Setelah selesai makan Ruza pergi ke dapur untuk mencuci piringnya, saat itu Theo mengikuti Ruza. Theo memperhatikan Ruza yang sedang mencuci piring. Cowok itu menaruh piringnya di depan Ruza, agar dicuci oleh Ruza. Setelah menaruh piring Theo beranjak pergi.
Ruza langsung berbalik, melihat Theo. "Kakak nggak ada niatan buat nyuci piring bekas kakak?"
Theo berhenti dan berbalik. "Kan sekalian lo yang nyuci." Ia tidak pernah menyentuh sabun cucian, jadi tidak mungkin ia mencuci piringnya sendiri.
Ruza tersenyum sambil menahan rasa emosi. "Katanya kaya, makan numpang. Gak ada inisiatif nyuci piring, gak berguna," gumam Ruza sambil membilas piringnya. Setidaknya Theo basa-basi menawarkan membantu mencuci piring. Hanya basa-basi dan dia yang akan tetap mencuci piring itu. Sebenarnya ia jarang mencuci piring, biasanya kakaknya, makanya ia merasa kesal.
"Ngomong apa lo?" tanya Theo, tidak mendengar gumaman Ruza.
"Gak ngomong."
"Ooo." Theo lanjut berjalan ke ruang tamu dan tidur-tiduran di sofa. Cowok itu membuka ponselnya, melihat banyak notifikasi di ponselnya. Theo mengabaikan notifikasi itu dan memilih bermain game.
Tangan Ruza menggenggam erat. Sangat gemas ingin memukul Theo. Gadis itu mencuci piringnya dengan suara keras, sengaja karena sedang merasa kesal. Setelah mencuci piring Ruza berjalan ke ruang tamu dengan menghentakkan kaki sehingga menimbulkan suara, entahlah Ruza sedang sebal.
"Kakak pulang aja!" saran Ruza sambil menarik Theo dari sofa.
Theo masih fokus pada ponselnya, tarikan dari Ruza sama sekali tidak berefek padanya. "Sama kakak lo si Hades itu gue suruh jaga lo, bocil. Ya gue nurut."
"Ga butuh dijaga kakak! Biasanya Ruza juga sendiri!"
"Bodo amat, kakak lo nyuruhnya gitu."
"Kalo gitu bayar, kan kakak nginep disini! Kak Hades ga suruh kakak nginep, tapi jaga! Jaga!!"
"Tunggu bentar." Theo seakan mengingat sesuatu. Cowok itu mengambil kantong plastik yang ia selipkan di bagian depan motornya. Theo membawa kantong plastik itu masuk ke rumah Ruza.
"Nih mainan," ucap Theo memberikan kantong plastik itu pada Ruza.
Ruza menerima kantong plastik itu dan terlihat sedikit bingung. "Mainan?" tanya Ruza sambil menumpahkan isi kantong plastik itu ke meja.
"Wah," takjub Ruza saat melihat tumpukan dompet yang ia tumpahkan dari kantong plastik itu.
"Kakak kaya karena nyopet?" tanya Ruza karena merasa curiga dengan Theo.
"Kagak anjir, gue udah kaya dari sebelum keluar perut mak gue."
"Terus dompet ini punya siapa?"
Theo diam sejenak memikirkan jawaban. "Lihat wajah gue."
Ruza melihat wajah Theo. "Kenapa?"
"Ganteng kan?"
"Biasa, gantengan kakak Ruza."
Theo menghela napas. "Eh si bocil. Anggep aja gantenglah. Tu dompet dikasih sama pacar-pacar gue. Wkwk. Soalnya gue ganteng," bohong Theo. Pacar saja ia tidak punya. Dia itu jomblo dari orok.
Ruza mengangguk-angguk, membuka isi dompet itu. "Kakak playboy?" tanya Ruza, penasaran.
"Iyalah, muka gue sama uang gue buat apa." Padahal ia termasuk warga miskin jika kartunya diblokir oleh kakek reyot. Tapi ia harus terlihat cool di hadapan bocil.
"Ooo, besok-besok uangnya kasih Ruza aja."
"Ogah, nanti lo buat beli barbie."
Ruza sedikit tersenyum dan menatap Theo. "Hehe, kok tau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THEORUZ
Teen Fiction- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru juga" __________ Antheo Killian, cowok yang sudah berulang kali dikeluarkan dari sekolah dan pindah ke...