39

187K 24.2K 2.2K
                                    

"Tuan, tuan muda Killian sudah datang," ucap asisten kakek.

Theo memasuki ruangan kakeknya lalu duduk di sofa. Cowok itu hanya diam, menatap kakeknya yang sedang melihat ponsel.

"Kamu ternyata serius dengan si Semprul?" tanya kakek, serius.

Theo menghela napas. "Jangan panggil Semprul terus kek! Ruza punya nama, namanya Aruza Roselin, kenapa kakek manggilnya semprul!"

"Soal nama aja protes," gumam kakek namun masih terdengar di telinga Theo.

"Kakek mau Theo panggil babi? Kakek babi? Theo panggil gitu mau?"

Kakek menatap Theo dengan tatapan terkejut. Lalu kakek kembali melihat ponsel, sok cool.

"Nggak mau kan? Makanya gausah aneh-aneh manggil Ruza!"

Kakek mengubah posisi kursinya, menghadap ke arah Theo. "Kamu manggil Semprul pacar kan? Atau sayang? Kenapa kamu manggil Semprul gitu? Gausah manggil Semprul sayang, pacar baby dll, dia punya nama, namanya Aruza Roselin!" balas kakek, membalik ucapan Theo.

"Kamu mau kakek panggil kamu sayang? Sayang Theo, cucuku sayang, mau?" lanjut kakek.

Theo hanya diam, bingung menjawab apa. "Udahlah kek, skip. Lanjut pembahasan tadi!"

"Huh, tadi siapa yang bikin repot. Dasar anak kadal!"

"KAKEK!" sentak Theo, merasa lelah diejek oleh Kakeknya.

"Iya-iya. Jadi kamu serius sama Semprul?" tanya kakek.

"Iya Kek, Theo serius. Serius banget."

"Kalau serius kamu pindah ke luar negeri, belajar dulu! Kamu kan bodoh!"

Theo berdiri, menghampiri kakeknya. "Kakek gila? Theo udah kuliah lima tahun! lima tahun kekkkk! Bayangin, lima tahun!! ucap Theo, di depan kakeknya sambil menunjukkan lima jarinya.

"Tapi kamu masih goblok alias bodoh! Nanti kalau kamu bucin, kamu makin bodoh dan males ngurus perusahaan! Sekarang aja kamu ambil cuti."

Theo hanya diam, apa yang kakeknya katakan adalah benar. Mungkin nantinya ia akan malas ke perusahaan, sekarang saja ia sudah mulai malas.

"Semprul masih kecil! Jangan kamu apa-apain. Kamu juga belum punya apa-apa, mau kamu kasih makan apa bocah itu?"

Theo berjalan kembali ke sofa, cowok itu menghempaskan tubuhnya, duduk di sofa. "Theo kira kakek manggil karena seneng saham naik gara-gara Theo sama Ruza. Theo kira kakek bakal langsung nikahin kita. Eh ternyata... Theo malah di marahin," ucap Theo, merasa dikecewakan oleh ekspektasinya sendiri.

"Kamu mikir pake otak! Si semprul masih kecil. Kamu tega kalau dia kehilangan masa remajanya? Lagian kamu dan semprul jaraknya nggak jauh-jauh banget. Apa kakek harus pura-pura mati dulu baru kamu mau nurutin kemauan kakek? Ini semua demi kamu, asal kamu tau!"

"Oke, oke, oke, kakek jangan nyerocos terus, Theo nggak bisa mikir kek! Theo perlu mikirin semuanya! Masak Theo baru pacaran terus harus LDR, nanti Ruza diambil orang." Theo membuat wajahnya terlihat sangat miris, mengemis pada kakek.

"Mikir sana! Kamu mikir pake otak! Kakek males sama kamu! Mending kakek ke perusahaan dan urus berkas daripada ngurusin cucu kayak kamu, susah banget dibilangin," ucap kakek, berjalan pergi meninggalkan ruangan itu.

THEORUZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang