True Love | 13

37 11 0
                                    

Jevan membiarkan Harun pergi. Bahkan tanpa ada rasa menyesal karena sudah membuat sahabatnya itu benar-benar marah.

Karena menurut Jevan, harusnya ia yang marah, bukan Harun. Baginya, Harun terlalu mengatur kehidupannya, mengatur kehidupan percintaannya. Dan Jevan benci diatur.

“Biarin dia,” ujar Satria. “Habis ini, mau jalan-jalan? Terserah kemana aja yang kamu mau,” ajaknya.

“Serius?!” Mata Jevan berbinar.

Satria mengangguk. “Kemana aja.”

“Mau naik JSky! Boleh?” pinta Jevan dengan tatapan penuh harap.

Satria terkekeh, tangannya mengusak rambut Jevan gemas. “Boleh, dong! Kita naiknya pas mau sunset biar pemandangannya bagus, oke?”

“Oke!”

*

Kembali pada Harun. Begitu ia pergi meninggalkan pasangan tadi, Harun bergegas menuju ruang kepala sekolah. Harun masuk ke dalam tanpa mengetuk pintu.

“Permisi, pak.”

“Harun? Kamu datang lebih cepat, ya? Jadi, gimana?” Pak kepala sekolah seakan mengerti apa yang akan Harun katakan padanya.

“Beasiswa itu masih berlaku?” tanya Harun memastikan.

Pak kepala sekolah tersenyum senang. Beliau mengangguk. “Pasti, Harun. Masih berlaku.”

“Saya ambil beasiswa itu,” ucap Harun mantap. Kali ini ia sudah benar-benar yakin untuk pergi. Sesegera mungkin jika ia bisa.

“Bagus, kabar baik sekali.” Pak kepala sekolah bangkit dari duduknya dan berjalan menuju brankas untuk mengambil dokumen beasiswa Harun.

“Jadi, kapan saya bisa berangkat?”

“Santai, nak. Secepatnya akan kami berangkatkan. Kamu nggak perlu ngapa-ngapain tinggal serahkan beberapa dokumen pribadi kamu ke saya, lalu paspor dan semua yang kamu butuhkan sekolah yang urus. Dan semua biaya hidupmu disana sudah ditanggung oleh pemerintah 100%, jadi tidak perlu khawatir.”

“Baik, akan saya bawa dokumennya besok ke bapak.”

“Iya, bagus-bagus. Selamat Harun!” Pak kepala sekolah menjabat tangan Harun.

Selesai urusannya dengan kepala sekolah, Harun kembali menghampiri kedua orang tuanya.

“Ma, Pa, Harun dapat beasiswa ke London. Harun udah menyetujuinya, secepatnya Harun berangkat.”

Mama Harun terkejut. “Serius, nak? Kok kamu nggak bilang dari kemarin-kemarin?”

“Iya, sengaja Harun bilang sekarang buat surprise.”

Padahal bukan surprise.

“Jadi, apa yang dibutuhkan untuk persyaratan?” tanya Papa Harun.

“Dokumen-dokumen pribadi Harun, sertifikat prestasi, dan sejenis itu aja, Pa.”

“Paspor dan segala macam gimana?” Papa Harun bertanya lagi.

“Sekolah sudah menanggung semua, Pa. Harun dapat beasiswa full, segala kebutuhan hidup Harun di London sudah dibiayai sama pemerintah.”

TRUE LOVE || HyunJeong ft. TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang