini Yunxi kesal. "Ah, siapa bilang kau boleh melepas tanganmu? Kemarikan!"

"Mmm ...." Feiyu sudah akan memberikan tangannya lagi saat ponsel Yunxi tiba-tiba berbunyi. Itu adalah dering panggilan. Bukan pesan atau notifikasi.

Hanya saja, Yunxi mengabaikannya.

"Tidak kau angkat?" tanya Feiyu di sela kegugupannya.

Yunxi mengambil ponselnya dan segera menolak panggilan begitu tahu siapa yang memanggil.

"Vin Zhang?" Feiyu membaca nama yang tertera di atas layar dan bertanya-tanya ada apa tetangga Yunxi itu menelepon pagi-pagi.

Yunxi mendengus. "Abaikan saja. Aku sudah menolaknya berkali-kali dalam pesan pagi tadi, tapi ia bersikeras mengajakku bertemu."

"Bertemu sepagi ini? Apa ada masalah? Bagaimana kalau kau angkat saja? Siapa tahu penting."

"Tidak. Tidak penting," ujar Yunxi. "Sekarang yang penting adalah kita menyelesaikan masalah kita berdua. Apa kau siap, Feiyu?"

Feiyu terdiam sejenak. Ia menatap Yunxi penuh pertimbangan, sebelum akhirnya menghembuskan napas panjang. Senyum akhirnya tersimpul di bibirnya saat ia mendekat dan mengecup kening Yunxi. "Baiklah. Aku siap."

Mereka kembali bergandengan tangan dan akhirnya membuka pintu untuk menghadap Luo Fenghua.

Ayah dan Ibu Yunxi telah menyambut mereka di ruang tamu. Sang ayah begitu tampan meskipun usianya tak lagi bisa dibilang muda, sedangkan ibunya begitu cantik dengan gaun merah bergaya metro tahun 1990an.

Meski begitu, tak ada satupun dari mereka yang tersenyum. Wajah sang ibu mungkin hanya datar dan bingung, namun sang ayah begitu masam dan penuh amarah

Feiyu sedang membungkuk hormat hendak menyapa saat Luo Fenghua menyemburkan sindiran.

"Aku harap kalian ke sini untuk membicarakan bisnis. Bukan yang lain."

Yunxi melangkah maju untuk berhadapan dengan ayahnya. Dalam kasus ini, Yunxi tahu Feiyu ingin memimpin dan berdiskusi dengan ayahnya sendiri. Tapi yang memiliki hubungan darah dengan Fenghua jelas dirinya. Ia yang paling tahu isi otak ayahnya.

"Ayah," panggil Yunxi. "Sayangnya kami tidak bisa mewujudkan harapan ayah. Aku yakin ayah sudah tahu tentang hubungan kami. Aku datang ke sini untuk melakukan sebuah penawaran."

"Bah! Penawaran?" Fenghua tertawa. "Apa yang bisa kau tawarkan? Kau tidak memiliki apa-apa."

Feiyu hendak berbicara, namun Yunxi menahannya.

"Sebenarnya aku tidak peduli dengan restu Ayah dan Ibu. Tapi karena aku menghormati keputusan Feiyu yang ingin meminta restu pada kalian sebelum meminangku, aku datang ke sini menghadap kalian."

Ibu Yunxi berdiri seketika. Keningnya berkerut dan ia menua sepuluh tahun lebih cepat dari sebelumnya. "Meminang? Apa maksudmu? Kalau Feiyu melamarmu, lalu bagaimana dengan anak Tuan Zhang itu?"

LIBERTE [Feiyunxi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang