Setelah mandi cukup lama Theo keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk di tubuh bagian bawah.
"Wiih wangi bangettt," puji Ruza sambil memakan snacknya. Gadis itu kini tengah menonton TV di ruang tengah.
"Emang wangi," tegas Theo. Cowok itu lalu lewat di depan Ruza.
"Iya deh yang wangi. Btw kakak gapapa kalo mandi? Emang udah ga sakit?" Dari yang ia tau biasanya orang sakit tidak diperbolehkan mandi dulu. Kecuali mandi air hangat.
"Gapapa."
"Kalo sakit Ruza gamau rawat lagi loh ya," ancamnya. Tentunya ia berbohong. Kalau Theo sakit mau tidak mau dirinya harus merawat orang itu. Theo itu kan kakaknya.
"Hmm." Theo membuka pintu kamar Hades lalu masuk ke kamar itu. Cowok itu langsung melempar dirinya di kasur dan menutupi matanya dengan tangan.
"Ruza," gumam Theo, mengingat kembali wajah gadis itu, mulai dari pertemuan pertama mereka sampai sekarang. Mengapa ia merasa gila.
Theo mengambil bantal dan menutupi wajahnya dengan bantal. Ia malu, entah pada siapa ia malu. Yang jelas ia merasa malu.
Apakah ia ada rasa dengan Ruza?
Tapi rasanya tidak mungkin. Dan sedikit menggelikan jika ia ada rasa dengan gadis itu. Sepertinya hal ini karena ia terlalu stres dan tidak pernah bermain wanita. Mungkin seperti itu.
Yah, mungkin seperti itu.
Harus seperti itu.
Mengenai ciuman. Mengapa Ruza terlihat biasa saja? Padahal ia melumat habis sambil menyentuh telinga dan leher gadis itu. Mengapa Ruza tidak menampar atau memberikan suatu respon?
Theo berganti posisi menjadi tengkurap. Cowok itu memegang bibirnya. Apa itu hanya khayalannya? Tapi sepertinya tidak. Ia ingat jelas rasa bibir Ruza. Sedikit ada rasa strawberry. Rasa strawberry yang terasa seperti rasa selai di rumah Ruza.
Ia ingat jelas saat ia melumat bibir itu, Ruza sama sekali tidak membuka mulut. Gadis itu hanya diam. Lalu mendorongnya pelan.
Kenapa Ruza seperti itu?
"Arghhhh, bangsat," umpat Theo. Cowok itu menggigit bibirnya sendiri. Dan pikirannya menelisik memastikan apa itu hayalan atau kenyataan.
"Kakkkk, makan nggak?? Keburu dingin. Katanya nasgor."
Mendengar itu Theo langsung duduk di kasur lalu berdiri dan memakai bajunya. "Hmm," sahutnya.
"Cepetan ya..., Ruza laper."
"Makan duluan aja. Gue nyusul."
"Bareng aja sekalian. Lebih enak makan bersama."
Hanya mendengar kata makan bersama membuat Theo menyinggungkan senyum merasa puas.
Theo terdiam sejenak.
"Goblok, biasanya juga makan bersama. Lo kenapa lagi sih anjirrr. Dah gilaaa!!" marah Theo pada dirinya sendiri.
Cowok itu lalu menyisir rambutnya dan mengusap rambut itu asal, merasa lebih tampan jika rambutnya tidak rapi. Lalu Theo mencari minyak wangi milik Hades. Seingatnya ia lumayan suka dengan selera minyak wangi Hades.
"Dikit aja, dikit aja," ucapnya sambil menyemprotkan minyak itu ke leher dan dadanya. Dan sedikit pada ketiaknya.
Saat melihat wajahnya di cermin Theo kembali terdiam. "Lo kenapa dandan goblok!!! Biasanya lo ga mandi 2 hari juga ga peduli."
Theo menjambak rambutnya sendiri lalu kembali menatap cermin.
"Terserah dah terserah, hari ini cuman lagi pengen ganteng," ucapnya sambil sedikit menata rambut dan ekspresinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THEORUZ
Teen Fiction- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru juga" __________ Antheo Killian, cowok yang sudah berulang kali dikeluarkan dari sekolah dan pindah ke...