True Love | 14

50 11 0
                                    

Sudah 2 minggu sejak Harun menyerahkan semua dokumennya kepada kepala sekolah untuk persyaratan. Dan hari ini, Harun akan berangkat ke London. Semua barang-barang sudah ia kemas, hampir satu kamarnya ia bawa. Tidak, itu bercanda.

2 koper jumbo berisi semua baju-baju dan perlengkapan lainnya seperti buku dan lain-lain, serta 1 koper sedang yang berisi jajan dan makanan instan Indonesia. Ya ... untuk bekal di London, karena semua jajanan itu mungkin akan berkali-kali lipat lebih mahal jika dibeli di London, jadi Harun harus siap sedia membawa satu koper berisi makanan.

Jadwal take of Harun 2 jam lagi. Tapi sebelum menuju bandara, ada satu hal yang akan Harun lakukan.

Harun meminta orang tuanya untuk berangkat terlebih dahulu ke bandara, dan ia akan menyusul dengan ojek online nanti.

Harun turun di sebuah kafe yang sangat terkenal, memiliki logo berwarna hijau dengan gambar putri duyung mengenakan sebuah mahkota.

Harun masuk dan memesan sebuah minuman yang menjadi menu terfavorit di kafe ini. Ia duduk begitu pesanannya sudah jadi, orang yang akan ia temui hari ini mungkin akan segera sampai.

Tidak sampai 5 menit, orang yang ditunggu Harun pun tiba. Mereka berbincang sebentar dan barulah Harun mengutarakan niat awalnya mengundang orang tersebut.

“Hesa, gue titip ini, tolong kasih ke Jevan kalo menurut lo waktunya udah tepat." Harun memberikan amplop berwarna krem yang didalamnya terdapat sebuah surat kepada Hesa.

Hesa mengambil amplop yang diberikan Harun.

“Lo yakin?” tanya Hesa sembari menunjuk amplop tersebut.

“Lo yakin masih mau berhubungan sama Jevan? Maksud gue—”

“Gue yakin, kok. Asal lo tau, sebenernya gue masih agak berat buat berangkat ke London. Tapi, kalo gue masih disini, yang ada gue makin sakit. Setidaknya dengan gue pergi ke London, gue nggak akan sering-sering lihat mereka. Anggap aja gue pergi ke London untuk mengistirahatkan hati gue sebentar.”

“Jadi, kalo ada apa-apa lo masih mau terima Jevan?”

Harun mengangguk yakin. “Bagaimanapun Jevan tetep sahabat gue. Meskipun waktu itu gue bilang ke dia buat jangan cariin gue kalo ada apa-apa, tapi gue bakal ada kalo ternyata Jevan beneran butuh gue. Siapa lagi yang bisa diajadiin tempat pengaduan buat Jevan kalo bukan gue?”

Hesa menghela napas, sedikit rumit menghadapi Harun dan Jevan. Harun yang sakit tapi tak mau melepas, dan Jevan yang menyakiti tapi tak mau kehilangan. Keduanya sama-sama bodoh dimata Hesa, sangat bodoh.

Jevan yang sangat tidak peka, dan Harun yang tidak pernah berbicara mengenai perasaannya. Tapi, Hesa tau apa alasan Harun tidak pernah mengatakan apapun tentang perasaannya kepada Jevan, ia tau. Harun hanya takut Jevan tak menyukainya dan berakhir hubungan persahabatan mereka yang hancur. Meskipun endingnya sama saja, anggap hubungan persahabatan mereka sekarang sudah hancur, walau tak sepenuhnya.

“Oke, deh. Gue bakal simpen ini, dan gue bakal awasin Jevan terus buat gantiin lo.”

Thanks.”

“Lo berangkat jam berapa?”

“Jam 11.”

Hesa mengecek jam tangannya. “Sekarang udah jam 9:35, mending lo ke bandara sekarang.”

Harun memeriksa jam di ponselnya.

“Yaudah, gue nitip surat tadi. Makasih, Sa, baik-baik lo disini.”

“Lo juga, baik-baik lo di negara orang. Jangan macem-macem, cukup belajar aja.”

“Iya, gue pamit. Kalo boleh, titip pamit ke Jevan, ya?”

TRUE LOVE || HyunJeong ft. TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang