True Love | 4

50 18 0
                                    

Jam pembelajaran sudah selesai sejak 1 jam yang lalu, kini Harun dan Jevan sedang berkumpul di ruang seni untuk pengarahan kegiatan hari kamis dan seterusnya.

Eh iya, Jevan masih tidak mau berbicara dengan Harun. Bahkan di jam terakhir saat guru matematika masuk hanya untuk perkenalan, Jevan memilih duduk bersama Narendra -teman sekelasnya- ketimbang bersama Harun.

Bahkan, saat berkumpul di ruang seni saat ini, Jevan memilih duduk berdekatan dengan Satria. Iya, Satria juga mengambil ekstrakurikuler seni. Dan fakta itu cukup membuat Harun semakin terpuruk.

Kumpul ekstrakulikuler tidak berlangsung lama, semua anggota baru pun dipulangkan. Saat akan keluar ruangan, Jevan sempat melirik Harun, itupun sekilas dan dengan tatapan yang cukup sinis.

Begitu sampai di tempat parkir, Harun mengambil helm yang biasa dipakai Jevan, dan akan memberikan pada Jevan begitu anak itu mendekat kearahnya. Tapi, belum sempat tangan Harun terulur untuk memberikan helm hitam itu, ternyata yang dihampiri Jevan bukanlah dirinya, melainkan laki-laki yang akhir-akhir ini sering dibicarakan Jevan.

Jevan pulang bersama Satria.

“Harun!”

Suara lantang itu membuat Harun menoleh, dilihatlah siapa yang memanggilnya. Ternyata itu Lino, sepupu Jevan yang baru ia temui kemarin.

“Lo belum pulang? Jevan mana?”

“Iya, baru selesai kumpul ekskul. Jevannya—”

Lino mengangkat kedua alisnya, menunggu jawaban dari Harun.

“Dia lagi di kamar mandi,” jawab Harun bohong. Tidak mungkin, kan, kalau dia mengatakan sedang ada masalah dengan Jevan. Ia takut masalah akan melebar kemana-mana, apalagi Lino ini dekat dengan keluarga Jevan. Takutnya itu semua terdengar sampai keluarga Jevan, dan Harun tidak mau itu terjadi.

“Oh, beser emang itu anak. Yaudah, gue pulang dulu, ya.” Lino menepuk bahu Harun sebagai salam perpisahan.

“Iya, kak.”

Setelah dirasa Lino sudah cukup jauh, dan kemungkinan juga sudah keluar dari area sekolah, Harun segera menyalakan mesin motornya dan bergegas pulang.

*

“Loh, kapan sampenya?” tanya bunda begitu melihat Jevan sudah ada di ruang keluarga.

“Barusan, bun.”

“Kok bunda nggak denger suara motornya Harun? Kan suara motor itu heboh banget, tapi ini senyap-senyap aja?”

“Iya, Jevan nggak nebeng sama Harun.”

“Loh, kenapa? Kan biasanya kalian nempel terus kemana-mana.”

“Em— Harun masih ada urusan, Jevan juga udah capek jadi nggak mau nungguin Harun dulu.” Jevan berbohong.

“Gitu ... Yaudah, istirahat sana, katanya capek.” Jevan tak menjawab, ia hanya mengangguk dan segera menuju kamarnya.

Jevan meletakkan begitu saja tas ranselnya di meja belajar dan langsung berbaring di ranjang tanpa mengganti pakaian dulu. Tapi, Jevan tidak peduli, toh, seragam ini besok sudah tidak dipakai. Kini remaja itu sedang kalut dalam pikirannya.

“Apa gue terlalu jahat, ya? Cuma perkara itu doang gue sampe diemin Harun.”

“Alah, dia juga jahat sama gue. Temennya lagi seneng bukannya dikasih respon yang memuaskan malah cuma ‘oh’ doang, badmood lah gue.”

TRUE LOVE || HyunJeong ft. TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang