Theo lebih memilih pulang daripada terus berada di parkiran dan mendengar para temannya menggosip. Bukannya ia tidak suka menggosip atau membahas lebih lanjut tentang Hades dan pacar Hades, ia hanya merasa bersalah jika melihat dari satu sudut pandang. Bagaimanapun, ia tidak mengenal Hades. Jadi ia merasa tidak berhak membuat kesimpulan tentang Hades.
Yang dipikirkannya sekarang adalah Ruza.
Apa saat Hades dulu sakit Ruza juga tidak tau?
Masalahnya seluruh anggota Deluc tidak ada yang tau bahwa Hades memiliki seorang adik perempuan. Ia adalah Deluc pertama yang tau Ruza dan tau rumah Hades. Tidak terbayang jika Hades kecelakaan sementara tidak ada yang memberi kabar pada Ruza.
Setelah sampai rumah Hades, Theo berdiam sebentar mengamati wilayah disana. Lingkungan rumah Hades tergolong sepi, rumah Hades juga cukup sederhana, bahkan tidak ada ruang tamu. Jika ia masih kecil dan tinggal di lingkungan seperti ini, sepertinya ia akan ketakutan. Merinding takut ada pencuri, psychopath atau hantu.
Saat ini jam menunjukkan pukul 4 pagi. Theo memasuki rumah Ruza, melihat Ruza yang tengah duduk termenung di ruang tamu.
"Kakak habis dari mana?" tanya Ruza sambil menatap meja di depannya.
"Habis beli ini," jawab Theo menunjukkan makanan yang tadi ia beli.
"Oo, buat Ruza?"
"Siapa lagi? Ya buat lo lah. Oh iya, habis ini ikut gue pulang yuk."
Ruza yang sedang membuka bungkus plastik makanan, menghentikan aksinya. "Hah?" tanya Ruza, bingung.
"Gue mau ngerampok di rumah kakek gue. Ga mau coba ikut?" ucap Theo tersenyum, suasana hatinya sedang buruk. Mengerjai kakeknya adalah satu cara menghibur hatinya.
"Ngerampok kan dosa." Ruza melanjutkan membuka bungkus plastik makanannya. Gadis itu mengangguk-anggukkan kepalanya saat melihat lauk di depannya, merasa puas. "Ooo ayam," gumam Ruza.
Theo duduk di samping Ruza dan membuka ponselnya. "Kalo ke kakek sendiri ga dosa."
"Ooo gitu. Tapi Ruza boleh makan dulu?"
"Terserah."
Tiba-tiba ponsel Theo berdering. Ada panggilan masuk dari kuda Nil. Cowok itu mengangkat telepon dengan malas. Theo takut jika panggilan itu berkaitan tentang kabar Hades.
"Apaan?"
"Lo masih nyopet pas tawuran?" Dari dulu ia memang sering nyopet waktu tawuran. Ia tidak memiliki geng dan segala macamnya. Hanya 4 orang teman, itu saja. Jika ada tetangga sebelah alias sekolah lain yang tawuran maka ia akan join. Ia tidak membela satu di antaranya, ia adalah orang adil. Begitupun dalam mencopet, ia tidak memilih siapa yang di copet. Intinya yang berdompet.
"Hmm, baru kemarin."
"Anjir lo! Ini kita kena marah orang-orang njir. Disangka Hades yang nyopet. Wah lo bener-bener." Dari dulu memang ada satu rumor pencopet gaib saat tawuran. Dan itu adalah dia, wajahnya sama sekali belum terungkap. Tidak disangka Hades yang kena imbasnya.
"Yaudah lah, bilang kalo mau KTPnya balik sama STNK dll suruh nunggu di markas Deluc. Btw Deluc ada markas nggak?"
"Hmm,"
"Ada nggak anjir. Hm, hm, sok cool loh."
"ADA! ADA! GOBLOK!!"
Ruza langsung menatap Theo saat mendengar suara sentakan dari telepon. "Siapa? Kok kasar gitu ngomongnya ke kakak."
Theo mengecilkan volume ponselnya.
"Lo ada cewek Yo? Kawai amat suaranya," ucap Nil dari telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
THEORUZ
Novela Juvenil- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru juga" __________ Antheo Killian, cowok yang sudah berulang kali dikeluarkan dari sekolah dan pindah ke...