Theo mencium dalam pipi Ruza, lalu turun ke leher Ruza dan membuat tanda di leher itu.
Theo terkekeh saat melihat raut wajah Ruza. Cowok itu membelai wajah gadisnya lalu kembali membuat tanda berwarna merah.
"Buatin di leherku juga, sayang," pintanya lalu berbaring di samping Ruza.
"Emm, emang Ruza bisa?"
"Bisa. Aku menghargai karyamu, sayang."
Ruza mengangguk-anggukan kepalanya dan membuat seperti apa yang Theo buat.
Theo menggigit bibirnya sendiri, menahan suaranya.
__________
"Dia masih 17 tahun," ucap Hades yang duduk di kursi ruang tengah.
Jika bukan karena Hades datang mungkin saat Ruza tidur tadi ia sudah membuat tubuh gadis itu merah-merah.
Theo membawa minuman ke ruang tengah dan duduk di samping Hades.
"Gue mau dia."
"Ck, terserah lo. Gue cuman mau ngingetin satu hal. Lo ga serius sama dia, silahkan lo pergi tinggalin dia."
"Gue serius," ucap Theo.
"Kalo lo serius lo harusnya tau konsekuensi dari apa yang lo lakuin."
Theo meminum airnya lalu menatap tajam Hades. "Kalo lo kakaknya harusnya lo bisa jaga dia dengan bener. Bukan ngejar cewek lo dan ninggalin adik lo sendirian disini. Lo ninggalin anak gadis di rumah sendiri! Dari awal tau, gue pengen maki-maki lo!"
"Kalo lo ngerasa bisa jaga dia, lo aja yang jaga dia!"
"Bajingan!!" Tangan Theo menarik kerah baju Hades dengan keras. "Gue senang lo nyerahin dia ke gue! Tapi gue benci lo yang seakan ga peduli sama dia!"
"Terserah lo mau benci gue kayak gimana. Yang jelas gue masih peduli sama dia. Dia ga punya orang tua, dia ga punya banyak temen. Dia cuman punya satu kakak yang ga bisa jaga dia. Dia cuman punya lo yang jadi kakak, guru, teman, pacar buat dia! Disini gue bicara sebagai orang luar, gue tau gue ga pantes bicara sebagai kakaknya!" tegas Hades.
Theo memijat kepalanya dan menunduk menatap lantai. "Gue tau lo masih sayang sama dia. Gue tau lo gengsi peduli sama dia. Tapi setidaknya tunjukin rasa peduli lo. Hades!"
"Dia ga bakal sakit hati terlalu dalam kalau kehilangan orang yang ga peduli."
"Goblok! Kalau lo peduli harusnya lo bertahan buat orang yang lo peduliin."
"Gue bertahan buat satu orang. Cuman dia. Dan Ruza gaada tempat di hati gue semenjak dia masuk dan ngisi hati gue."
Theo menyandarkan tubuhnya pada sofa dan menatap Hades. Ia ingin mengatai Hades bodoh namun rasanya ia juga bodoh. Ia tidak tau sebesar apa Haleya mengisi hati Hades. Yang jelas wanita itu memenuhi seluruh pikiran dan hati Hades.
"Gue bener-bener serius sama adek lo. Secepatnya, gue bakal bikin dia suka ke gue. Dan gue bakal langsung lamar dia."
Hades menghela napas dan menatap gelas di depannya, sedikit memainkan gelas itu. "Dia suka sama lo, bukannya dia udah nerima lo? Dia jelas suka sama lo!"
"Walaupun gue tidur selama 5 tahun. Tapi gue tetep kenal dia. Bikin dia makin suka sama lo bukan hal susah," lanjut Hades.
"Ruza itu polos, ga kenal cinta, penakut. Dia peduli sama orang lain, tapi kalau sama lo beda. Dia peduli lo, banget. Bahkan tanpa lo sadari. Dia selalu suka sama lo, entah sebagai kakak atau apapun itu."
Theo memejamkan matanya. "Lo tau? Karena sekarang gue suka dia. Gue mohon sama lo untuk diem disini, nemenin dia, adik lo. Dia kangen sama lo anjir! Dia adik lo, kenapa lo ninggalin dia terus!"
"Semua sebatas tanggung jawab gue ke dia, dia yang sebatas adik kandung gue."
Ruza yang mendengar percakapan Theo dan kakaknya kembali naik di kasur dan tidur. Matanya berkaca-kaca karena percakapan itu. Ia tau, dari kecil ia tau bahwa Hades tidak memiliki kepedulian lebih padanya. Kakaknya itu peduli, namun rasa pedulinya beda. Ia juga tau jika kakaknya mencintai seorang gadis, gadis yang berhasil menyingkirkan dirinya dari hati kayaknya.
Gue bakal jaga lo, tapi sebatas itu. Karena lo mirip dia.
Sebuah perkataan yang baru ia pahami artinya akhir-akhir ini. Entah dia siapa yang dimaksud kayaknya.
Namun kakaknya benar saat memuji Theo, Theo memang sebaik itu. Tidak mabuk karena dirinya, tidak merokok karena dirinya, padahal ia tau bahwa Theo pecandu rokok. Dulu Theo selalu menghabiskan banyak rokok dalam sehari. Namun karena permintaannya saat kecil, cowok itu menghilangkan kebiasaan merokok itu.
Theo juga tidak pernah mencintai siapa pun. Dan tidak pernah pacaran dengan siapa pun.
Mendengar suara langkah kaki Ruza menutup matanya dengan erat, berpura-pura tidur.
Theo naik ke atas kasur dengan pelan. Mencium rambut Ruza dan memeluk Ruza dari belakang. "Aku bakal bikin gadisku ini selalu bahagia. Aku janji Za."
"Jangan pernah sedih kalau Hades lebih milih Haleya dibanding kamu. Aku, aku yang bakal selalu milih kamu."
Tengah malam, saat Theo dan Ruza telah terlelap, Hades memasuki kamar itu. Menyentuh pelan make up yang tersusun rapi, mendekat ke kasur dan memperhatikan pemandangan yang membuatnya merasa tenang.
Hades meraih tangan Ruza dan mencium tangan itu. "My princess."
"Semoga kisah kalian selalu bahagia. Jangan kayak kisah gue. Cukup gue yang ngerasain rasa sakit ini. Nggak dengan kalian."
Hades lalu meninggalkan kamar itu, rumah itu dan kota itu.
__________
Instagram: @lilylayu.story© THEORUZ by Lily Layu
KAMU SEDANG MEMBACA
THEORUZ
Teen Fiction- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru juga" __________ Antheo Killian, cowok yang sudah berulang kali dikeluarkan dari sekolah dan pindah ke...