Warning ☠️ Kekerasan
Satu hari setelah tabrakan maut terjadi, Luo Yunxi berdiri di depan rumah duka memunggungi para pelayat yang hadir memberikan salam perpisahan terakhir mereka.
Di hadapan Yunxi, berbaringlah tubuh dingin pemuda yang dicintanya bernama Chen Feiyu.
Darah telah dibersihkan dan tubuh tak bernyawa itu telah dipakaikan kemeja dan jas terbaik yang pantas untuknya. Jika dilihat sekilas, Feiyu seolah hanya tertidur. Namun ketika Yunxi berjalan mendekat dan menyentuh wajahnya, kehangatan yang pernah ada tak lagi di sana menyambutnya.
Lama sekali Yunxi membungkuk di sana. Tak lagi menyentuh, tapi hanya memandang betapa tampannya sang pujaan hati.
Tidak ada yang menghentikannya. Tak banyak pelayat yang menunggu giliran untuk menyapa. Mereka hanyalah ketiga sahabat Yunxi beserta kekasih mereka, satu wanita yang merupakan asisten Feiyu selama di L-Estate, dan Vin Zhang. Orangtua Feiyu sendiri masih dalam perjalanan dari desa mereka di pelosok China, sedangkan orangtua Yunxi sibuk mengurus bisnis mereka.
Sebenarnya para sahabat terkejut melihat Yunxi tidak menangis. Pria itu begitu tegar, berpakaian rapi, bahkan sempat menata rambutnya untuk tampil menawan.
Mungkin ada jejak kemerahan di bawah matanya, tapi itu hanyalah sisa emosi saat Feiyu mengucapkan kata terakhirnya. Bahkan setelah Feiyu dibawa ambulan menuju rumah sakit untuk pengurusan dokumen kematian, Yunxi menemani dalam diam.
Begitu mobil jenazah datang menjemput di rumah duka, peti siap diangkat menuju peristirahatan terakhir.
Tapi sebelum para petugas menutup peti yang telah tiada, Yunxi mengeluarkan cincin berbatu ungu dari sakunya. Itu adalah cincin pernikahan yang ia siapkan sebagai kejutan yang belum sempat diberikan.
Yunxi menyematkannya di jari manis milik Feiyu sebelum mengecup bibir dingin sang pujaan hati untuk terakhir kalinya. Selagi semua orang jauh dari radius pendengaran, ia berbisik, "Tunggu aku. Aku akan menyusulmu sebentar lagi."
Dan itu adalah pesan terakhir Yunxi untuk Feiyu di dunia ini.
Pemakaman sangat khusyuk.
Satu per satu pengunjung memasukkan bunga ke dalam tanah sebelum peti dikubur. Batu nisan yang sederhana kemudian ditancapkan. Ada nama, tanggal lahir, dan tanggal kematian yang meninggal di atasnya. Feiyu begitu sebentar hidup di dunia. Ada masa depan panjang yang siap menyambutnya, namun sayangnya takdir berkata lain.
Yunxi masih berdiri di sana, masih tidak menangis. Siang berganti sore, sore berganti malam. Ketiga kekasih sahabat Yunxi undur diri mengingat mereka memiliki pekerjaan yang harus mereka selesaikan. Merasa masih akan lama di sana, Yunxi sekalian menyuruh para sahabatnya juga pergi meninggalkannya sendiri.
Yang tersisa hanyalah Vin Zhang. Pria itu berdiri di samping Yunxi tak lelah menemaninya. Ia sebenarnya masih kuat berdiri semalaman di sana. Namun karena ia khawatir dengan kesehatan Yunxi, ia berkata, "Yunxi, sudah malam. Jika kau masih ingin bersamanya, kau bisa kembali besok. Tapi malam ini, ayo kita pulang."
Yunxi tak bergeming. Yang bergerak hanyalah bibirnya untuk menjawab, "Mau pulang ke mana? Rumahku telah terkubur di sana. Aku sudah tidak punya tempat kembali lagi."
"Yunxi, kalau kau mencintainya, apa kau tidak memikirkan perasaannya jika ia melihatmu seperti ini?" Vin Zhang mencoba bersabar, namun Yunxi semakin dingin meresponnya.
"Kau tidak layak mengucapkan namanya."
Yunxi tahu tidak ada yang bisa disalahkan atas kematian Feiyu. Itu murni kecelakaan. Mobil Feiyu ditabrak dari belakang saat pemuda itu hendak belok ke arah apartemen. Tak hanya Feiyu yang malang, penabrak pun sedang terbaring lemah di ICU, sedang memperjuangkan harapan hidupnya yang kian menipis setiap detiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIBERTE [Feiyunxi]
FanfictionKebebasan adalah hal yang selalu didambakan oleh semua orang, tak terkecuali Luo Yunxi. Baik harta, tahta, maupun cinta, tak ada satupun yang boleh mengekangnya. Sebuah taruhan yang diajukan para sahabatnya memang berakhir indah, tapi apakah ia mamp...