"Maaf tuan, tapi saya tidak akan mengizinkan Jisung untuk berhenti dari tempat ini" Hyunsuk berucap dingin, menatap tajam ke arah Jaemin yang sedari tadi memasang ekspresi datarnya.
"Bagaimana jika Jisung sendiri yang mau?" Jaemin menyeringai tipis.
"Anda bercanda?"
"Apa ekspresi ku mengatakan aku sedang bercanda?" Jaemin berucap datar sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.
Alis Hyunsuk menukik kemudian berlalu melewati Jaemin dan menabrakkan bahunya dengan bahu Jaemin yang membuat ayah dari si kembar itu menyeringai kecil.
"Anak muda zaman sekarang posesif sekali" gumam Jaemin, kemudian berbalik pergi untuk kembali menemui kedua anak kembarnya.
***
"Jisung, apa maksud semua ini?!"
Jisung yang tengah duduk bersama si kembar terperanjat saat Hyunsuk bertanya dengan nada dingin padanya.
"Maksud kak Hyunsuk?" bingung Jisung.
"Apa kau berniat untuk mengundurkan diri dari cafe ku?" Hyunsuk bertanya.
Jaemin yang baru saja datang menatap datar Jisung, satu jarinya terangkat menyentuh bibirnya membuat Jisung melebarkan matanya sedikit.
"Se-sebenarnya iya kak, aku butuh tambahan keuangan untuk kebutuhan ku sehari-hari"
"Astaga Jisung, kenapa tidak bilang kakak? Kakak kan bisa bantu tanpa kau harus bekerja pada orang ini" tunjuk Hyunsuk tidak suka pada Jaemin.
"Tapi aku ingin berusaha sendiri kak, aku tidak enak terlalu banyak merepotkan kakak. Maaf ya kak, dan sepertinya aku akan berhenti bekerja di cafe karena mulai besok aku harus bekerja menjaga dua anak kembar om Jaemin"
Hyunsuk menghembuskan napasnya kasar. Jujur saja, hal ini terlalu mendadak bagi Hyunsuk. Tapi jika keputusan Jisung telah bulat untuk bekerja pada Jaemin, maka Hyunsuk tidak punya hak untuk menghentikannya.
"Baiklah, jika itu sudah keputusan mu Jisung. Tapi ingatlah jika kau ingin kembali lagi, aku akan selalu menerima mu"
"Terimakasih kak" Jisung tersenyum kecil.
"Sudah selesai bicaranya?" Jaemin berucap setelah lama diam mendengar pembicaraan kedua anak muda itu.
"Sudah om" jawab Jisung.
"Haruto, Jeong Woo, jika sudah selesai ayo kita pulang. Udara malam sangat tidak bagus untuk kalian berdua"
"Kita pulang dengan papi Jisung kan pa?"
"Jeong Woo, berhentilah memanggil Jisung dengan sebutan papi. Papa tidak ada hubungan dengannya" jelas Jaemin lembut pada Jeong Woo.
"Benar, apa yang di ucapkan papa, Jeong Woo. Kakak ini aneh, aku tidak suka" Haruto berucap datar.
Sepertinya Jisung telah menyesali dengan ucapannya yang menyetujui untuk berkerja pada Jaemin tadi.
"Tapi Jeong Woo suka, pokoknya kak Jisung adalah papi muda Jeong Woo. Kalau papa dan kak Haruto tidak suka, Jeong Woo akan ikut papi Jisung saja" Jeong Woo memeluk leher Jisung, tidak ingin lepas dari lelaki manis yang ia temui dua hari yang lalu di taman bermain.
Hyunsuk yang berada di tengah-tengah merasa canggung. Ia seperti berada di tengah keluarga yang ingin bercerai dan para anak akan memutuskan untuk ikut dengan siapa. Itu seperti Jaemin dan Jisung akan bercerai, si kakak akan ikut Jaemin dan si bungsu akan ikut Jisung dan posisinya disini Hyunsuk adalah orang ketiga diantara Jaemin dan Jisung. Ya, Hyunsuk sering menonton drama seperti ini di televisi nya di channel Indos*ar yang judulnya suara hati uke.
***
"Ada apa di meja ujung? Kenapa bos dan Jisung ada disana?" Daehwi bertanya pada Mina yang tengah fokus memperhatikan kearah sana sedari tadi. Beruntung cafe mulai sepi sehingga Mina bisa fokus menyaksikan itu tanpa harus terganggu dengan pesanan pelanggan.
"Diam lah, Daehwi. Aku tengah menganalisis permasalahan di antara mereka. Tapi bukankah mereka terlihat seperti sebuah keluarga"
"Siapa? Kak Hyunsuk dan Jisung?"
"Tentu saja, bukan bodoh. Maksudku om yang punya anak kembar itu dan Jisung, kalau Hyunsuk anggap saja dia patung disitu"
"Kau jahat sekali pada bos mu"
"Biarkan saja, aku tengah kesal padanya"
"Tapi kalau di lihat-lihat dengan mata telanjang dan indra keenam ku, sepertinya om itu dan Jisung memang cocok. Walaupun duda yang penting kaya ye kan?"
"Kau mengenalnya?"
"Na Jaemin, pemilik perusahaan Na Corp. Oh ayolah siapa yang tidak mengenalnya, dia sering masuk majalah berita dengan julukan duda tampan se-Asia"
"Wow, aku tidak tahu ini keberuntungan Jisung atau apa tapi mulai sekarang aku akan bertekad melayarkan Jaemsung sampai ke altar" ucap Mina semangat.
"Jaemsung?" bingung Daehwi.
"Iya, singkatan dari Jaemin dan Jisung"
"Tapi bukankah kau tahu kalau bos juga menyukai Jisung?"
"Kalau begitu kau naik kapal Hyunsung dan aku naik kapal Jaemsung, kita lihat siapa yang akan berlayar sampai ke altar"
"Kau gila? Apa keuntungannya untukku?"
"Tiket konser SMtown"
"Baiklah, deal"
***
"Jeong Woo dengar kata kakak, besok kakak akan kerumah Jeong Woo dan kita bisa bermain sepuas Jeong Woo. Sekarang Jeong Woo ikut papa pulang dulu ya"
"No kakak! Papi!"
"Iya, papi. Sekarang Jeong Woo dengar kata papi ya?"
"Okay, Jeong Woo akan pulang dan tidur agar besok bisa main sepuasnya dengan papi. Tapi sebelum itu papi jawab pertanyaan Jeong Woo ya?"
"Iya, apa?"
"Kapan papa dan papi akan membuat adik untuk kak Haruto dan Jeong Woo?"
"H-hah?" Jisung bingung.
"Uh-huk" Jaemin tersedak.
"What the fuck?! So crazy!" Hyunsuk tidak terima.
"Jangan bicara kasar di depan anakku, kau ingin ku penjarakan hah?!!"
TBC.
Simi up lagi gabut karena nunggu Riaxxx123 masih belum up, Simi jadi gak ada asupan.
Book ini akan ada adegan 🌚🔞 kedepannya, jadi kalau tidak suka boleh di skip ya. Karena sebagai anak didik Ria, book Simi tidak cocok untuk anak di bawah umur ☺️
Sekian, terima Jisung🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
OM DUDA 🔞
Fanfiction"Kak Jisung, kak Jisung, kak Jisung mau nikah dengan papah tidak? kak Jisung lucu pasti papah suka" "H-hah?" "Pffttt....sudah Jisung terima nasib saja kalau jodohmu itu seorang duda" "Anjing, Chenle" "Jangan bicara kasar di depan anak saya, kalian m...