Keesokan harinya, seperti biasa Jevan dan Harun pergi ke sekolah bersama mengendarai motor Harun.
"Eh, Run, lo udah dapet WhatsApp dari pengurus ekskul belum? Gue udah dapet soalnya," tanya Jevan begitu mereka berdua sampai di parkiran sekolah.
"Udah, kok. Jadwalnya tiap selasa sama kamis, kan?" Jevan mengangguk membenarkan.
"Eh, tapi, sekarang hari selasa. Emang mulainya nanti? Apa nggak mendadak banget itu?" Mata Jevan menyipit, kepalanya memiring tanda dia merasa kebingungan.
"Nggak tau juga, sih. Ya lihat aja nanti, sekiranya disuruh buat kumpul ya tinggal ikutin aja." Harun tidak mau ambil pusing. Toh, lebih baik setelah sekolah tidak langsung pulang, karena pasti ending-nya di rumah ia hanya menggabut dan tidur.
"Hari ini masih nggak ngapa-ngapain, ya?" tanya Jevan lagi.
"Enggak, deh, kayaknya. Tapi, nggak tau juga, sih."
"Gue pengen bolos, anjir..."
"Beuh, baru hari kedua masuk SMA udah pengen bolos aja lo. Niat sekolah nggak, sih?"
"Niat, Run, pake banget. Tapi, kek ... ya ada males-malesnya gitu kalo kita berangkat ke sekolah tapi di sekolah nggak ngapa-ngapain." Maklum, Jevan emang suka ngeluh anaknya. Untung Harun sabar.
"Terserah lo, deh." Ingat, Harun itu paling malas kalau pagi-pagi sudah banyak bicara. Nah, daripada ia berdebat dengan Jevan yang tidak akan ada habisnya -biasa uke- jadi Harun memutuskan untuk diam.
Baru sampai di kelas, Jevan meletakkan tasnya begitu saja dan dia pergi lagi.
"Mau kemana lo?"
"Mau ke perpus, ikut?"
"Tumben rajin." Harun memicingkan matanya, seperti melihat keanehan pada diri Jevan.
"Ck, ikut apa nggak?" tawar Jevan sekali lagi dengan ekspresi wajah kesal.
"Nggak, deh, gue disini aja."
Jevan hanya mengangguk, lantas pergi keluar kelas. Begitu keluar kelas, Jevan tak langsung menuju perpustakaan, melainkan memilih berkeliling. Dari awal masuk sekolah Jevan tidak pernah pergi kemanapun kecuali kelas, aula, parkiran, dan kantin.
Bukannya waktu MPLS pasti diajak keliling, ya? Nah, itu dia. Jevan tidak hadir selama MPLS karena demam. Kocaknya, Jevan demam hanya karena dientup lebah madu yang sakitnya tidak separah Tawon Ndas (Vespa Affinis). Tapi, itu saja sudah cukup membuat Jevan menangis semalaman dan demam tinggi selama hampir 1 minggu. Ya, memang Jevan ini paling tidak bisa menahan sakit, sekalinya mendapat sengatan lebah rasanya seperti ditembak pistol polisi.
Kembali ke Jevan. Ia baru saja keluar dari koperasi setelah membeli sebotol air dan biskuit. Karena sudah lelah berkeliling, barulah Jevan bergegas menuju perpustakaan.
Tidak banyak yang Jevan lakukan di perpustakaan selain mencium aroma-aroma buku, membaca judul-judul buku, duduk santai sambil memakan biskuit, dan tiduran di lantai yang dilapisi karpet.
"Permisi, gue boleh duduk sini, nggak?" tanya seorang siswa. Jevan spontan membuka matanya dan bangkit dari acara rebahan di karpet.
Jevan melihat siapa yang sudah mengganggu waktu rebahannya. Cukup terkejut begitu melihat siapa yang meminta ijin padanya.
‘Woy, ini gue nggak salah lihat?! Ini cowok yang kemarin itu, kan?! Anjir, fix gue jodoh sama dia!’ pekik Jevan dalam hati.
Jevan tidak bisa menahan senyum salah tingkahnya, ia pun mempersilahkan siswa itu untuk duduk di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUE LOVE || HyunJeong ft. TXT
Romantizm"Hesa, gue titip ini, tolong kasih ke Jevan kalo menurut lo waktunya udah tepat." -Harun Haidar "Harun, lo dimana? Maafin gue, gue nyesel udah nggak percaya sama lo!" -Jevan Adrian [lokal] -update 2 hari sekali, rutin- Start : 24 April 2022 Finish :...