30

205K 25.5K 1.3K
                                    

"Ihhh, kakkk!" kesal Ruza sambil mendorong Theo.

Theo menempelkan keningnya pada kening Ruza, mengukir senyum di wajahnya. "Sayang lo," gumam Theo.

"Ruza nggak sayang kakak kalo kakak ga makan. Makan dulu!"

Theo mengangguk-angguk, cowok itu membuka mulutnya, membiarkan Ruza menyuapinya. Satu tangannya sibuk berada di wajah Ruza. Mulai dari memainkan rambut Ruza, mengelus-elus mata Ruza. Memainkan alis Ruza, dan mencubit hidung Ruza.

Terkadang Theo tersenyum sendiri hingga Ruza tidak paham ada apa dengan kakaknya itu.

Theo memakan semua bubur sampai habis, membuat Ruza merasa senang. Tidak disangka Theo mau makan sampai habis.

Ruza berdiri, hendak mengambil obat. Namun Theo langsung memeluk Ruza dan menggelengkan kepala, melarang Ruza pergi.

Ruza menghela napas. Tangannya terulur ke nakas, mengembalikan mangkok bubur yang kosong dan mengambil obat juga air minum.

"Sekarang kakak minum obat dulu yaaa."

Theo mengangguk-angguk. Cowok itu membuka mulutnya saat Ruza memberikan obat padanya. Lalu meminum air yang diberikan Ruza.

Setelah merasa tugasnya selesai, Ruza beranjak berdiri. Namun lagi-lagi Theo memeluknya dan menahannya pergi.

"Kakk, kakak tidur aja."

"Sama lo."

"Kakak takut Ruza tinggal?" Dulu saat ia sakit ia juga takut ditinggal dan minta di temani tidur, jadi kurang lebih ia paham dengan Theo. Akhirnya Ruza membaringkan tubuhnya di kasur. "Sini tidur, Ruza peluk," ucap gadis itu sambil menata bantal untuk Theo tidur.

Theo tersenyum dan langsung tidur di samping Ruza. Cowok itu mendekat pada Ruza dan mencium kening Ruza. "Sayang Ruza," ucap Theo yang terdengar manja.

"Hmm, Ruza juga sayang kakak."

Mendengar itu Theo kembali tersenyum, memeluk erat Ruza dan memejamkan matanya.

__________

Theo meraba sampingnya, merasakan seperti ada seseorang yang tengah tidur di sampingnya, cowok itu membuka mata dan mendapati Ruza tengah tidur dengan memeluknya, menenggelamkan kepala pada dada telanjangnya.

"Shittt." Theo mencoba menyingkirkan Ruza. Sangat pelan dan hati-hati dalam memindahkan kepala, tangan dan kaki Ruza.

Setelah beberapa saat akhirnya Theo bisa bernafas lega. Cowok itu berdiri, memakai sandalnya dan berjalan ke dapur untuk minum.

Saat minum Theo terbayang dirinya yang tengah mencium Ruza. Mengapa lagi-lagi terlintas hal kotor di pikirannya. "BANGS-"

Namun sebuah adegan terasa berputar di kepalanya. Ia baru ingat jika semua itu bukan khayalannya, namun benar-benar terjadi.

"Uhuk, uhuk." Theo tersedak, cowok itu langsung berlari membuka pintu dan menuju samping rumah Ruza yang sepi.

Theo berjongkok dan memegang kepalanya. "LO GILA???? LO NGAPAIN GOBLOKKKKKK!!!!! LO NGAPAINN!!" Theo memukul-mukul kepalanya.

Theo menggigit bibirnya lalu mengusap-usap bibirnya dengan tangan. "GILA LO THEO!! LO GILA!!! BAJINGAN!!" maki Theo pada dirinya sendiri.

"AKKKHHHHHH, GOBLOK LO GOBLOK!!" Theo memukul kepalanya lebih keras.

"BAJINGAN LO GOBLOK!!" Tangan cowok itu memukul pohon pisang yang ada di depannya.

Lalu Theo berdiri dan semakin membabi buta dalam memukul pohon itu. Melampiaskan rasa kesal dan emosinya. "ANJIRRR!!! GOBLOK!!! BANGSAT!!"

"LO BAJINGAN THEO, LO BAJINGAN!!! AKHHHHHH, GOBLOK LO!!"

Theo benar-benar menjadikan pohon pisang di sekitar rumah Ruza sebagai samsak, memukul dan menendang pohon itu sepuas hatinya.

"ANJIR LO THEO!!!!"

Theo kembali berjongkok sambil memegang kepalanya, mencengkram erat rambutnya. "Lo goblok Theo, lo goblok! Lo hewan! Lo bajingan!" ungkapnya merasa frustrasi.

"Lo goblok Theo!! Lo goblokk." Theo terus memukul-mukul kepalanya. Dan matanya kini berkaca-kaca. Ia merasa bersalah. Entahlah, ia sungguh merasa bersalah.

Ruza itu adiknya! Mengapa ia mencium bibir gadis itu!

Shittt, dadanya terasa sesak memikirkan hal itu.

__________
Instagram: @lilylayu.story

© THEORUZ by Lily Layu

THEORUZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang