"What? Naon? Apah? Si yank beb uhuy lo pergi ke Jepang?" tanya Restanti beruntun.
Ruza hanya mengangguk-anggukan kepala sambil terus memakan pudingnya. Puding khusus yang dikirim kakek. Katanya puding buatan chef Pipit, tapi bukan pipit kucing, melainkan pipit orang.
"Wah parah sih, habis unboxing anak orang kabur aja tu orang utan. Parah, parah," ucap Restanti, menggelengkan kepalanya.
"Dari kapan dia pergi, lo ga curiga dia selingkuh gitu?"
Ruza terdiam sejenak, lalu menggeleng.
"Pergi dari 4 hari yang lalu. Nggak curiga kalo selingkuh sih, soalnya kak Theo di sana tinggal sama kak Nil dan kak Saira sama babynya kak Saira, lagian kak Theo kan kuliah, bukan aneh-aneh," ucap Ruza sambil terus memakan pudingnya.
"Wahhh, kalo gue sih curiga tingkat dewa. Secara kan Jepang negara produksi ehem ehem."
"Produksi ehem ehem apa?" tanya Ruza sambil tetap memakan pudingnya.
Restanti menghela napas. "Ah lo mah ga paham-paham. Kan guenya mau nyepill yang berlebih jadi merasa bersalah."
Mata Restanti melirik puding Ruza. "Btw, minta pudingnya dong bambang, lo mah makan sendiri."
"Hehe, enak sih, puding buatan chef Pipit."
"Pipit bukannya kucing?"
"Emm, ada versi manusianya kok."
"Ooo." Restanti mengambil alih sendok Ruza dan memakan puding itu.
"Eh Res," panggil Ruza.
"Apa?"
"Sebenernya kalo kak Theo pergi aku malah seneng sih." Ia ingin mengatakan itu dari awal percakapan tadi. Namun lupa karena asik menikmati puding buatan chef Pipit.
Restanti berhenti memakan puding itu dan beralih menatap Ruza. "What? Jangan bilang lo cuman suka hartanya dia."
"Eh, nggak kok. Cuman aku habis malem itu jadi malu banget. Kepikiran terus, terngiang-ngiang. Jadi kalo kak Theo pergi aku kan jadi bisa tenang. Hehe."
"Makan tenang, tidur tenang. Semuanya jadi lebih tenang. Dan ga terngiang-ngiang apalagi takut kak Theo dateng," lanjut Ruza.
"Terngiang-ngiang?" tanya Restanti
tidak paham.Ruza menatap sekitar lalu duduk bergeser, lebih dekat dengan Restanti. "Aku tiap hari mimpi malam pertama terus dan kebayang terus," bisik Ruza dengan lirih.
"Segitunya?"
Ruza mengangguk. "Aku takut ngelakuin itu lagi. Jadi kalo ketemu kak Theo aku deg-degan."
"Aduhhhhhhhhh!! Kenapa takut sih, gas aja kalik Za!!"
"Kamu ga paham Res! Kamu kan balum ngerasain. Sakit tau."
"Ya kan itu pertama Za, kedua ketiga pasti nggak."
"Pokoknya kamu ga paham! Pinggang aku sakit banget loh."
"Aduhhh, jadi pengen sakit pinggang. Si Janu kapan peka sih. Duh, jiwa-jiwa 21 ku memberontak."
"Om Janu seleranya kan yang lebih tua. Mana mau sama kamu."
"Lo temen bukan? Kok tidak mendukung."
"Aku malu ke om Janu gara-gara kamu. Tiap ketemu om Janu aku ngumpet taukk," keluh Ruza.
Restanti menghela napas. Mengakhiri percakapan dan lanjut memakan puding. Ruza makin lama makin mengesalkan. Sok pamer hubungan. Dia kan jadi makin iri.
KAMU SEDANG MEMBACA
THEORUZ
Teen Fiction- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru juga" __________ Antheo Killian, cowok yang sudah berulang kali dikeluarkan dari sekolah dan pindah ke...