Yunxi, Xiao Zhan, Zhehan, dan Jianci mengadakan pertemuan di toko kue Jianci. Itu adalah toko kue yang baru didirikan kekasih Zheyuan secara mendadak setelah pulang dari Sanya. Katanya, itu adalah bakat terpendam yang baru ia ketahui setelah berdoa pada Dewi Guanyin di Sanya.
"Bagaimana menurut kalian?" tanya Jianci pada ketiga sahabatnya yang saat ini duduk melingkar di meja bundar.
Sekeliling mereka sangat berisik. Interior toko kue Jianci masih dalam tahap pembangunan. Sang pemilik saja mengenakan celemek yang dipenuhi oleh cat. Pipinya tercoreng oleh semen putih yang masih belum mengering.
Zhehan memicingkan matanya curiga. "Sejak kapan kau seserius ini dalam berkarir? Apa sekrup di otakmu yang lepas waktu bayi sudah terpasang kembali?"
Jianci memukul kepala Zhehan dengan handuk keringat yang ada di pundaknya. "Enak saja kau bilang. Aku seperti ini karena aku merasa sudah waktunya aku bersikap dewasa. Menghasilkan uang sendiri seperti Yunxi dan Xiao Zhan terlihat sangat menyenangkan."
Di antara mereka berempat, memang Yunxi dan Xiao Zhan yang pertama kali bekerja dengan serius meniti karir mereka. Meskipun Xiao Zhan tidak segera mendapat jabatan setinggi Yunxi di perusahaannya, setidaknya ia bukan pengangguran.
Bicara soal Yunxi, semua orang kemudian menoleh pada pria yang mengajak mereka berkumpul itu.
Xiao Zhan bertanya penasaran. "Apa terjadi sesuatu denganmu hari ini?"
Yunxi mendesah panjang. Diletakkannya kepalanya di atas meja bundar sembari cemberut menggembungkan pipinya. Ia berkata, "Aku tidak tahu. Aku punya perasaan yang aneh hari ini dan hariku terasa seperti sangaaaaaat panjang. Dan membosankan."
"Mungkin kau hanya merindukan Feiyu. Apa dia masih sangat sibuk?" Kali ini Jianci yang bertanya. Setelah ia mengambil dari dapur dan meletakkan kue percobaannya yang gosong di tengah meja, ia duduk bergabung bersama para sahabat.
Yunxi mengangguk. "Mungkin. Setiap hari ia harus berangkat pagi dan pulang larut malam. Di akhir pekan ia bahkan harus melakukan perjalanan dinas dan aku tidak diperbolehkan ikut karena ia takut membuatku lelah."
Feiyu dan Yunxi masih tinggal bersama, tapi entah mengapa akhir-akhir ini Yunxi begitu kesepian. Bukannya mereka tidak menelepon atau berkirim pesan. Feiyu bahkan selalu berusaha menemani Yunxi meski jarak memisahkan mereka.
Yunxi tahu dalam dua minggu mereka akan mendapat restu dari sang ayah dan dapat segera melakukan upacara pernikahan. Cincin untuk Feiyu yang serasi dengan miliknya bahkan sudah jadi dan siap disematkan pada pemuda yang akan menemaninya seumur hidup.
Tapi, tetap saja ....
Feiyu seolah akan pergi darinya dan Yunxi tidak menyukai perasaan itu.
Jianci kemudian berkomentar untuk menghibur Yunxi. "Apa kau tahu kau terlihat seperti apa?"
"Seperti apa?" gumam Yunxi malas. Pipinya yang tertekan di atas meja membuat suara yang keluar dari mulutnya terdengar aneh. "Jangan bilang kau akan mengejekku seperti nenek-nenek cerewet."
Jianci menggeleng. "Tidak. Lebih buruk dari itu."
"Anak kecil yang merajuk?"
"Tet tot. Salah." Jianci terkikik. "Kau seperti orang hamil."
Mata Yunxi melebar. Ia segera duduk tegak dan mulai serius mendengarkan sahabatnya. "Apa maksudmu?"
Tak hanya Yunxi, Zhehan dan Xiao Zhan juga mencondongkan tubuh mereka untuk bergabung dalam diskusi menarik ini.
"Kemarin kau memberiku pesan kalau kau tidak nafsu makan. Menurutmu, mengapa kau seperti itu?" Jianci bertanya.
"Tentu saja karena Feiyu tidak di sisiku. Aku sudah bilang padamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
LIBERTE [Feiyunxi]
FanfictionKebebasan adalah hal yang selalu didambakan oleh semua orang, tak terkecuali Luo Yunxi. Baik harta, tahta, maupun cinta, tak ada satupun yang boleh mengekangnya. Sebuah taruhan yang diajukan para sahabatnya memang berakhir indah, tapi apakah ia mamp...