Ciuman itu tidak terasa apapun di bibir Feiyu. Itu begitu tiba-tiba dan Yunxi terlalu memaksanya melakukan hal yang sedang tidak diinginkannya sekarang.
Feiyu secara refleks menghindar. Punggung Yunxi menabrak dinding, sedangkan dirinya nyaris jatuh di atas wastafel.
"Yunxi!" Feiyu segera menutup bibirnya dengan lengannya. Matanya merah karena tersiksa. Ia sudah tidak tahu lagi bagaimana cara menghadapi pria di hadapannya.
Syukurnya, pintu toilet terbuka. Seorang pegawai yang tidak tahu hubungan apa yang terjalin di antara direktur dan anak pemilik perusahaannya itu tanpa sadar memisahkan mereka.
Tanpa melihat lagi mantan kekasihnya, Feiyu pergi dari kamar mandi saat itu juga.
Yunxi benar-benar terpukul. Kini Feiyu jelas membencinya.
Yunxi tidak peduli siapa yang melihatnya saat ini, tapi ia tidak sanggup lagi. Ia meringkuk di sudut toilet dan menangis di sana.
Bagaimana bisa semuanya jadi seperti ini? Sejak kapan Yunxi semenyedihkan ini?
Saat tahu kedua orang tuanya tidak benar-benar mencintainya sebagai anak, Yunxi tidak sehancur ini. Saat para sahabatnya terkadang mengabaikannya demi kekasih mereka, Yunxi juga tidak sekacau ini.
Siapa Feiyu?
Apa hebatnya dia?
Mengapa ia membiarkan pria itu mencabik-cabik harga dirinya?
Setelah air matanya terkuras habis, Yunxi pulang ke penthouse-nya. Matanya berkabut di sepanjang perjalanan, tapi ia bahkan tidak peduli dengan keselamatnya saat menyetir mobil.
Setibanya di penthouse, Yunxi sudah ingin segera bergelung di balik selimutnya dan tidur. Tapi karena ada seorang tamu yang menghalangi pintunya, Yunxi jadi harus menstabilkan emosinya.
"Yunxi! Kau akhirnya pulang," ujar Vin Zhang dengan nada lega.
Pria bertubuh tinggi besarnya menoleh ke arahnya dengan senyum lebar sampai kemudian ia melihat mata merah Yunxi.
"Ada apa dengan dirimu? Apa terjadi sesuatu?" Vin Zhang mendekat hendak meraih wajah Yunxi untuk melihat lebih jelas, namun Yunxi segera menghindar dengan sopan.
Yunxi mengusap pipinya memastikan bahwa tidak ada air mata lagi di sana. "Tidak apa-apa. Hanya masalah pribadi yang belum bisa kuselesaikan."
"Apa kau mau membagi bebanmu denganku? Bisa dibilang, aku adalah pendengar yang baik."
Yunxi menatap Vin Zhang untuk mempertimbangkan tawarannya. Matanya kemudian jatuh pada bungkusan di tangan sang pemilik gedung penthouse.
"Umm, sebelum aku cerita, kau sendiri mengapa ke sini?"
"Ah, ini ...." Vin Zhang mengangkat bungkusannya. "Klienku baru saja dari luar negeri dan membawakanku anggur. Aku ingin mencicipinya, tapi tidak ada teman minum. Aku ingin mengajakmu ..."
Yunxi kemudian membuka kunci penthouse-nya dan mempersilakan Vin Zhang masuk. "Kalau begitu, ayo. Kebetulan aku sedang ingin minum."
Setelah mereka mengambil gelas anggur dan duduk di ruang tamu, Yunxi mulai bercerita.
"Aku pernah memiliki seorang kekasih, tapi kami berkencan karena sebuah taruhan." Yunxi mengatakannya sembari menyesap gelas anggur pertamanya. "Awalnya aku hanya memanfaatkannya. Berpura-pura mencintai pemuda itu selama tiga bulan. Tapi begitu ia tahu tentang taruhan itu dan mencampakkanku, aku ..."
"Kau baru sadar kalau kau mencintainya." Vin Zhang melanjutkan perkataannya yang tak bisa ia selesaikan.
Fakta yang diucapkan orang lain nampaknya lebih mampu menampar Yunxi. Ia meneguk seluruh anggur di dalam gelasnya dan meringkuk di sudut sofa seperti bola. "Vin Zhang ... bagaimana bisa cinta sesakit ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LIBERTE [Feiyunxi]
FanfictionKebebasan adalah hal yang selalu didambakan oleh semua orang, tak terkecuali Luo Yunxi. Baik harta, tahta, maupun cinta, tak ada satupun yang boleh mengekangnya. Sebuah taruhan yang diajukan para sahabatnya memang berakhir indah, tapi apakah ia mamp...