Bab XXXI

8.2K 586 58
                                    

Jaemin keluar dari kamarnya. Melangkahkan kakinya menuju kamar si kembar untuk melihat kedua anaknya itu. Saat Jaemin membuka pintu kamar anaknya, ia tersenyum tipis saat dilihatnya kedua anaknya itu telah tertidur lelap.

Jaemin melangkah masuk dan mendekati kasur si kembar. Ia mencium kening Haruto dan Jeong Woo bergantian. Dipandanginya lama wajah tenang kedua anaknya itu sebelum kemudian perhatiannya teralih pada bingkai foto yang di peluk Haruto. Diambilnya dengan hati-hati bingkai foto itu dari Haruto dan tersenyum sendu saat melihat foto mendiang istrinya lah yang di peluk Haruto.

"Aku merindukanmu" Jaemin mengusap wajah mendiang istrinya di foto itu. Tanpa terasa air matanya jatuh basahi pipinya saat kenangan dirinya dan mendiang istrinya itu kembali membayangi nya.

"Aku menepati janji ku padamu untuk menjaga anak kita dan membesarkannya dengan cinta dan kasih sayang. Aku menyayangi mereka seperti aku menyayangimu..." Jaemin mengusap air matanya yang membasahi pipinya.

"Jeong Woo selalu menginginkan sosok seorang ibu dan dia mendapatinya di diri seorang anak lelaki manis yang unik. Ya sayang, dia sangat unik. Dia berbeda dari yang lain. Anak itu berhasil membuatku jatuh cinta kembali. Mungkin aneh jika dipikir mengapa aku jatuh cinta pada seseorang yang masih kekanak-kanakan dan tidak bisa melakukan apapun dengan benar yang bahkan sangat jauh berbeda dengan mu. Tetapi sayang, dia itu spesial, aku tidak ingin kehilangan dirinya. Aku sudah cukup kehilanganmu dan aku tidak ingin kehilangan untuk kedua kalinya...." Jaemin menjeda ucapannya untuk tersenyum tipis.

"Namanya Park Jisung tetapi orang-orang lebih sering memanggilnya dengan Jie. Kau tahu, aku seperti sugar daddy mesum setiap kali melihatnya. Ku akui aku selalu horny setiap melihat wajah polosnya. Dia itu terkadang polos dan terkadang juga nakal dan itu membuatku ingin menghukum nya agar jadi penurut. Aku tidak pernah segila ini pada seseorang sebelumnya tetapi dia berhasil membuat ku seperti ini. Aku mencintai nya dan aku harap kau merestui hubungan kami. Aku tetap mencintaimu dan aku juga mencintai Jisung. Kau pasti mengerti aku 'kan, sayang?" Jaemin tersenyum tipis, ia mencium foto itu dan meletakkan bingkai nya di atas meja nakas di samping kasur si kembar. Jaemin merebahkan tubuhnya di kasur di samping Haruto. Matanya terpejam dan kemudian ia tertidur lelap menyusul si kembar ke alam mimpi.

Haruto membuka matanya. Ia menoleh pada Jaemin yang telah tertidur. Haruto mendengar semua yang dikatakan Jaemin pada mendiang ibunya itu. Maniknya menatap sang ayah sendu, ia sadar Jaemin telah melalui banyak hal berat setelah kepergian mamanya. Mulai detik ini Haruto bertekad akan belajar membuka hati untuk menerima keberadaan Jisung dan menyingkirkan keegoisan dirinya sendiri. Bagaimanapun Haruto ingin ayah dan adiknya itu bahagia.

"Ma, tolong restui papa dan kak Jisung ya? Kasihan papa" Haruto berbisik pelan sebelum kemudian memejamkan matanya untuk melanjutkan tidurnya kembali.





Jisung mengerjapkan matanya saat sinar matahari pagi menyapa, ia membalikkan badannya untuk menghindari cahaya matahari itu. Namun sesaat kemudian ia meringis sakit, tubuhnya seperti habis dihajar dan bagian bawahnya terasa perih.

Jisung membuka matanya dan merubah posisinya menjadi duduk. Ia mendesis saat merasakan nyeri luar biasa di lubangnya. Bibirnya melengkung ke bawah dan maniknya berkaca-kaca.

Cklekk!

Pintu kamar terbuka menampilkan Jaemin dengan pakaian kaos putih lengan pendek dan celana training serta rambut acak-acakan khas orang baru bangun tidur.

"Masih sakit?" suara berat Jaemin menyapa indra pendengaran Jisung. Yang ditanya hanya diam, maniknya menatap kesal si pelaku yang membuatnya tersiksa seperti ini.

"Om itu jahat ya?"

"Baru sadar?" Jaemin merebahkan tubuhnya ke kasur empuknya lalu menarik Jisung tiduran bersamanya.

"Ishh om, pelan-pelan" Jisung menggerutu di dalam pelukan Jaemin sebelum kemudian menyamankan dirinya di dada bidang Jaemin.

"Siapa suruh jadi anak nakal?"

"Siapa yang nakal? Om saja yang suka memperkosa saya"

"Kau juga menikmatinya, Jie"

"Tapi yang kemarin sakit om tapi enak juga, jadi mau lagi" Jisung mendongakkan kepalanya, menatap penuh binar ke arah Jaemin.

"Jie..."

"Apa saya harus pulang dengan kak Yeonjun terus biar dihukum seperti kemarin?"

"Kau sangat nakal, baby"

"Saya nakal cuma sama om saja" Jisung tersenyum kecil.

"Sudah membuka hati?"

"Untuk?"

"Menjadi pendamping hidup dan papi untuk anak-anak ku dan kita nantinya"

"Om, serius?"

"Memangnya sejauh yang kita lakukan ini kau kira aku bercanda? Bukankah kita pernah membahas ini sebelumnya?"

"Tapi om, saya tidak bisa apa-apa. Saya--"

"Aku memilih kau bukan untuk menjadi pelayan di rumah. Tetapi untuk menjadi pendamping hidup. Urusan rumah dan dapur ada pelayan, kau hanya cukup menemani anak-anak dan melayaniku"

Jisung mengerucutkan bibirnya. Telunjuknya bermain-main di lengan Jaemin dan sesekali mencubit gemas lengan Jaemin.

"Jie, kau dengar?"

"Sejujurnya saya mau, om. Tapi papa saya..."

"Urusan itu biar aku yang hadapi, kau cukup memberikan kepastian kau mau atau tid--"

"Ya mau lah om. Sudah di perkosa begini nanti kalau saya hamil yang tanggungjawab siapa? Lagipula kapan lagi punya calon suami modelan sugar daddy kaya raya seperti om Jaemin misalnya" Jisung tersenyum lebar menampilkan gigi putihnya yang berbaris rapi, membuat Jaemin tidak tahan untuk tidak membalas senyuman Jisung.

"Aku bilang juga apa, aku bisa membuat mu jatuh cinta hanya dengan bermain diranjang"

Jisung memutar bola matanya malas. Tetapi walaupun begitu ia tidak membantah ucapan Jaemin karena itu benar adanya. Memilih menyamankan dirinya di dalam pelukan Jaemin, Jisung memejamkan matanya dan tersenyum tipis saat merasakan kehangatan yang Jaemin berikan padanya.

"Om Jaemin"

"Hm"

"Om, ngewe lagi yuk. Saya mau bolos kuliah hari ini"

Deg!

"Huh?"





"Kirimkan anak buah mu untuk mencelakai orang yang bernama Park Jisung, dia seorang mahasiswa di salah satu universitas ternama di Seoul"

"Berani berapa?"

"Berapapun yang kau minta aku akan membayar nya, cukup lakukan tugasmu dengan baik maka kau akan mendapatkan yang kau mau"

"Kirimkan informasi tentang anak itu"

"Ok"

Emily memutuskan panggilan nya sepihak. Menyeringai kecil sebelum kemudian tertawa. Untuk obsesinya pada Jaemin, Emily akan melakukan apapun termasuk menghilangkan nyawa orang yang dianggap menghalangi jalannya.






TBC.

See you...

OM DUDA 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang