True Love | 1

232 22 0
                                    

"Jevan! Harun udah nungguin itu, cepetan sarapannya!" teriak bunda dari halaman depan.

"Iya, bun. Ini Jevan udah selesai, kok!" Remaja 16 tahun itu dengan terburu-buru memakai tas sekolahnya dan berlari keluar rumah.

Bunda menggelengkan kepala jengah, anak semata wayangnya ini memang selalu seperti itu. "Sabar, Harun, Jevan emang suka gitu."

"Iya, bun. Harun udah hapal, hehe..." Remaja bernama Harun itu tak kalah jengahnya dengan kelakukan si sahabat yang kurang disiplin itu.

"Yuk, berangkat, gue udah siap!" Akhirnya yang ditunggu muncul. Tak lupa Jevan mencium tangan bunda sebelum berangkat ke sekolah bersama Harun.

"Bunda, Jevan berangkat dulu, ya, bye!" pamit Jevan.

Harun menyalakan mesin motornya dan Jevan segera duduk di jok belakang.

Di perjalanan, keduanya saling diam. Pagi hari itu saat paling malas untuk banyak berbicara, pikir Harun.

"Wih, nggak nyangka kita udah SMA aja, ye?" ujar Jevan membuka percakapan.

"Iya, perasaan baru juga kemarin kita berdua nangis bareng nggak mau masuk PAUD." Harun terkekeh geli mengingat kejadian beberapa tahun silam. Saat ia dan Jevan menangis kencang bersama, menolak untuk masuk sekolah.

"Eh iya, ini nanti pembagian kelas, kan?" tanya Jevan.

"Ho'oh, semoga kita sekelas."

"Kita? Males, bosen gue liat wajah lo mulu!" sarkas Jevan.

"Lah, bukannya kemarin lo berharap kita sekelas lagi biar lo ada yang nyontekin?"

"Ah masa? Kok gue lupa?"

"Ck, au deh!" Harun memilih diam, ia tahu sahabatnya itu hanya bercanda. Tapi ingat, pagi-pagi Harun tidak mau banyak bicara, apalagi berdebat. BIG NO!

*

Sampainya di sekolah, Jevan dan Harun bergegas mendekati papan pengumuman, mencari nama serta kelas mereka. Dan ternyata keduanya berada di daftar kelas 10 IPA 3.

Harun dan Jevan berjalan santai menuju lantai 3 gedung sekolahnya. Kelasnya berada di dekat tangga. Lumayan, jika ingin turun tak perlu jauh-jauh berjalan menuju tangga.

Di kelas, sudah ada sekitar 10 anak yang datang. Jevan dan Harun memilih duduk satu bangku di deret paling belakang. Sebenarnya itu atas kemauan Jevan, ia tidak mau terlalu dekat dengan guru. Padahal murid yang duduk paling belakang biasanya menjadi incaran guru.

"Hai!" sapa Jevan kepada murid laki-laki yang duduk tepat di depannya.

"Kenalin, gue Jevan, kalo ini Harun." Jevan mengulurkan tangannya dan dibalas dengan senang hati oleh murid di depannya.

"Gue Servan, panggil aja Hesa."

Jevan mengerutkan alisnya bingung. "Kok jauh banget?"

Hesa tersenyum. "Itu nama belakang gue, Mahesa." Jevan membulatkan bibirnya sembari mengangguk sebagai respon.

"Lo dari SMP mana?" tanya Jevan penasaran.

"Binabhakti. Lo sendiri?"

"Binar Berlian. Gue satu SMP sama Harun. Nggak, sih, lebih tepatnya dari PAUD sampe SMA satu sekolah sama dia, bahkan satu kelas." Harun yang sedari tadi disebut oleh Jevan hanya tersenyum sembari mengangguk.

"Oh, pantes, gue lihat-lihat kalian akrab banget, ternyata temen dari orok." Ketiganya terkekeh.

"Lo nggak ada temen satu SMP?"

TRUE LOVE || HyunJeong ft. TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang